Hi, namaku Hamnah. Lengkapnya ‘Aiza Hamnah Shirin’. Tolong catat baik-baik nama itu karena aku pun terkadang masih sulit untuk mengingatnya. Dan kalian bisa menegurku jika nanti aku tidak mengangkat tangan begitu dosen mulai membacakan namaku—dalam kegiatan absen di awal kelas. Karena aku pasti akan terpaku menunggu panggilan untuk ‘Maria Achazia’—yang merupakan kode identitasku selama delapan belas tahun terakhir. Sebuah kode yang mendadak harus kuhapus bersih dari sejarah hidupku.
Ini adalah penghapusan terbesar yang pernah kulakukan. Penghapusan yang benar-benar menyita waktu dan stamina. Berkat penghapusan ini aku jadi harus pergi ke banyak tempat dan bertemu dengan banyak orang. Aku harus merubah nama di semua ijazah sekolahku. Tapi berkat itu, aku jadi tahu bahwa kepala sekolah TK-ku sudah meninggal dunia tahun lalu. Kepala sekolah SD-ku masih hidup. Hanya saja kakak pembimbing pramuka yang dulu kusuka—kemarin ketika aku datang—ternyata sedang cuti untuk menemani istrinya yang baru lahiran. Aku juga jadi ingat belum mengembalikan komik yang pernah kupinjam dari perpustakaan sekolah—semasa SMP dulu. Tapi begitu aku ingin mengembalikannya; aku lupa letak penyimpanannya. Jadi aku terpaksa mencari komik itu di toko buku bekas. Untung saja ketemu.
“Hahaha, kamu lucu banget. Udah bawa pulang aja”
“Yah, terima dong pak. Nanti saya dosa nih”
“Kalau saya ambil, justru saya yang dosa haha”
“Kok bisa pak?”
“Karena KepSek udah ngelarang pengadaan komik atau novel di perpus”
“Lho?”
“Beneran, coba aja kamu cek sendiri haha”
Dan ternyata benar. Di sepanjang rak buku yang kujelajahi—waktu itu—sudah tidak ada lagi buku bacaan menarik seperti komik dan novel. Adanya hanya buku-buku ilmiah yang kalau dibaca bisa membuat kita lulus UN seratus persen. Iyakah? Entahlah. Itu yang kubaca dari cover buku-buku tebal yang berjejer di sana. Jadi akhirnya, komik itu terpaksa kubawa pulang. Aku simpan di dalam koper merah yang penuh dengan koleksi komik Detektif Conan milikku. Di dalam sana aku melihat ada komik Detektif Conan Vol.27. Itu adalah komik yang kuceritakan tadi. Komik yang pinjam. Yang kukira hilang. Yang kemudian kubeli dengan susah payah tapi akhirnya justru kusimpan sendiri. Yasudahlah. Tidak ada yang penting. Tapi setidaknya dari cerita ini kalian bisa tahu tentang betapa pikun dan careless-nya aku. No. I mean life need to be easy going.
***
Waktu itu. Di suatu malam, di malam-malam terakhir menjelang keberangkatanku untuk merantau di kota pendidikan; aku memberanikan diri bertanya tentang satu hal yang akhir-akhir itu kupendam untuk menjaga perasaan semua pihak. Aku bertanya pada papaku tentang agama dan wanita sekaligus. Aku ingin berlepas diri dari semua prasangka buruk yang tumbuh semakin subur—karena disirami gosip miring dari berbagai sumber. Dan akhirnya momen itu pun terjadi.
“Papa, kenapa papa menikahi lagi sama Mama Nita?”
“Karena papa jatuh cinta dengan kebaikannya”