"Thanks ya Tri! Elo udah mau ngejenguk gue ke sini dan merahasiakan tentang diri gue sekarang...!" bincang Dita pada Tantri sambil menerawang jauh menikmati pemandangan sekitar dari duduknya di balkon villa.
Tantri yang duduk di sebelahnya sedari tadi ikut terkesima dan takjub melihat bentangan alam dengan panorama langit senja sembari menoleh Dita dan menyanggah selembut mungkin.
"Elo nggak usah berbicara seperti itu, udah sewajarnya lagi kita sebagai sahabat apalagi kita anggap saudara kandung sendiri, saling bantu, saling menguatkan, saling dukung, susah, seneng, sedih, ketawa, kita harus selalu bersama..."
Dita yang mendengar serasa menenangkan sembari mendongak Tantri di sampingnya. Mereka saling berpandangan dan menyunggingkan senyum manis tipis.
"Elo emang sahabat terbaik gue, elo udah banyak bantu gue, dalam segala hal termasuk menghadapi aib gue ini..."
"Elo nggak usah mikirin itu apalagi banyak pikiran yang aneh-aneh, paling penting itu, sekarang gimana elo bisa ngejaga kondisi elo dan calon bayi elo biar tetep fit dan sehat, persalinan lancar dan selamat, elo dan bayi elo sehat, itu point yang harus elo pikirkan dan persiapkan..."
Dita mengangguk pelan setelah menyimak pemaparannya Tantri untuk meneguhkan suasana hatinya.
"Thanks Tri!" ucap pendek dari Dita dan dibalas anggukan pelan diiringi senyum manis dari Tantri.
"Gue merasa bersalah sama elo Tri!"
Lirihan celetukan Dita yang sembari mengalihkan pandangan dari tatapannya Tantri membuat Tantri menyahut dengan nada tidak mengerti maksud dari Dita.
"Merasa bersalah? Merasa bersalah gimana?"
"Gue ini emang parasit dan egois di antara persahabatan kita..."
"Lo ngomong apa sih?"
"Gue minta maaf ya sama elo, sorry banget, kalo gue udah ngambil dan merebutnya dari elo..."
"Aduuh, kok elo bikin gue bingung, gue sama sekali nggak ngerti lo ngomong apaan..."