Muara Kisah dan Aksara

Tinta Emas
Chapter #1

Legenda Burung Lektra

Ribuan tahun selepas pertempuran besar yang melibatkan manusia, kriptid, iblish dan siluman, seekor burung bersayap emas tercipta. Burung itu memiliki bentuk serupa rajawali namun memiliki mata berwarna merah, bertanduk dan memiliki sirip seperti naga. Ia hampir sejenis phoenix yang sama-sama diceritakan dalam kisah-kisah legenda, akan tetapi berbeda dengan phoenix sosoknya hampir tak pernah muncul. Selama ratusan tahun ia hidup di gerbang perbatasan Lembah Sambas tempat para siluman tinggal. Tugasnya adalah menjaga para siluman untuk tak akan pernah meninggalkan Lembah Sambas dan selama ratusan tahun ia berdiam di goa api dengan ekor apinya yang selalu menyala bahkan memberinya sinyal jika ada siluman berjalan mendekati pintu gerbang perbatasan. Maka tak heran bila para siluman benar-benar terkurung di Lembah Sambas tanpa sekali pun mampu meninggalkan lembah itu dan menganggu para manusia seperti sebelumnya.

Lektra tahu betul bagaimana sejarah terciptanya para siluman dan tak lain merupakan hasil perkawinan terlarang antara manusia dengan iblish yang melanggar hukum alam. Hingga dengan ketat ia menjaga betul para siluman itu agar tak lagi menjadi sumber bencana bagi para manusia. Sebagai makhluk dengan kekuatan api, air dan angin sosok Lektra menjadi makhluk yang hanya serupa bentuk bukan serupa wujud, tak tersentuh, tanpa aroma, tanpa suara, dan keberadaannya tak bisa dilihat oleh mata manusia meski kisahnya diperdengarkan hingga ke telinga para manusia.

Sampai suatu hari untuk pertama kalinya sosok Lektra muncul di dunia manusia dengan wujud nyata dan suara yang menggema. Kemunculannya bukan tanpa alasan dan itu karena disebabkan sosok manisia yang demikian lancang menariknya paksa dari pintu gerbang Lembah Sambas hingga mendaratlah ia di atas tanah bumi. Akan tetapi bukan tanpa resiko peristiwa itu terjadi. Karena ditarik paksa keluar dari alamnya Sang Lektra marah besar. Ia mengamuk dan menyerang sang penyihir yang telah menyeretnya keluar dari Lembah Sambas dengan sihir kriptid.

Selama ratusan tahun tak satu pun iblish mampu menyeretnya keluar dari alamnya dan para manusia tak satu pun berani melakukannya karena ancaman binasanya alam menjadi hal mengerikan jika sang Lektra mengamuk. Kini entah bagaimana seorang manusia biasa mampu memiliki kekuatan kriptid dan menarik paksa Lektra yang konon katanya hanya bisa meninggalkan alamnya dengan kendali sihir para kriptid. Namun demikian para kriptid tak pernah melakukannya karena mereka sepenuhnya berpihak pada keselamatan bangsa manusia dan menjaga para keturunannya dari melakukan kesalahan fatal itu. Akan tetapi manusia bodoh itu tak sadar resiko hingga ia bertindak demikian menakutkan dengan menarik Sang Lektra ke dunia manusia dan mencoba untuk mengendalikannya seperti yang diinginkan para iblish tapi selalu gagal terwujud. Sayangnya kekuatan penyihir itu belum setengah dari kekuatan para kriptid yang memang diberi kemampuan mengendalikan Lektra hingga dengan mudah Sang Lektra melepaskan diri dari kendali sihir kriptid dan balas menyerang sang penyihir. Petarungan pun terjadi antara Lektra dengan penyihir itu yang benar-benar dibuatnya tak berdaya. Beberapa kali sang penyihir terhempas dan nyaris terbakar oleh api lektra yang lebih mengerikan dari api paling panas di dunia ini.

Semburan api melesat dengan kecepatan cahaya menuju sang penyihir disertai angin kencang yang mendatangkan badai. Pepohonan banyak yang tumbang dan terbakar akibat pertarungan tersebut. Para hewan berlarian ketakutan meninggalkan hutan dan tenggelamlah para manusia dalam ketakutan menyaksikan hewan-hewan berlarian keluar hutan termasuk para hewan buas. Sementara sang penyihir masih cukup beruntung karena memiliki kemampuan menghilang tapi ia tak bisa melakukannya berulang kali terlebih dengan semburan api demikian cepat yang beberapa kali nyaris menyamai kecepatannya menghilang. Hingga menjelang senja penyihir itu kelelahan dan kecepatannya menghilang tak secepat sebelumnya. Seketika habislah ia oleh kobaran api Sang Lektra yang membakarnya hingga hangus. Kemarahan Lektra kian menjadi ketika dirinya hendak kembali ke alamnya tapi ia tak menemukan jalan menuju alamnya. Semua jalan terlihat sama dan ia kebingungan menemukan arah pulang. Lektra mengamuk dan menyemburkan api, angin bahkan air ke seluruh penjuru arah. Dalam sekejap kebakaran, banjir bahkan badai menyerang beberapa wilayah di bumi. Saat itu seorang pertapa yang sedang berjalan di dekat gunung berapi segera menghampiri Lektra yang terbang di atas gunung berapi tersebut.

"Hentikan!!!" teriak pertapa itu setibanya di hadapan Lektra dan melihatnya Sang Lektra menghentikan semburannya. Ia menatap sosok manusia yang begitu beraninya menghentikan dirinya.

"Siapa kau? beraninya menghentikanku? apa kau juga ingin mengendalikanku dengan sihirmu seperti bangkai itu?" kata Lektra menunjuk sang penyihir yang telah menjadi bangkai hangus dengan cakarnya dan manusia tersebut menatap ke arah penyihir. Wajahnya terlihat ngeri menyaksikan penyihir itu yang sudah tak berbentuk dan tanpa perlu ditanya ia sudah tahu siapa pelakunya, tidak lain pastilah Lektra.

"Aku tak pernah berniat mengendalikan Lektra, kedatanganku hanya berusaha menghentikan amukanmu"

Lihat selengkapnya