Mudita

I Gede Luwih
Chapter #12

12. Curhat

Tantri yang tengah berada di ruang tamu rumahnya tampak resah dan gelisah memikirkan keadaan Dita. Ia sibuk memainkan layar sentuh HP androidnya untuk mencoba menghubungi Dita. Ternyata operator memberitahukan selayaknya ngedumel kalau nomornya tidak aktif dan di luar jangkauan serta dimohon untuk menghubungi beberapa saat lagi. Tantri pun memutuskan untuk menghubungi telepon rumahnya Dita. Nyambung tapi sudah lama dihubungi tidak ada yang mengangkat juga. Risau dan kesal juga jadinya setelah menghubungi telepon rumah Dita beberapa kali tapi tidak ada yang mengangkat. Tantri pun begitu ngedumel lagi mengerutu tapi khawatir juga.

"Duh, pada kemana sih orang-orang rumah ini, ditelpon kok gak diangkat-angkat, hhuuh Dita juga! Lo dimana sih? Udah pulang apa belom sih? HP lo kok gak aktif? Lo baik-baik aja kan?"

Tantri seraya teringat untuk mencoba nge-chat Muda tapi terlihat di layar HP pesannya abu-abu centang satu pula. Ia pun semakin kesal dicobanya lagi menghubungi lewat telpon kontak biasa, operator juga mengumumkan nomor yang dihubungi sedang tidak aktif dan di luar jangkauan, disuruh pula menghubungi beberapa menit lagi. Ia menjadi semakin gundah gulana dan kesal.

"Ini lagi Muda, ikut-ikutan ketularan HPnya gak aktif, gimana sih ni orang-orang, apa yang terjadi coba? Bikin sebel juga lama-lama..."

Bel rumahnya tiba-tiba berbunyi berkali-kali yang membuat rasa cemberut dan sebalnya lebih mendingan. Ia pun bergegas untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang bertamu

"Yaaa, sebentar..."

Ia yang membuka pintu agak terkejut mendapati Muda di hadapannya ketika pintu telah terbuka. Muda ternyata yang beberapa kali memencet tombol bel elektrik rumahnya. Tantri pun agak ngedumel seakan protes terhadap Muda.

"Ee elo Da! Elo ini gimana sih, HP lo gue hubungi kok gak aktif?"

"Ceritanya panjang" sahut Muda sekenanya dengan raut wajah yang pucat pasi.

"Lo lo kenapa Da?" Tantri khawatir akan Muda yang raut mukanya tak seperti biasanya.

Muda mengangkat bahu pelan tapi bibirnya diam tak bergeming

"Ayo masuk! Kita ngobrol di dalam aja...!" ajak Tantri masih keheranan juga.

"Kita ngobrol di luar aja?" balas Muda seraya mendekati beberapa kursi dan sebuah meja yang ada pada teras rumahnya Tantri terus terduduk di salah satu kursi yang ada di teras. Tantri mengikutinya tapi belum mengambil posisi duduk, masih berdiri memandangi Muda.

"Lo mau minum apa?"

"Nggak usah repot-repot, gue hanya mau bicara sama lo, ada sesuatu hal penting yang harus gue sampein ke elo..."

"Tentang Dita?"

Muda hanya mengangguk. Tantri pun seraya duduk di sebelah Muda seolah tak sabar ingin menanyakan secara langsung dan tergesa.

"Gimana? Lo ketemu sama Dita?"

Hanya anggukan yang dipakai Muda untuk menjawab pertanyaan dari Tantri. Mereka juga saling berpandangan. Muda memainkan tangannya pada pegangan kursi yang didudukinya.

"Trus trus, gimana keadaannya , Dita baik-baik aja kan?"

Muda menarik nafas panjang lalu menyeka wajahnya dengan tangan kanannya. Tantri tidak sabaran menunggu jawaban dari Muda.

"Muda? Gimana keadaannya?"

"Reka-rekaan kita benar..."

"Mma ma maksud lo, Ddi Di Dita-?"

"Iya Tri, dugaan kita benar dan akurat!"

Tantri merasa badannya melemah dan sendi-sendi tulangnya serasa lunglai mendengar kabar dari Muda.

"Duh, ya ampun Dita-Dita, kenapa bisa kayak gini sih? Kacau dah kalo kayak gini urusannya..."

Mereka hening sejenak seakan tak mempercayai keadaan yang menimpa Dita. Beberapa saat kemudian Tantri memecah keheningan mereka.

"Trus gimana dengan Dedy, lo juga ketemu kan sama dia?"

"Iya, gue juga ketemu dia..." sahut Muda sambil mengangguk-angguk.

"Gimana reaksinya? Dia akan tanggung jawabkan?"

"Dedy dan keluarganya, justru menuduh bahwa cabang bayi yang dikandung Dita bukan hasil dari proyeknya bukan benih yang ditanam oleh Dedy melainkan proyek dan benih orang lain, gila kan?"

Lihat selengkapnya