Mudita

I Gede Luwih
Chapter #1

1. Ulang Tahun

Senyum sumringah seolah tak henti disunggingkan oleh Dita ketika menyambut maupun menyapa para tamu yang datang terutama anak-anak panti asuhan. Spesial ulang tahun jagoan kecilnya kali ini khusus mengundang anak-anak panti. Hiasan pernak-pernik memenuhi sebuah ruangan dengan dekorasi khusus ulang tahun anak-anak. Ada juga tulisan berwarna-warni bertuliskan HAPPY BIRTH DAY, TAHA.

Kue ulang tahun yang bentuknya menarik dan indah juga sudah siap. Ada lilin angka 4 di atasnya dan hiasan kalimat Happy Birth Day Taha. Kedua orang tua Dita juga memberikan selamat dan memeluk Dita juga menggendong cucunya dengan menggoda bahwa cucunya sudah besar dan berat juga.

Ada juga seseorang yang sedari tadi nampak sibuk. Muda juga diberikan selamat oleh kedua orang tuanya Dita. Juga kakak sulung laki-lakinya Dita. Mereka juga merasa bangga pada Muda, Papanya Muda juga memeluk Muda dengan begitu erat sambil menepuk-nepuk Muda, Papanya juga bangga pada Muda. Muda yang berani bertanggung jawab pada perbuatannya dan siap dihukum kalau salah.

"Happy birth day to you, happy birth day to you, happy birth day , happy birth day , happy birth day Taha..."

"Panjang umurnya, panjang umurnya , panjang umurnya serta mulia, serta mulia, serta mulia. Selamat ulang tahun kami ucapkan, selamat panjang umur kita kan doakan, selamat sejahtera sehat sentosa, selamat panjang umur dan bahagia..."

" Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga..."

Mereka bertepuk tangan sambil bernyanyi. Taha pun mulai meniup lilin di atas kue. Mereka pun begitu tersenyum bahagia lebih-lebih Dita dan Muda mengecup Taha saat selesai meniup lilin.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga..."

Dita membantu jagoan kecilnya memotong kue dengan tangan yang masih mungil dan ditaruh di lepek. Dita dan Muda secara bergantian mencium pipinya Taha sambil mencicipi kue yang diberikan Taha. Muda dan Dita juga saling berpelukan dan cipika-cipiki. Mereka pun mengajak anak-anak panti untuk makan bersama. Anak-anak panti pun bertepuk tangan riuh dan asyik makan-makanan yang enak-enak. Sedangkan Taha asyik digoda oleh kakek dan neneknya. Menjadi kakek dan nenek yang baru memasuki usia paruh baya. Taha pun mendapat kado-kado. Ada juga kado sebuah sepeda. Jadi Taha mulai bisa belajar bersepeda.

*

Dita merebah menyamping di ranjang mendampingi dan memperhatikan wajah mungil jagoannya yang tampak terlelap tidur karena kelelahan dengan pestanya dan kado-kado ulang tahunnya. Dita mengelus-elus rambut dan kening jagoannya. Tak dirasa matanya agak perih dan cairan bening menggantung di pelupuk mata seraya menitikan dan mengalir membasahi pipinya.

Muda secara tiba-tiba membuka pintu kamar, Dita pun terkesiap dan buru-buru mengusap-usap air matanya. Muda seraya melangkah dan duduk di ranjang memperhatikan raut wajah Taha,

"Wah, jagoan kecil kita rupanyan sedang asyik menikmati mimpi indahnya ya!"

"Iya, jagoan kecil kita kelihatan agak kecapean dengan pesta dan kado-kadonya" timpal Dita.

"Kamu kelihatannya habis menangis...?"

"Ya aku memang menangis, menangis karena bahagia, bahagia yang tak dapat terlukis oleh kata-kata. Apakah kamu juga merasakan seperti apa yang aku rasakan atau malah terbelengu oleh-..."

"Tta, berapa kali ku harus katakan, aku tak merasakan kegagalan dalam hidup bersama kamu, malah sebaliknya aku merasa lebih berarti dalam hidup dan juga penuh keberhasilan. Memang aku tetap belajar mencintaimu meskipun aku sudah tau kalo aku sudah mencintaimu melebihi apapun, dan kamu harus tau itu dan percaya akan hal itu..."

"Iya, aku tau dan percaya semua itu. Aku akan selalu setia untuk kamu, tidak hanya setia saat langit mendung, ketika bermandikan matahari tapi juga setia sampai kematian memisahkan, karena cintamu begitu putih suci dan tulus pada diriku yang menerima aku apa adanya meski aku gadis-...!"

Muda secepat kilat meletakan jari telunjuknya di bibir Dita agar Dita tak melanjutkan pembicaraannya lagi.

"Ssutt, berapa kali aku sudah bilang, rasanya aku tak pernah absen mengatakan padamu, jangan kamu rusak hari esokmu yang indah dengan bayangan mimpi buruk di malam kemarin, yang lalu biarlah berlalu jangan kamu ingat-ingat lagi dan jangan biarkan-..."

"Diri kita larut dalam kesedihan, dan pahamilah kesedihan tidak akan pernah mengembalikan apa yang sudah hilang tapi kesedihan itu justru bisa memperbesar kerugian yang menjadi akibat dari kehilangan itu. Kamu memang tak pernah absen membisikan kata-kata itu padaku..."

*

Bel elektrik rumah berbunyi berkali-kali tanda ada yang mau bertamu. Dita buru-buru membuka pintu rumah untuk melihat siapa yang datang. Dita agak kaget tapi setelahnya menampakan wajah berseri-seri seolah kangennya akan terobati. Dihadapannya ada wajah manis dan cantik begitu glowing sembari bibirnya yang tipis merah merekah menebarkan senyum dan membuka tangan,

"Surprise..."

"Tantri ! Ya ampun ini sih surprise banget"

Dita memeluk kedatangan sahabatnya itu yang sudah dianggap seperti saudara kandung.

"Ayo masuk yuk, kita harus rayain kedatangan lo, kangen banget gue, gue juga gak nyangka kalo elo datang beri kejutan hari ini "

" Ya, ini gue udah bela-belain biar bisa langsung ketemu sama elo"

Lihat selengkapnya