MUDA

'Ilma Zakiyyah
Chapter #7

7. Titik Balik

Ruang administrasi di Polsek Kebayoran Baru menampakkan aktivitasnya yang mulai menggeliat. Banyak warga yang mulai berdatangan untuk mengurus berbagai keperluan administratif. Jika sedang ramai, tentu kursi tunggu menjadi sangat penuh. Namun, ramainya pengunjung tidak menyurutkan niat wanita yang memakai pakaian serba hitam itu. Dengan berbekal berita yang diperolehnya dari Salvor, ada dorongan untuk mendatangi Polsek Kebayoran Baru ini.

           Pandangannya beredar menelisik setiap sudut, sepertinya itu menjadi kebiasaan yang tidak ia sadari. Tugasnya selama ini sebagai intel mempertajam instingnya. Namun, apa yang tengah dicarinya tidak muncul juga. Ia sempat ragu jika harus menghubungi lewat holophone. Ya, situasi yang mendadak membentangkan sebuah batas.

           “Permisi, apa benar Iptu Rhaen Lukan bertugas di sini?”

           Petugas di loket SKCK itu sedikit memberikan tatapan menyelidik. “Maaf, ada keperluan apa ya?”

           Wanita itu segera mengeluarkan kartu identitasnya. Petugas itu segera mengetahui situasi.

           “Iya, benar. Beliau bertugas di bagian pengarsipan. Tapi sepertinya untuk hari ini belum hadir.”

           “Saya butuh informasi tentangnya. Bapak bisa bantu saya?”

           Wanita itu segera mencatat informasi penting di holophone-nya. Sempat merasa menyesal sejak awal bertemu dengan Rhaen, dirinya tidak mengetahui detail apapun tentangnya. Meski dirasa terlambat, akhirnya ia dapatkan juga informasi itu.

           Wanita itu tidak lain adalah Eirys. Seorang anggota Badan Intelijen Negara (BIN) yang masih muda. Usianya masih 25 tahun, tetapi sudah memiliki pengalaman yang mumpuni dalam dunia intel. Meskipun begitu, ia tetap harus menempuh pendidikan hingga strata 2. Disela-sela kesibukannya, justru langkah kakinya tergerak menaiki skyrail untuk mendatangi lokasi yang ia tuju. Ia menyadari bahwa sejak putusan final tentang kasus kematian Orien Runo ia merasa kehilangan Dark-9 karena sudah resmi bubar. Semua aktivitas Dark-9 pun terpaksa ikut berakhir. Mesti dirinya masih menganggap semua belum berakhir.

           Kini Eirys berdiri di depan sebuah gedung bertingkat dua yang di depan pagar yang bertuliskan ‘Panti Asuhan Genesis Asa’. Sejenak mengamati lokasi tersebut, terlihat banyak anak-anak kecil yang berlalu lalang di dalam sana, sepertinya sedang bermain. Beberapa kali juga terlihat orang-orang dewasa di antara anak-anak tersebut. Pandangan Eirys sedikit terganggu oleh adanya pohon-pohon palem yang secara sengaja ditanam berjajar di tepi gedung. Pikirannya tentu menanyakan, mengapa Rhaen berada di panti asuhan ini.

           Di tengah lamunannya, ada satpam yang mendekati. “Mencari siapa, Non?” Eirys tersadar dari lamunannya. Dan segera mengatakan nama orang yang sedang ia cari. Dirinya pun dibawa ke ruang tamu. Ruangan yang cukup besar dengan berbagai karya tulisan dan lukisan ada di sana. Sepertinya itu karya anak-anak. Eirys menyadari ada langkah kaki yang mendekati ruang tamu. Segera ia mengetahui bahwa ada seorang ibu-ibu yang ditaksir berusia 50 tahunan, kini masuk ruang di mana Eirys berada.

           Ibu itu segera menyambut Eirys dan mereka saling memperkenalkan diri. Beberapa saat ibu itu bercerita tentang kondisi Rhaen. Lalu tidak ketinggalan sedikit cerita masa kecil Rhaen. Sebuah informasi yang Eirys baru ketahui, bahwa Rhaen besar di panti asuhan ini.

           “Di mana ia sekarang, Bu?”

           “Mari, saya antar ke ruangannya.”

           Sebuah ruangan berukuran 3x4 meter ada di hadapan Eirys. Beberapa saat setelah ketukan ketiga dari Ibu panti, terbukalah pintu itu. Eirys tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Orang di depannya adalah Rhaen namun dalam kondisi yang jauh berbeda dengan yang ia temui sebelumnya. Rambut yang berantakan, baju hanya kaos hitam pendek, dan celana tiga perempat. Di belakangnya terlihat tumpukan kardus-kardus besar dan koper yang memenuhi hampir setengah ruangan itu.

           Rhaen pun terkejut setengah mati. Ia menutup pintu sebentar, berusaha menata diri yang lebih pantas untuk bertemu orang lain.

           “Mohon maklum ya, Mbak. Anak itu sepertinya masih sibuk menata barang-barangnya. Baru kemarin tiba dari kontrakannya yang lama.”

           “Iya Bu, tidak apa-apa.”

           Pintu kembali terbuka. Ibu panti mempersilakan Rhaen untuk menemui tamunya. Sementara Ibu panti pamit meninggalkan mereka.

           Suasana canggung kembali memenuhi seluruh ruangan. Kata-kata menjadi penuh sesak meminta untuk dilontarkan, namun sepertinya ini adu diam.

           “Mengapa ke sini? Dark-9 sudah bubar.”

           Sama sekali bukan kalimat pembuka yang diharapkan Eirys. Seketika sebersit rasa penyesalan muncul saat memutuskan mengunjungi Rhaen. Namun, kini dirinya sudah di ruangan Rhaen.

           “Aku kira misi Dark-9 belum selesai.” Rhaen pun menyetujui perkataan Eirys, dalam hati.

           “Jika tidak ada yang bisa kamu lakukan lagi, silakan kamu boleh pulang.”

Lihat selengkapnya