MUDRA

Mega Yohana
Chapter #25

Tertangkap

Hyang Acaraki menatap satu per satu wīrataruṇa yang berdiri di hadapannya. “Hanya ada sembilan belas di sini,” dia menandai. “Di mana sembilan yang lain?”

Para wīrataruṇa saling pandang, lalu menatap Sang Narottama yang berdiri di samping Hyang Acaraki.

Kartika Wulung berdeham. “Mereka ada,” katanya, “hanya sedang terhalang sesuatu.”

“Sesuatu apa?” Kartika Salaka menatap kakaknya meminta penjelasan. Gerak-gerik saudaranya dan para Pāṇīndriya ini terlihat ganjil, seperti ada sesuatu yang mereka tutupi. “Jangan bilang kalian benar-benar melakukannya?” selidiknya.

“Tentu saja tidak!” tampik kakaknya. Pria itu lalu menghela napas panjang. “Tiga sedang dalam pemulihan, enam lainnya berada di kawah.”

Jawaban itu tentu saja mengejutkan Salaka. Pāṇīndriya adalah prajurit terpilih. Sejauh yang dia ingat sebelum pergi dulu, jarang sekali Pāṇīndriya terluka parah hingga memerlukan waktu lama untuk pemulihan. Dan, enam … enam wīrataruṇa berjaga di Kawah Garbha Dumilah. Mengapa perlu sebanyak itu? Dulu, satu atau dua penjaga saja cukup.

Sebenarnya ... apa yang sudah terjadi di sini selama dirinya pergi?

Kartika Salaka menatap saudaranya, meminta penjelasan dalam diam.

Sang Narottama mendesah. “Kau tidak akan percaya jika tidak melihatnya sendiri, kan?” tebaknya tepat sasaran. “Kuduga kau juga tidak akan mau jika aku menyarankanmu untuk beristirahat dulu dan membicarakan masalah ini besok.”

“Hm, tepat sekali. Tunjukkan jalannya!” tukas Salaka mantap.

Tak bisa menolak, Sang Narottama memerintahkan kesembilan belas wīrataruṇa untuk kembali ke titik jaga masing-masing sebelum membawa adiknya ke tempat para wīrataruṇa yang terluka melakukan pemulihan.

Salaka mengikuti langkah saudaranya menyusuri jalan setapak di tebing curam. Jika dia tidak salah ingat, jalan ini menuju ke Gua Poṣadhan1.

Benar saja, Wulung menuntunnya ke sebuah gua dengan banyak batuan kapur runcing di langit-langit.

Di dalam gua itu terdapat sebuah kolam berair jernih. Di tengah kolam terdapat segerumbul bunga śwetakumuda2 yang memiliki khasiat penyembuhan baik luka luar maupun luka dalam.

Kuntum-kuntum teratai putih tampak memendarkan cahaya lembut. Pada batangnya yang menyembul dari air juga terlihat aliran cahaya keperakan. Ini adalah tumbuhan magis yang hanya tumbuh di kolam ini. Menurut kisah, di sinilah dulu Swetakumuda bertapa sebelum naik ke Kahyangan.

Tiga pemuda duduk bersila di kolam itu, menutup mata dengan punggung menghadap ke gerumbulan teratai. Mereka bertelanjang dada. Rambut yang biasanya digelung ke atas kini dibiarkan tergerai. Tidak ada coreng-moreng di muka mereka. Tangan mereka membentuk prāṇa mudra untuk penyembuhan. Bibir mereka terlihat pucat dan membiru. Kulit mereka berpendar seperti śwetakumuda di belakang mereka.

Lihat selengkapnya