Ms. Newbie, Mr. Boss & Mdm. Devil Seri 1

Bebekz Hijau
Chapter #21

Bab 21. Sialan! Aku Mulai Menyukai Senyumannya!

Aku menghirup nafas dalam-dalam, menikmati setiap aroma dari masakan yang kupesan. Masih hangat, bahkan asapnya pun masih menari riang ketika aku membuka bungkusnya.

Dan kini, aroma sedap makan siangku memenuhi seluruh ruang rawat inap bosku, dan memang itu yang kuharapkan. Jujur saja, makanan ini bukan favoritku, mungkin nilainya hanya 7 dari 10. Aku memberikan nilai 9 untuk ayam goreng mentega masakan papa. Tapi, hari ini aku pesan makanan ini bukan karena aku suka, tapi lebih untuk kepuasan hati.

Hohoho, tahukah kalian, bagaimana wajah Steven ketika aku membuka bungkusan nasi goreng kambing pesananku? Tentu saja dengan banyak acar sesuai permintaannya kemarin.

Intinya, aku cukup puas melihat kerutan-kerutan di dahinya dan sudah pasti aku juga sedikit terhibur melihat senyumnya luntur seperti ice cream yang terlalu lama berada di bawah terik matahari.

"Oh, jadi begitu ya?" katanya seperti mengerti maksud dari pembalasan dendam terselubung ini.

"Begitu apa, Pak?" kataku berpura-pura bodoh.

"Ga, ga apa-apa," jawabnya kesal dengan dahi yang lebih berkerut dan tentu saja tegukan saliva yang dapat kulihat dari tonjolan lehernya yang naik turun.

Aku mengambil sendok dan menyuapnya ke mulutku perlahan-lahan. Andaikata ini adalah sebuah adegan dalam film, sudah pasti adegan ini menggunakan efek slow motion. Dear Mr. Boss, lihatlah dengan baik caraku mengunyah makanan kesukaanmu!

"Newbie …, bagi!" mohonnya saat aku mengunyah makan siangku.

"Saya mau aja sih Pak. Saya bisa belikan satu porsi lagi. Tapi Pak Steven, ingat pesan dokter, kan? Nanti kalau Bapak tambah sakit gara-gara makan nasi goreng ini, pekerjaan di kantor makin terbengkalai, proyek-proyek tidak selesai tepat waktu. Bu Anna bisa marah, dan, karir Bapak? Aduh, membayangkannya saja saya tidak berani," kataku untuk menggodanya.

Sandra, oh, Sandra, aku tidak tahu darimana ide gila ini muncul, tapi ini sungguh luar biasa brillian. Panggilan, panggilan kepada otak saudari Sandra, sekali lagi, kepada otak saudari Sandra, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ide pembalasan dendam yang epik ini.

"Oh I see. Jangan-jangan kamu memang sudah niat ngerjain saya. Kamu sengaja pesan nasi goreng kambing, untuk mengejek saya, kan? Kira-kira, apa yang terjadi dengan karir kamu, setelah membuat saya kesal?" ancam Steven.

"B-Bukan, Pak," jawabku sedikit bergetar. Tenang saja, getaran di tubuhku itu tidak berasal dari perasaan takut. "Tidak tahu kenapa, saya tiba-tiba ingin makan nasi goreng kambing. Mungkin karena tadi pagi tenaga saya habis karena harus gotong dokumen dari kantor, jadi sekarang perut saya lapar banget," jawaban diplomatis yang indah untuk penjelasan tentang dendamku tadi pagi

Aku tidak mau sombong, tapi percayalah, aku cukup pandai berakting. Waktu SMA, nilai sandiwaraku mendapat nilai 9, untuk peran Mama Juliet di pertunjukkan sederhana Romeo dan Juliet. Dan aku dapat tambahan extra nilai hanya untuk adegan marah-marah.

Kemampuan aktingku memang tidak sebaik artis sinetron, tapi kuharap akting kepura-puraanku ini bisa membuatku lebih terkenal di Ruanna. Bayangkan, bagaimana reaksi Kak Nia, Mbak Sri, atau Ci Chien jika mereka tahu aku melakukan ini pada Mr. Boss yang terkenal dingin menyebalkan? Mereka pasti akan segera memberikanku piala oscar, hahaha.

Kulihat kembali wajah Steven, berharap jika aku sedikit mengenai emosinya. Sesungguhnya aku tidak tahu apa yang merasukiku hingga melakukan hal konyol seperti ini.

Yes, ini murni pembalasan dendam, otakku sangat sadar ketika memesan makanan ini via ojek online. Tetapi, sesungguhnya ada perasaan lain yang mendorongku untuk benar-benar memencet tombol di handphone untuk seporsi nasi goreng kambing. Rasanya, aku ingin mengumpulkan banyak memori untuk bisa kuceritakan suatu hari nanti. Cerita tentang bagaimana aku bekerja di Ruanna dengan bosku yang bernama Steven Joshua.

"Hei, anak baru," kata Steven ketika melihatku sedang memandanginya.

"Hmmmm?" jawabku dengan mulut penuh sambil mengunyah nasi goreng kambing terenak sepanjang hidupku.

"Kamu mengingatkanku pada seseorang. Dan karena alasan itu, hari ini kamu dimaafkan," kata Steven sambil tersenyum.

Seharusnya aku langsung bertanya, aku mengingatkannya pada siapa? Tetapi, mulutku ini tiba-tiba terkunci hanya karena senyumannya. Aku tidak menyangka, aku bisa melihat senyumannya hanya karena sebuah makanan.

Lihat selengkapnya