"Kamu sudah siap?"
"TIDAAAAAAAAK!!!!! AKU TIDAK SIAP!!!" Otakku menjerit rasanya seperti benda kenyal berwarna pink di dalam kepalaku akan segera meledak.
"Hei, Newbie, kenapa melongo begitu? Kutanya sekali lagi, apa kamu sudah siap?" tanya Mr.Boss sekali lagi. Matanya memandangku lekat-lekat. Tentu saja, wajah bengongku pasti terlihat aneh baginya.
"Su-sudah, Pak. Aku sudah siap."
"Bagus. Sekarang masih ada sedikit waktu, dan sambil menunggu Bu Anna datang, tolong cek semua barang bawaan kita. Pastikan tidak ada yang tertinggal. Dokumen, data, laptop, charger, kabel, semuanya, mengerti?"
"Mengerti, Pak!"
“Bagus!” kata Steven sebelum kembali ke ruangannya.
Jujur saja, sejak tadi tanganku dingin, bahkan lututku tak berhenti bergetar. Percayalah, sejak semalampun aku tidak bisa tidur karena memikirkan acara hari ini.
Duh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Today is the day. Rencananya kami akan menemui client, dan mempresentasikan ide desain rancanganku. Aku yakin, kalian juga akan grogi jika idemu dipresentasikan di depan orang-orang penting.
Ow, man … Audi, man, kalian tahu betapa besarnya brand itu? Brand mobil eropa, high class pula. Aku takut, akan pingsan di depan CEO Audi Grup Indonesia bahkan sebelum mengetahui reaksinya terhadap desain yang kurancang.
Hei, aku tahu apa yang ada di pikiran kalian. Kalian pasti mau mengatakan, “Sandra, chill … tidak akan ada yang tahu jika kamu yang mendesain showroom mereka? Jadi, jangan grogi gitu dong.” Yup, aku setuju, 100%.
Aku tahu, aku tidak akan bicara apapun hari ini. Aku sudah berjanji untuk menutup mulutku rapat-rapat. Steven masih cukup waras untuk tidak membiarkan arsitek baru lulus sepertiku bicara di depan client besarnya.
Kami sudah bagi tugas. Aku hanya berperan sebagai operator komputer yang membantu presentasi Madam Devil dan Steven. Merekalah yang akan bicara banyak tentang desainku. Tetapi, perasaan khawatir ini sungguh membuatku gila.
Bagaimana jika client tidak menyukai desainku? Bagaimana jika desainku gagal? Bagaimana jika aku mengecewakan Steven yang telah mempercayakan proyek besar ini padaku?
"Hermione, kamu kenapa? Tumben ga cerewet seperti biasanya?" tanya Mas Angga yang melihatku tertunduk lemas di meja cubicleku.
"Yah, gitu deh, Mas Angga. Pengalaman pertama nemenin Madam Devil dan Mr Boss meeting bareng client besar."
"Ah, santai aja kali. Kamu ga perlu ngapa-ngapain, kan? Atau jangan-jangan kamu yang presentasi hari ini?"
Aku menggelengkan kepala. Aku sadar diri, walaupun ini desainku dan aku cukup percaya diri, tetapi jika aku yang presentasi, client tidak akan mempercayaiku seperti yang mereka mempercayai Madam Devil. Walaupun mungkin kami membicarakan hal yang sama, reputasi pasti akan membuatnya lebih didengar daripada anak bawang sepertiku.
"Tenanglah, mereka bukan singa galak yang akan menggigitmu. Jadi, hari ini kamu hanya perlu santai seperti di pantai. Ikut pergi, ikut makan, ikut minum, dan ikut senyum."
Seandainya saja, Mas Angga tahu. Seandainya saja, tugasku hari ini hanya itu saja. Seandainya saja, ini bukan desainku. Seandainya, seandainya ….
"Ayolah, Hermione, jangan lemes begitu. Today, is not your battle. Kamu ga akan ketemu Lord Voldemort, jadi semangat! Ada hal yang baru yang lama-lama akan menjadi kebiasaan. Tugas kamu hanya menegakkan kepala dan melangkah dengan berani, sekaligus belajar hal penting."
"B-belajar hal penting?" tanyaku yang tidak mengerti maksud perkataan Mas Angga.