Muda yang berotak cemerlang saat kelas X di SMA nya mendapat kelas yang teman-temannya berotak di atas rata-rata juga. Dedy, Dita dan Tantri mereka bertiga sekelas dan mendapat kelas yang muridnya berotak biasa-biasa saja. Dedy, Dita dan Tantri sudah dekat dari awal bahkan bersahabat sejak SMP. Mereka bertiga kalau kemana-mana selalu bertiga. Makan dan jajan di kantin, belajar kelompok bareng, duduk-duduk sambil ngerumpi di taman sekolah ketika jam istirahat pelajaran. Ke perpustakaan maupun ke toko buku untuk mencari buku-buku yang dianggap bagus menunjang kegiatan belajarnya. Bahkan mau berangkat dan pulang sekolah juga sama-sama.
Tantri sudah melihat gelagat tak lazim antara Dedy dan Dita. Antara keduanya saling ada ketertarikan satu sama lain. Tak sengaja saling pandang mesra dan tak sadar saling pegangan tangan. Mereka seakan malu-malu kucing tapi saling curi-curi pandang. Ada sesuatu rasa yang besar tapi belum terungkapkan oleh keduanya untuk jujur mengutarakan perasaan aneh masing-masing. Tantri sampai-sampai sering jail dan menggoda
"Cieye...cieye..."
Dita yang merasa digoda maupun terganggu sering mendadak kesal juga ngambek pada Tantri tapi Tantri malah semakin menggodanya. Dita semakin melengos kadang mereka saling kejar-kejaran maupun melempar sesuatu yang ada ke tubuh Tantri dan tak segan juga Dita menjewer telinga maupun mencubit pipi Tantri.
Muda mau berangkat maupun pulang sekolah selalu setia dengan motor sportnya. Kemana-mana selalu sendirian tidak ditemani oleh siapa pun tapi ia orangnya ramah dan murah senyum. Setiap ketemu dengan murid lain ia selalu menyapa dan tersenyum. Entah itu kakak kelas, kawan sekelas maupun siswa dari kelas lain. Sontak dirinya menjadi idola dengan keramahan dan parasnya yang sangat ganteng, memiliki tubuh ideal, berwibawa berotak cemerlang pula. Kaum siswi pastinya klepek-klepek kalau berdekatan dengannya apalagi disapa dan melempar senyum. Pikiran pasti terasa melayang ingin terjatuh dalam dekapannya maupun memiliki seutuhnya makhluk Tuhan paling atletis dan tampan.
Tantri selalu jadi bulan-bulanan dan harus menanggung malu akibat keramahannya Muda. Ia jadi gagal fokus ketika disapa apalagi Muda sambil menyunggingkan senyum kepadanya. Tantri tidak lagi memperhatikan langkahnya kalau sudah melihat Muda lebih-lebih kalau berpapasan dan mendapat sekedar sapaan,
"Selamat pagi...!"
Tantri hatinya begitu meleleh. Tak dipungkiri tentunya ia dilanda salting tapi wajahnya berseri-seri, senyum manisnya tipis terlempar untuk Muda. Tak jarang kalau mau berpapasan dengan Muda ia harus bercermin di layar HP terlebih dahulu, merapikan rambutnya, menyeka permukaan raut wajahnya tentunya harus tampak glowing dan terlihat tampil semaksimal mungkin di depan Muda. Tak pelak juga mengetes pita suaranya agar bisa membalas sapaan dari Muda selembut dan sehalus mungkin. Kadang sikapnya melebihi dari peserta kompetisi ajang pencarian bakat menyanyi yang akan menunjukan kualitas maksimal suara bagus, indah,unik maupun punya karakter suara mumpuni kepada dewan juri. Entahlah dia seakan tak pedulikan dibilang alay maupun lebay tapi ia ingin selalu tampil sempurna di hadapan Muda.
Tantri sering harus kejedor pintu, tembok maupun tak sengaja menubruk murid lain karena terlalu fokus mengawasi gelagat gerak-gerik Muda. Tak pelak harus merasakan tersandung maupun terpeleset yang membuatnya terjatuh. Sungguh malunya jadinya tidak ketulungan apalagi dilihatnya murid-murid lain memandang aneh juga ada yang menertawakan cekikikan dirinya.
Dita yang melihat tingkah aneh dan misteriusnya sering menampakan kekesalan harus buru-buru menyamperi juga membantunya untuk segera bangkit dari jatuhnya. Pikirnya Tantri terlalu menderita kasmaran stadium akhir. Terjangkit virus rona asmara. Selalu kesemsem tingkat akut. Tantri juga sering stalking segala jenis platform sosmednya Muda. Muda yang diketahuinya nama lengkapnya Muda Diksa Tahir. Nama yang menurutnya sungguh unik. Ingin juga rasanya mengenalkan nama dirinya. Apa Muda mengetahui nama dirinya. Tentunya tidak. Haruskah dimulai mengenalkan nama dirinya. Halo nama gue Tantri Tiffany. Masa dia yang harus memulai sebagai cewek. Ah, pasti Muda akan menganggapnya wanita ganjen maupun cewek agresif lebih buruk lagi perempuan liar. Padahal dia hanya ingin menunjukan dia gadis yang punya sikap manis. Perempuan yang penuh keanggunan. Cewek yang terhormat dan dari keluarga baek-baek. Wanita yang sedang dirundung jatuh cinta. Tantri meminta konfirmasi pertemanan dan mutualan. Alangkah girangnya dia ketika konfirmasi pertemanannya diterima dan difolback. Dia semakin bisa menguntit kegiatannya di dunia maya. Apa saja perbaharuan status di FB, broadcast di WA, cuitan di twitter, caption di Instagram maupun segala update status dan story di platform sosial medianya akan selalu diikutinya dan harus selalu pencet tanda hati untuk nge-like-nya.
Perkenalan yang diimpikan Tantri dengan Muda akhirnya terjadi. Mereka ternyata sama-sama mengikuti ekskul paskibra. Sedangkan Dedy dan Dita lebih memilih ekstrakurikuler SISPALA, siswa pecinta alam.Tantri sungguh rasa senangnya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Muda ternyata ikut eskul paskibra juga. Memang ya kalau jodoh tidak akan kemana, pikirnya. Ah, apa khayalannya terlalu ketinggian. Biarkan saja, angan-angankan harus setinggi langit. Tapi awas kalau jatuh sakitnya amat parah dan mengenaskan lebih-lebih tertimpa tangga pula. Suara dalam hatinya seakan mengalami perdebatan sengit. Nyatanya entah sengaja atau tidak sengaja. Memang kebetulan, nasib maupun takdirnya seakan selalu mendekatkan dirinya pada Muda. Apalagi sewaktu dirinya ditunjuk sebagai pembawa bendera dan ada Muda juga yang akan mengapitnya. Bisa dibayangkan ketika latihan denyut nadinya tak beraturan. Jantungnya berdegup kencang tak karuan.Rasa grogi menyelimuti. Perasaan nervous membaluri. Gagal fokus semakin menjadi. Saltingnya tak bisa ia bendung tak tertahan lagi.
Beberapa kali juga ia harus kena damprat oleh pembina maupun seniornya karena sering keliru melakukan gerakan dan tidak kompak dengan kelompok lain ketika latihan. Aduh malunya jadi benar-benar tidak tertolong. Muda dan peserta lain matanya tertuju padanya seakan ia makhluk paling aneh di bumi entah seorang alien atau makhluk luar angkasa lainnya yang kesasar dan mendarat darurat di bumi. Muda melempar komunikasi non verbal dengan gestur dan mimik raut wajah seolah mengilustrasikan agar tetap semangat dan pasti bisa. Ia menjadi terpecut dalam dirinya semangatnya menjadi berkobar dan tidak akan pantang menyerah apapun halangannya. Apalagi ketika dirinya istirahat latihan, Muda tak disangkanya sama sekali maupun tak terpikirkan sebelumnya. Muda memberikan air mineral kemasan dan tisu tanpa banyak bicara. Hanya lebih menekankan komunikasi non verbalnya tapi dapat dibaca mengisyaratkan agar dirinya mau menerima pemberiannya untuk sekedar menghilangkan rasa dahaga dan mengelap keringat yang membuat raut wajahnya terbasah sampai leher bahkan kelihatan wajahnya yang cantik sedikit berminyak. Agak heran juga dibuatnya tak biasanya Muda yang dikenal ramah lebih menekan bahasa non verbalnya akhir-akhir ini terhadapnya. Apa karena grogi juga , salah tingkah juga menghadapinya, apa dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan, apa dia juga menyimpan rasa sukanya. Ah, apa dirinya terlalu ge-er, kepedean tingkat akut. Menaruh harapan kan bolehlah. Gelagat Muda yang tak lazim dengan memberikan perhatian ekstra ke dirinya membuat siswi lain ada yang iri maupun sirik. Ada juga yang menggodanya hingga dirinya tersipu malu dan hanya bisa menepuk pundak pada teman yang menjailinya. Bagi yang iri hati, dengki, ataupun sirik atas kedekatannya dengan Muda harusnya legowo maupun lapang dada dong. Berjiwa besarlah dengan tunjukan rasa simpati. Bersikap mudita ya sehingga menemukan sebuah kedamaian hati.