Belasan purnama telah berlalu bahkan empat kali bulan merah menampak diri namun Aryasatya masih tetap berada di dalam goanya bersama Burung Lektra yang bersarang di tubuhnya. Sampai di suatu musim ketika bunga-bunga bermekaran dan dedaunan menghijau saat itulah untuk pertama kalinya Aryasatya meninggalkan goanya. Ia melangkahkan kakinya menyusuri aliran sungai hingga tibalah ia di depan sebuah jembatan bamboo yang menghubungkan dataran tempatnya berada dengan sebuah desa. Ia pun segera melintasi jembatan itu yang terasa begitu rapuh di bawah kakinya hingga dengan perlahan dirinya harus melintasi jembatan tersebut.
Tak berselang lama tibalah ia di sebrang jembatan. Sejenak ia menghentikan langkah kakinya untuk mengambil air dari sungai yang dilaluinya. Saat itu tepat atas bukit seorang wanita sedang berdiri menatap bayangan wajahnya yang terpantul dari aliran sungai, wanita itu tersenyum dan diwaktu bersamaan Aryasatya menyadari tatapan wanita tersebut. Seketika ia mengalihkan pandangan pada sosok yang tampak dari permukaan air sungai itu dan mata mereka pun saling bertemu. Tidak lama hanya beberapa detik sebelum sang pertama mengalihkan pandangannya dan pergi saat menyadari sosok wanita yang tengah menatapnya itu bermata merah. Ia bukan takut pada mata merah itu akan tetapi dirinya hanya berusaha menjaga pandangannya agar tak terjerat oleh pesona wanita tersebut. Wanita itu sangatlah cantik dan mustahil batinnya tak tergerak jika terus memperhatikannya. Untuk itulah ia segera mengalihkan pandangannya agar tidak jatuh pada pesonanya dan membuat pertapaannya menjadi sia-sia.
Beberapa musim berlalu dan Aryasatya tak pernah lagi bertemu wanita tersebut. Sampai di suatu malam ketika baru saja meninggalkan sebuah penginapan dan hendak melanjutkan perjalanan hempasan cahaya merah tiba-tiba melintas di hadapannya. Seketika langkahnya terhenti dan sosok wanita yang sempat dilihatnya di tepi sungai itu mendadak muncul di hadapannya. Saat itu ia tak tahu siapa wanita tersebut tapi kini dari jarak yang begitu dekat ia bisa merasakan kekuatan besar darinya dan mustahil dia hanya wanita biasa. Aura yang terpancar dari mata merahnya sangat mirip dengan kekuatan para dewi terlebih ada kekuatan api begitu kuat dari mata dan hawa panas di tubuhnya. Jika dugaannya tidak salah mungkin dialah Dewi Api yang selama ini diceritakan banyak orang. Akan tetapi Aryasatya tak mau sembarangan menduga hingga ia membiarkan dewi itu sendiri yang mengungkap jati dirinya.
"Apa alasan wanita secantik nyai datang menemui saya yang hanya seorang pertapa?"
"Namaku Altra, aku adalah dewi api"
"Seorang dewi rupanya tapi ada alasan apa dewi datang menemuiku?"
"Apalagi kalau bukan meminta pertanggung jawaban kisana" kata Altra menjelaskan alasan ia datang menemui Aryasatya dan membuatnya harus menghabiskan waktu beberapa musim untuk bekeliling dunia hanya demi mencari seorang pertapa. Padahal selama hidupnya seorang pertapa bukanlah sosok yang ingin ia temui dan demi meminta pertanggung jawaban atas kehamilannya ia rela melakukannya.
"Pertanggung jawaban atas apa?"
"Atas kehamilan yang harus saya alami karena kisana"
"Apa? Dewi mohon jangan sembarangan bicara, bagaimana bisa Dewi menuduh saya sebagai penyebab kehamilan Dewi sementara saya bahkan tidak pernah bertegur sapa dengan Dewi?" Aryasatya terkejut bukan main dirinya tiba-tiba dituduh menghamili seorang dewi dan jika ada yang mendengar hal ini ia bisa mendapat hukuman berat. Jika Raja Langit sampai mendengar ini entah mala petaka apa yang akan mampir dalam hidupnya.
"Kita pernah bertemu pandang di tepu sungai beberapa musim lalu dan kisana pasti masih ingat akan hal itu"
"Tentu, tapi apa kaitannya dengan kehamilan Dewi?"
"Saya tiba-tiba mengandung setelah bertemu pandang dengan kisana dan aura kekuatan dari janin yang saya kandung ini memiliki kekuatan besar serupa kekuatan kisana, tak lain adalah kekuatan Burung Lektra"
Seperti disambar petir disiang hari Aryasatya terkejut bukan main mendengarnya. Sungguh ia tak menyangka kalau dewi di hadapannya ini bahkan mengetahui tentang sosok Burung Lektra yang telah bersemayam di tubuhnya. Padahal diluar sana banyak pertapa sakti dan para dewi yang tidak menyadari keberadaan Burung Lektra di tubuhnya.
"Mustahil saya bisa tiba-tiba mengandung tanpa bersentuhan dengan pria mana pun dan satu-satunya pria yang pernah saya jumpai selepas dari pertapaan saya dari Hutan Bantara hanyalah kisana seorang"
"Dewi"