Tantri tiba di kelas dari menikmati sela-sela jam istirahat pelajaran. Ia begitu terkejut karena siswa di ruang kelasnya begitu ramai meriuhkan sesuatu. Rupanya Dedy sudah bertekuk lutut menghadapi Dita dan tangan kirinya menyembunyikan seikat bunga daisy putih di belakang dekat pinggangnya. Tangan kanannya memegang telapak tangan kanannya Dita yang tengah berdiri menunduk menghadapinya.
"Tta, gue harus jujur! Gue nggak bisa lagi menyembunyikan perasaan gue yang sebenernya ke elo, sekian banyak cewek yang gue kenal, inilah kali pertamanya gue jatuh cinta dalam arti nyata, elo adalah yang ideal yang menjadi pendamping hidup gue...!"
Sontak para siswa yang tengah berada dalam kelas meriuh dan ada pula yang bersiul-siul. Ada yang cengar-cengir saja. Ada yang kasak-kusuk. Ada yang seakan pura-pura mau muntah mendengarnya. Dita agak senewen juga dan lebih tersipu malu. Dita merasa malu dan memilih berkomunikasi non verbal terhadap Dedy mengisyaratkan untuk menyudahi bertekuk lututnya pada dirinya. Dedy tidak mengindahkannya. Suara-suara dari teman-teman di kelasnya yang berusaha mengguncang konsentrasinya tak dipedulikannya.
"Elo telah memikat hati gue, elo kalem, tak banyak bicara tapi mata indah elo yang banyak bicara, dengan diri elo gue bisa menjalani hari-hari dengan penuh semangat, bersama elo gue bisa melupakan kegalauan, kerisauan, dan kegundahan hati gue, gue nyaman dan merasa tenang bersama elo, elo embun penyejuk ketika gue dirundung dahaga, elo pelita gue disaat gue merasa kegelapan..."
"Hhuuuh...!" sebagian siswa menyoraki.
"Ehuk ehuuk huk..." ada seorang siswa pura-pura batuk.
"Uewek..." seorang siswi yang modis dan asyik mengipasi wajahnya bersama 2 temannya berbahasa tubuh mengilustrasikan seakan mau muntah.
"Uhui, suit-suit huit huit" ada riuhan siul dari sebagian siswa seakan meniup peluit.
Dita hanya bisa mematung. Alisnya menaut. Tangan kirinya kadang menyeka wajahnya,menempelkan telapak tangan pada kening dan juga memegang dagunya. Dedy masih memandang menengadah ke arahnya dan menampakan keseriusannya.
"Gue bener-bener suka, gue cinta sama elo,Tta! Gue gak mau kehilangan elo, gue mau elo selalu menemani gue dan selalu ada buat gue,Tta! Gue mohon berlabuhlah elo di dada gue, bukalah pintu hati elo buat gue, you will be the last for me..."
"Ehem, rayuan gombal itu, biar dikira cowok romansa!" celetuk seorang cowok seakan meledek.
"Hhuuu...!" siswa lain menjadi menyoraki Dedy.
"Bukan,Tta! Ini bukan rayuan gombal, elo cinta gue, elo sayang gue, elo nafas gue, elo belahan jiwa gue. Biarkan anjing menggonggong tapi kafilah tetap berlalu...!"
"Huuuh, suit, suit, huit, huit..."
"Tapi, anjingnya terjangkit virus rabies, ia gak menggonggong tapi langsung menggigit, itu gimana..." bantah seorang siswa seakan berkelakar.
Siswa lainnya sontak meriuhkan tawa dan bersorak.
"Wk wk wk...ck ck ck..."
Tantri menjadi melengos kepada teman sekelasnya dan memberi isyarat untuk hening dan menghentikan tawa. Dita masih tak mau bergeming. Ia benar-benar dilanda rasa malu tapi Dedy tak pedulikan keadaan sekitarnya seolah mereka hanya berdua berada di ruangan itu. Dedy terus mengutarakan perasaannya dan unek-uneknya yang selama ini berkecamuk seolah ingin mencurahkan semuanya tanpa ada lagi yang tersisa.
"Tta, gue akan selalu ada buat elo, gue akan selalu usaha untuk menghibur elo, siap memberikan lelucon hingga elo bisa tersenyum merekah saat raut muka elo keruh dan dilanda kegundahan. Lingkar lengan gue selalu siap memeluk merangkul mesra dan mengalirkan kehangatan, jemari tangan gue akan siap membelai rambut elo kala elo merasa pupus asanya. Percaya pada gue, Tta! Gue pasti selalu ada buat elo, saat susah seneng, sedih ketawa, gue akan setia menemani elo...!"
Dita menjadi salfok dengan berbagai untaian demi untaian kata-katanya Dedy. Di hatinya merasa senang dan agak ragu-ragu menyunggingkan senyum sumringah.
"Segitu istimewakah gue di hati elo,Ded?"
"Di antara banyak temen cewek yang gue kenal, elo yang paling spesial buat gue, cinta gue ke elo melebihi luas dan dalamnya Samudera Pasifik, sayang gue ke elo lebih panjang dari sungai Nil, rasa suka gue melebihi tingginya gunung Everest, Tta? Maukah elo menjadi cewek gue? Menjadi pacar gue? Sebagai tambatan hati gue...?"