Mudita

I Gede Luwih
Chapter #17

17. Valentine

Tantri yang duduk berhadapan dengan Dita yang duduknya bersebelahan dengan Dedy. Mereka terbatasi meja di kantin. Dedy dan Dita makan bakso sedangkan Tantri pesanannya siomay. Mereka begitu lahap makan. Mungkin efek ulangan pelajaran kimia tadi dengan ibu guru yang cerewet dan killer membuat mereka kehabisan kalori akibat terlalu berpikir keras dalam menjawab soal-soal setidaknya berusaha mendapat nilai standar yang ditetapkan gurunya biar tidak mengalami remidi. Pastinya kan males banget menurut mereka harus ngulang-ngulang terus ulangan pelajaran 1 Bab untuk mendapat nilai standar. Kantin adalah sesuatu paling diburu sebagai pemadam kelaparan sesaat setelah ulangan maupun menghadapi pelajaran yang membuat otak mereka terasa terberangus.

Apalagi menghadapi pelajaran kimia. Dari belajar struktur atom, keunikan atom C, sistem periodik, bentuk molekul, gaya antar molekul. Entah ulangan tadi dengan soal-soal hidrokarbon dan minyak bumi. Senyawa karbon. Senyawa kimia alkana yang dikategorikan hidrokarbon alifatik jenuh ada yang dinamai senyawa butana, etana, heksana, metana, pentana maupun propana. Pikiran mereka hanya tertuju pada yang ada "ana ana lah..."! Entah nama Alana, Sentana, Fitriana, Karyana, Koroana, maupun Merana apa bisa juga dimasukan atau tidak. Apa perlu dilakukan penelitian hingga nanti menjadi seorang profesor yang menemukan senyawa alkana zaman now.

Ada juga senyawa kimia organik hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan karbon rangkap 2 atom karbon dikategorikan Alkena. Ada Etena, Etilena, Butena. Mereka pikirkan hanya ditinggal ganti "Ana jadi Ena Ena". Entah nama Elena, Selena, Terlena, Pena, Kena mereka masukan untuk jawaban soal-soal. Mereka buat santuy aja. Satu lagi senyawa Alkuna yang termasuk hidrokarbon tak jenuh dengan ikatan karbon rangkap 3. Ada dinamai Butuna, Etuna, Dekuna, Nonuna, Propuna. Pastinya udah mikir yang ada "una una nya". Jawaban Aluna, Putri una, Karuna, Taruna, Koruna, Tuna, Wisma Tuna, Netra Tuna, Wicara Tuna, Rungu Tuna, Daksa Tuna, Grahita Tuna, Lara Tuna, maupun Ganda Tuna tak terelakan tergores tinta dan terpampang di lembar kertas penilaian. Alhasil, bisa dibayangkan raut wajah ibu guru yang giginya sungguh mancung. Emoji geram, emoji warna memerah dan terbakar dengan bola mata menjadi menonjol keluar. Ada gebrakan meja juga setelah memeriksa lembar jawaban dengan jawaban ngasal, nyeleneh dan dianggap ngawur ngidul nglindur.

Pastinya mereka harus bersiap menghadapi selama setahun pelajaran kimia kelas XI yang sudah dicanangkan dan terpampang dalam buku dari Hidrokarbon, Termokimia, Laju reaksi, Kesetimbangan, Larutan asam basa, stoikiometri larutan, Hidrolisis garam, Larutan buffer/penyangga, kelarutan garam maupun sistem koloid. Akan adanya ujian penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester. Bab judulnya saja kadang dibuat mereka nyeleneh. Mereka tahunya Hydro merek minuman dari air kelapa. Mereka tahunya karbon sejenis arang dan karbol sejenis air sabun ada busanya. Mereka kenal hanya termos, tempat menyimpan air panas. Ada juga mikir timbangan, untuk mengukur berat badan dan barang. Entah kenapa garam dan larutan juga banyak yang dibahas. Mereka kenalnya garam ya dipakai pelengkap bumbu dapur yang rasanya asin. Larutan dikenalnya ya merek minuman cap yang ada kaki dan ada pula merek dengan nama hewan yang digembar-gemborkan berkhasiat meredakan panas dalam, sariawan dan sakit tenggorokan. Entah merk cap kaki empat dan merk yang ada sapinya. Larutan segar bugar. Mereka lupakan sejenak besitan pelajaran-pelajaran yang memeras otak dengan memanfaatkan sela-sela jam istirahat kegiatan belajar mengajar tentunya melakukan pemadaman kelaparan di kantin sekolah.

"Eh, Tri! Koq Muda sekarang jarang ngumpul sama kita, dan gue jarang liat dia ngegebet lo lagi,? Kalian gak lagi ada masalah kan..!" untaian demi untaian kata yang terkesan cerewet sambil makan pentol bakso sehingga ucapannya serasa mengguman membuat Tantri menghentikan aktifitas mengunyah siomay dan melirik aneh Dita.

"Iya ni Tri! Udah lama kita nggak ngumpul bareng sama dia, jadi gak bisa bahas pelajaran BiMaFia, kalo ada dia dengan otak yang encer, pastinya kita gak sungkan nanya, daripada nanya sama guru killer..." Dedy malah ikutan mengguman sambil asyik mengunyah pentol bakso dihabiskan dulu kek makanannyafu baru ngomong. Tantri dibuatnya sungguh dongkol.

"Apaan sih kalian kok nanyanya ke gue,emang gue asistennya dia atau managernya dia, hingga tau jadwal-jadwalnya dia, haah!"

"Eh kok lo malah sewot sih, bukannya kalian lagi pedekate, wajar dong gue nanya ke elo..." Dita seakan protes atas sikapnya Tantri.

"Lo jangan mikir aneh-aneh deh Tta, kita temenan biasa aja, nggak lebih, ya siapa tau Muda sibuk dengan kegiatan OSISnya, jadi gak ada waktu buat leha-leha, sampe situ kalian paham, heeh?" Tantri serasa dibuat semakin jengkel dan geregetan.

"Jadi Muda, blom nembak lo Tri? Ah payah si Muda nii, .." Dedy menanyakan serius kemudian menggeleng lemah.

"O gue tau jangan-jangan dia nunggu momen yang pas, waktu yang paling tepat, kan ntar lagi valentine, pasti dia nembak lo pas hari valentine nanti..." Dita serasa menemukan ide seraya merasa kegirangan.

"Aduuh, kalian ini, bikin mood selera makan gue hilang tau nggak,..." Tantri ngambek dihempaskan sendok pada piring yang masih ada sisa siomay seraya mengambil tisu untuk mengelap pinggiran bibir dan tangannya lalu dibuang tisu begitu saja di atas piring sembari melipat tangan di dada, raut wajahnya melengos dan memalingkan muka tanpa mau menoleh Dedy dan Dita.

"Lo jangan gitu dong Tri, kita kan sahabat lo, kami minta maaf deh Tri, kita gak ada maksud nyinggung perasaan elo, ...!" untaian permintaan Dita yang begitu melemah seakan merasa bersalah banget.

"Niat kita baik kok Tri, kalo suka sama seseorang ungkapin aja dulu, gak usah dipendem, perkara ditolak ato diterima urusan belakangan, kan kita masih bisa temenan juga gak harus selalu berakhir semua bisa pacaran, sorry ya...!" Dedy memandangnya penuh lembut dan kata-katanya serasa ada benarnya cukup meneduhkan maupun menenangkan suasana hatinya yang dilanda kedongkolan dan kegalauan.

Semenjak Tantri pura-pura nge-prank Muda. Muda jadi jarang terlihat ketika jam istirahat pelajaran. Ketika latihan paskibra juga jarang menemui dia lagi. Hanya menyunggingkan senyum dan sekedar melambaikan tangan sekenanya saat mereka saling melempar pandangan. Sudah jarang ngobrol seperti biasanya. Apa yang terjadi dengannya. Apa segitu sibukkah dia dengan aktifitasnya. Kegiatannya sebagai ketua OSIS maupun kegiatan belajarnya seakan tak ada waktu lagi untuk berkumpul bersama ataupun sekedar chat. Apa benar dia akan memberikan kejutan di Valentine Day, sekarang pura-pura cuek tapi nanti di hari kasih sayang justru akan nyatakan cinta kepadanya. Huuuh, apa harapanya terlalu ketinggian. GR. Tapi harus tetap berpikir positif. Optimis dan PD. Bisa jadi bisa jadi. Terus berdoa. Semangat. Apa doanya akan didengar Tuhan, sembari Tuhan mengangguk dan mengabulkan permintaannya. Atau harus mengajukan proposal doa kepadaNya. Seraya dibacaNya dulu. DianggapNya menarik dan menyentuh sehingga luluh. Proposal doa ditandatangani dan disetujui. Halunya seakan membuatnya senewen, hilang akalnya.

Dedy sehabis dari kamar kecil melihat ada segerombolan teman cowok sekelasnya di sudut sekolah paling pojok sekali. Hanya murid cowok sering menguasai tempat itu seakan markas sebuah geng. Terutama geng dari teman sekelasnya. Tempat itu seakan kedap suara. Hanya mereka ber-enam yang bisa mendengarnya. Azada duduk di bangku beton diapit dua temannya, Dayyan dan Tadeus. 3 teman lain seakan mengambil posisi rukuk. Bukan rukuk untuk melakukan shalat tapi pandangan mereka tertuju pada HP yang dipegang Azada. Ke-enam anak ini memang sering buat onar di kelas dengan menjawab nyeleneh dan ngasal pada guru. Dicap siswa peraih nominasi terbanyak kategori remidi di setiap ulangan di semua mata pelajaran di kelas. Kalau lolos dari remidi itupun harus berbuat curang dulu. Melakukan aksi contek menyontek dengan gengnya maupun menodong siswa lain yang dianggap lebih pintar. Kalau tidak melakukan kerjasama menyontek, gelar juara remidi pasti terus bersemayam dalam diri mereka. Mereka juga gangguin cewek-cewek yang dirasa belum ada gebetannya. Tak ada laki-laki yang akan melindunginya. Walaupun geng agak savage ternyata mereka pilih-pilih dalam hal godain cewek. Tiara dan Dita tak berani digoda. Mungkin mereka tahu kalau Dedy akan menjaga dan melindungi bila kedua cewek itu dijahili. Entah malas ribut karena cewek atau memang takut pada Dedy maupun Muda yang dirasa tengah dekat sama Tantri. Dedy tak pernah menanyakan hal itu karena dirasa itu baginya tidak penting.

Mereka dirasakan raut wajahnya menegang. Ada yang ngiler. Sesekali menelan ludah. Matanya tidak mau berkedip sama sekali seakan tidak mau melewatkan sedetik pun hal yang ditontonnya di layar HP yang di pegang Azada. Terdengar desahan dari seorang wanita yang mereka tonton " Ah, ah,ah..."

"Hayo, lagi ngapain kalian?" setengah teriakan Dedy yang penasaran membuat mereka begitu membelalak dan memperbaiki posisi badan seraya serempak menoleh arah sumber suara, alih-alih takut mereka kegep guru, Azada buru-buru juga menyembunyikan HP yang dipegangnya ke belakang pinggang. Mereka seakan senewen.

"Ah ternyata elo Ded, ngagetin kita aja...!" dongkol Azada ketika melihat ternyata Dedy yang berkoar sembari tidak jadi menyembunyikan HP dan kembali mau menonton setelah sempat terjeda oleh ulah Dedy yang membuat mereka terkesiap.

"Huuh, ganggu kita aja, orang lagi seru juga" kesal Tadeus setengah melotot ke arah Dedy sambil komunikasi non verbal seakan mau menonjok Dedy.

"Eh elo Ded, ayo gabung sama kita..." seru dan ajak Munadi melempar senyum dan melambaikan tangan agar Dedy mendekat ke arah mereka dan ngumpul bareng biar tambah ramai dan seru. Yang lain tak peduli lagi dan kembali melanjutkan menonton video yang harus terlewat. Dedy ikut saja intruksi dari Munadi dan melangkah mendekati mereka karena saking penasaran apa yang dilakukan oleh segerombolan temannya yang dianggapnya barbar.

"Kalian lagi pada nonton apaan sih...?" layangan pertanyaan Dedy dengan rasa keingintahuan cukup besar membuat Dayyan menghentikan menonton sejenak dan menoleh sembari berkata seakan meledek,

"Elo blom pernah kan nonton beginian...?" menunjuk dengan menghempaskan dagunya ke layar HP yang masih kekeuh dipegang Azada.

"Kasi liat Az, biar tau dia, adegan orang dewasa itu kayak gimana..." lanjut Dayyan seolah bernada mengejek juga.

"Mana berani dia nonton begituan, dia kan termasuk anak alim,..." ledek Ugo juga sambil melempar senyum getir.

"Berani gak elo...?" Ilman seolah nantangin untuk mau ikutan menonton.

Azada menyodorkan HP pada Dedy sembari menghempaskan raut wajahnya seperti mengintruksikan agar Dedy mengambil dan menonton video yang ditonton oleh mereka sedari tadi. Dedy perlahan menerima HP yang diacungkan Azada sembari mencoba melihat layar Hp.

"Anjrit, otak mesum kalian ya...!" Dedy begitu terkejut dan sesegera mungkin memalingkan muka setelah sekilas melirik video yang tersuguh di layar HP, buru-buru juga mengacungkan HP ke arah Azada.

"Huuh, cemen elo, lo cowok apa banci sih, eh tapi banci kayaknya berani juga nonton begituan, trus elo apa ya, jangan-jangan gak normal..." Ilman seakan menyoraki dan meledek diralat pula ejekannya. Sontak membuat Dedy darahnya seperti mendidih dan merasa terkompori bahwa Ilman mengajaknya ribut. Menatap tajam Ilman dan memberondongnya.

Lihat selengkapnya