MUDA

'Ilma Zakiyyah
Chapter #2

2. Musuh

Kasus kematian anak miliarder itu menjadi topik hangat di berbagai tempat. Salah satunya transportasi umum. Rhaen sengaja menaiki skyrail dengan tampilan tidak jauh berbeda dengan warga biasa. Tidak mencolok. Kemeja putih dan celana hitam. Tampak seperti pegawai kantoran.

Seperti yang sudah diharapkan. Ada ibu-ibu memakai baju warna ungu, hijau, merah, ya warnanya selalu berubah setiap disentuh. Lalu mengajak ngobrol orang di sampingnya.

“Kasian ya, anak orang kaya matinya begitu.” Ibu-ibu di sampingnya mematikan smartphone dan mulai menanggapi obrolan tersebut.

“Iya, Bu. Apa mungkin bunuh diri ya? Katanya tidak ada jejak pelaku.”

“Aduh ngeri. Anak saya padahal mau masuk partainya, eh yang dijagokan jadi ketua umumnya malah mati duluan.”

“Wah, Ibu sudah pakai holophone? Saya sih belum Bu, mahal sih.”

“Ini juga baru pakai Bu. Anak saya yang maksa.”

Skyrail berhenti di Stasiun Langit Tanah Abang. Rhaen tidak turun, ia berpindah gerbong. Dan terlihat anak-anak muda masuk ke gerbong skyrail.

“Menurut lo, siapa pelakunya?” ucap anak yang memakai hoodie hijau.

“Siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya.” timpal gadis berkacamata.

“Si Remin maksud lo?” Yang ditanya hanya mengedikkan bahu.

“Trus, trus, masalahnya wajah Runo tuh jadi tua banget. Gimana tuh?”

“Diracun kali. Racun tikus.”

“Eh guys, coba cek lumina,” sahut lainnya yang sedari tadi fokus dengan holophone-nya.

What? Jadi mereka terjebak cinta segitiga? Masih ada zaman sekarang? Si Vero ini logic-nya error 404. Suka kontroversi dia.”

Rhaen segera mengecek akun luminanya. Sebuah berita entertainment yang justru menyoroti kisah cinta Orien Runo, Remin, dan Calira. “Orien Runo, sang pewaris tahta yang terkhianati. Nyawanya yang berharga menjadi taruhan cinta sejatinya. Calira diduga selingkuh dengan Remin, musuh bebuyutan Orien Runo.”

Rhaen segera turun di Stasiun Cakrawala Palmerah. Mencari bajaj yang mangkal. tidak sulit menemukan bajaj yang berwarna biru, namun warna sensor masih berwarna hijau. Itu artinya sedang tidak ada penumpang.

Seketika Rhaen sudah berada di dalam bajaj. Bajaj plasma.

“Mang, ground mode. Kebayoran”

“Oke Mister.”

Rhaen memeriksa holophone-nya. Salvor memberikan laporan rencana mereka. Pertemuan terpisah dengan Remin dan Calira sudah buat. Satu jam dari sekarang. Tidak banyak informasi yang diketahui tentang Remin dan Calira. Sejenak membaca profil yang dikirimkan Salvor. Remin dan Calira merupakan teman kuliah Orien Runo. Berita tentang cinta segitiga itu sepertinya mulai menunjukkan titik terang.

Layar bajaj menampilkan siaran berita tentang perkembangan kasus kematian Orien Runo. Rhaen menjadi penasaran untuk bisa mengetahui pendapat Mang Bajaj.

“Hartanya jatuh ke siapa ya, Mang?”

“Waduh tidak tahu, Mister. Mister suka mengikuti berita-berita itu?”

“Ah, tidak juga, Mang. Karena lagi ramai saja, kadang suka ikut penasaran siapa pelakunya.”

“Pelakunya pasti musuhnya sih kata saya, Mister. Saya kira kalau tidak rebutan kekuasaan ya pasti rebutan cewek.”

“Yang benar, Mang?”

“Selama ini kan begitu. Kalau Mister mau cerita versi sejarah, saya ada Mister. Kisah Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung untuk merebut tahta dan Ken Dedes menggunakan keris Mpu Gandring. Sampai anak-anak mereka pun saling bunuh-bunuhan balas dendam. Kalau mau versi legenda Eropa saya juga ada. Kisah Tristan, Isolde, dan Raja Mark. Isolde seharusnya menjadi istri Raja Mark, tetapi justru Tristan sang ksatria yang membawa Isolde, jatuh cinta. Kisahnya karena mereka meneguk ramuan cinta di perjalanan. Raja Mark pun marah mengetahui hubungan mereka dan akhirnya Tristan meninggal setelah pertempuran. Kalau mau lagi, ini kisah dari Mitologi Yunani, Helena, Paris, dan Menelaus. Helena adalah istri Raja Menelaus dari Sparta. Namun, Paris yang datang dari Troya membawa Helena pergi secara diam-diam. Kabarnya sih karena cinta atau tipu daya. Penculikan Helena akhirnya memicu perang besar di Troya. Perang ini sampai sepuluh tah

“Mang. Mang.”

“Iya Mister. Mau kisah lagi? Ini saya ada

“Mang, sudah kelewat. Saya turun sini.”

“Oh, maaf, Mister.”

“Terima kasih, atas cerita sejarahnya.” Rhaen mengangguk lalu berlalu meninggalkan Mang Bajaj.

Rhaen menuju markas Dark-9. Salvor dan Xev sudah siap dengan agenda hari ini. Interogasi orang-orang yang diduga memiliki keterkaitan dengan korban.

Orang yang akan menginterogasi Remin dan Calira adalah Salvor sendiri. Salvor sendiri sudah cukup sering menghadapi situasi seperti ini. Setidaknya tercatat dua kali melakukan interogasi pada saksi-saksi. Badannya yang tegap ditambah aura mengintimidasi yang kuat, dapat dipastikan saksi-saksi akan menjawab pertanyaan dengan jujur.

Dari arah luar, seorang pria berusia tiga puluhan awal datang dengan raut muka yang tidak nyaman. Keningnya berkerut, matanya menyiratkan begitu banyak hal yang ada dipikirannya. Dialah Remin. Seorang anak pejabat negara yang merupakan anggota partai politik VerdeX. Kali ini harus menghadapi sebuah pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan menyudutkan dirinya.

Xev memberikan kode untuk bersiap memulai interogasi. Xev dan Rhaen ada di ruang monitor. Salvor bersama Remin berada di ruang interogasi.

Lihat selengkapnya