Mudita

I Gede Luwih
Chapter #23

23. Pengasingan

Ia dibawa ke tempat agak terpencil jauh dari keramaian. Di sebuah villa yang tampak nyaman dan tenang untuk menyendiri sambil intropeksi diri. Jauh dari bisingnya lalu lalang kendaraan bermotor dan orang-orang yang super sibuk. Semua kebutuhannya sudah dipersiapkan secara matang. Ia kadang duduk melamun di teras villa sambil menerawang dan menikmati keindahan pemandangan di sekitar villa. Juga kadang berjalan santai di sekitaran villa mencari udara segar untuk melegakan saluran pernafasan. Rajin pula olahraga setiap pagi maupun sore hari. Memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Membaca buku maupun searching di internet ataupun browsing di google tentang menjaga nutrisi maupun gizi bagi ibu hamil, kesehatan ibu dan bayinya.

Seseorang selalu mengunjunginya. Ikut memperingatkan dan memperhatikan untuk selalu menjaga kesehatan. Entah lewat komunikasi dengan smartphone baik panggilan biasa maupun video call. Juga sering chatingan entah sekedar menyapa, salam basa-basi, menanyakan keadaan, terutama pertanyaan sudah makan, makan apa, rasa rindu, dan selamat menjalankan aktifitas maupun selamat tidur. Kalau dalam kunjungannya, mereka juga berdiskusi bersama entah tentang pelajaran di sekolah maupun dalam hal mengikuti perkembangan tentang kandungan.

Muda dan Dita tampak duduk berdampingan. Dita merebahkan kepalanya di pundaknya Muda. Penglihatan mereka menerawang jauh menikmati pemandangan indah di sekitar villa.

"Jujur,Da! Aku seperti mimpi menjalani kehidupan aku sekarang. Dalam menghadapi kegetiran hidupku, aku malah ditemani cowok seperti kamu yang berhati mulia, baik banget, dan rela berkorban untuk aku, kamu itu malaikat buat aku, aku masih nggak percaya dengan semua ini, seperti mimpi, aku pikir ini hanya ada pada film dan sinetron aja, tapi ternyata terjadi di kehidupan nyata aku..."

"Memang kadang hidup itu seperti mimpi, kalau kita menghadapi masalah yang pelik dan musibah getir, kadang kita berharap itu cuma mimpi buruk...!" pungkas Muda setelah mendengar untaian kata dari Dita entah rasa kurang yakin dan rasa syukur.

"Meski nantinya aku akan ditinggalkan oleh dirimu, mungkin aku hanya bisa gigit jari, dan aku akan merasakan sakit hati, karna perhatianmu yang ekstra padaku membuatku terlanjur sayang sama kamu, semakin hari aku semakin mencintaimu..."

Muda yang menyimak tukasan dan seakan rasa pesimis dari Dita. Melepaskan perlahan rebahannya Dita di pundaknya sembari memandang Dita penuh kasih dan dipegangnya halus kedua pipi Dita dengan kedua tangannya. Mereka saling memandangi. Rasa kasih sayang terpancar dari penglihatan mereka.

"Tta, kamu kenapa masih rada-rada takut seperti itu, percaya Tta! Aku bukan cowok seperti dia, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, terlalu bodoh buatku kalau aku meninggalkan gadis secantik kamu dan perempuan tegar seperti kamu, calon seorang ibu yang mati-matian mempertahankan nyawa seorang generasi penerus titisan kehidupan baru..."

Dita menjadi tersipu mendengar untaian kata dari Muda seolah menyanjungnya secara berlebihan.

"Kamu jangan memuji Da! Kenyataannya aku ini wanita-!"

Muda buru-buru menukas lembut bicaranya Dita. Seakan Dita tak diperbolehkan melanjutkan cerita yang mungkin akan merendahkan keadaanya saat ini.

"Ssuut, tolong jangan kamu lanjutkan kata-katamu itu, itu hanya bilur masa lalu, bukankah kita telah sepakat untuk melupakannya, dan mulai membuka lembaran hidup baru, kamu juga harus tau Tta, detik demi detik aku juga semakin mencintaimu...!"

"Ternyata aku memang harus selalu bersyukur pada Tuhan yang telah mengirimkan malaikat, pangeran ganteng dan baik hati yang mampu memberiku semangat untuk menghadapi kesulitanku, di bahumu aku bisa terlelap dan melepaskan penatku, kamu menuntunku ke jalan yang indah hingga aku tak tersesat, aku ingin selamanya kita selalu bersama menyatukan perasaan kita, dan cinta kita kekal abadi sampai akhir nanti dan untuk selama-lamanya...!"

Untain kata halus dan lembut dari Dita yang bertubi-tubi aka adanya rasa bersyukur, menyanjung dan harapan-harapan membuat Muda sembari memegang pelan dan lembut tangannya Dita. Serasa menenangkan dan nyaman.

"Iya Tta, aku akan selalu lakukan itu untuk kamu, cintaku tak akan pernah hilang dan pudar..."

Dita begitu terkesima dan seolah tersihir untuk selalu merasakan bahagia oleh pandangan dan pencerahannya Muda. Rasa dukanya seperti telah terganyang dan enyah tak akan balik kembali. Dipelukanya Muda erat-erat seolah tak mau melepaskan pelukan dan siapapun tak bisa memisahkan. Muda membalas pelukan Dita lembut. Rasa bahagia mengguyur mereka berdua.

"Da! I heart you!"

"I heart you too, Tta!"

*

Lihat selengkapnya