Mudita

I Gede Luwih
Chapter #13

13. Mencintanya?

Niat Muda yang bersungguh-sungguh akan bertanggung jawab dengan kehamilan Dita membuat Tantri seakan tak bisa melukiskan oleh kata-kata. Apa yang pantas untuk sandangan gelarnya? Seorang pahlawan generasi Z? Pria sejati zaman now? Pejantan tangguh nan perkasa? Cowok tulen milenial atau malaikat tanpa sayap. Ah, Muda tak mau terlalu terpikir akan menyandang gelar-gelar seperti itu. Oleh sebab, perjuangan kehidupannya yang rumit dan pelik ke depannya sudah menunggunya. Hambatan atau halangan sudah siap menanti dan menghadangnya. Pastinya harus ada sebuah pengorbanan dan juga berbagai macam gunjingan. Apalagi kalau benar harus terusir, dia bisa apa? Apa dia harus menyerah pada keadaan. Atau tetap kekeuh dengan keputusannya apapun yang akan terjadi. Ia tidak ingin merasa bimbang. Maupun mereka-reka lagi.

"Apa lo mencintainya?" pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari bibir Tantri seusai menyantap nasi goreng bersama Muda. Hanya makanan itu yang bisa ia sajikan untuk Muda. Mereka duduk bersebelahan menikmati sajian nasi goreng ala buatan Tantri.

"Lo ngomong apa sih Tri?" sahut Muda seakan tak mengerti sambil memasukan suapan terakhir satu sendok nasi goreng dari piring ke mulutnya. Ia juga mengunyah begitu alot.

"Apa selama ini elo diem-diem mencintai Dita, tapi lo gak berani ungkapin perasaan elo karna dia udah ada yang punya, udah jalin cinta dengan cowok lain...?"

"Kok lo bisa kepikiran kayak gitu...?"

"Trus kenapa lo mau tanggungjawab atas kehamilan Dita?"

Muda terdiam sejenak. Dilapnya pinggiran bibirnya dengan tisu juga disekanya keringat yang mengucur dari wajah dan lehernya. Tantri penglihatannnya begitu menyelidik. Dilipatnya juga kedua tangannya di atas meja dan menunggu komentar dari Muda.

"Gue sayang sama Dita sebatas saudaraan, Dita udah gue anggap saudara kandung gue sendiri, tidak lebih. Gue hanya gak mau Dita menderita dan terlunta-lunta karna ulah cowok bejat dan biadab kayak Dedy, gimana pun juga, bayi Dita perlu sosok seorang ayah ketika lahir dan tumbuh nanti..."

Tantri menjadi terbengong menyimak juga seraya menopang dagu dengan tangan kanannya seakan ingin memandang jelas pada diri Muda sambil mendengarkannya.

"Jadi atas dasar itu lo mau tanggung jawab? menggantikan posisi Dedy yang kabur gak jelas untuk bersembunyi dari ulahnya pada Dita..."

"Iya Tri,meski gue seorang cowok tapi gue seakan bisa ngerasain apa yang cewek rasain ketika mereka hamil apalagi hamil di luar nikah dan tak ada pula yang mau bertanggung jawab untuk mengakuinya, pastinya itu sakit banget kan, dicampakan gitu aja oleh cowok yang sebenernya ayah dari anak yang dikandungnya..."

"Dita pastinya akan beruntung banget memiliki cowok sebagai calon suaminya seperti elo ya..."

"Lagi-lagi elo terlalu memuji..."

"Pujian itu juga pantas lo dapatkan..." ungkap Tantri sambil sunggingkan senyum manis tipisnya.

Muda agak termangu. Matanya seakan menerawang ingin menyibak sesuatu dalam diri Tantri. Pikirannya serasa terbang tinggi melayang-layang entah akan melakukan pendaratan darurat dimana. Atau akan bisa mendarat sesuai arah dan tujuannya dengan selamat tanpa ada hambatan maupun sesuatu yang menganggunya. Radar dan sinyal-sinyal akankah tetap bisa terkoneksi dengan baik. Perasaannya sungguh berkecamuk. Tentang sesuatu yang selama ini dia pendam. Mungkin dirinya dirasakan lama melamun tentang Tantri. Memandangnya terlalu lama padahal dirasakan baru sekejap saja melempar pandang. Tantri agak heran dan tersipu mendapat pandangan seperti itu dari Muda. Pandangan yang amat asing semenjak dia mengenalnya. Apa yang membuatnya seakan mereka-reka tentang dirinya. Apa mengidentifikasi dirinya terlalu dalam. Ah entahlah. Tapi itu dirasakan sungguh aneh dan nyata di hadapannya.

Lihat selengkapnya