MUDRA

Mega Yohana
Chapter #28

Akhirnya Berjumpa

Sekelebat bayangan terlihat ekor mata Mandalika. Pemuda itu mengejar. Bayangan tersebut dengan cepat menyelinap di antara pepohonan dan muncul lagi di tempat lain. Mandalika sebenarnya ingin mengabaikan kelebatan itu karena harus mengikuti jejak si pemburu. Anehnya, kelebatan itu beberapa kali muncul di dekat jejak yang ditemukan oleh Mandalika. Akhirnya Mandalika mengikuti bayangan itu.

Mandalika pikir, mungkin saja itu salah satu pemburu yang sedang menuju ke tempat persembunyian mereka. Dia tidak tahu bahwa sosok yang beberapa kali timbul tenggelam di antara pepohonan itu adalah Nilacitra. Rawikara pemilik seribu muka itu melihat Mandalika masih berputar-putar di hutan sekitar markas Pāṇīndriya palsu. Karena tidak sabar, Nilacitra memutuskan untuk menuntun pemuda itu dengan sesekali muncul sekelebatan.

Mandalika akhirnya menemukan tempat persembunyian para bramacorah. Pemuda itu bersembunyi di balik pohon yang batangnya cukup besar dan mengamati diam-diam.

Terlihat oleh Mandalika, sebuah rumah tersamar dengan begitu baik. Atapnya dipenuhi lumut tebal yang benar-benar hidup. Pilar-pilarnya berupa pohon sungguhan dengan tunas-tunas daun muda. Dedaunan kering berserakan di halaman dan di teras.

Rumah itu lebih terlihat seperti gubuk tua terbengkalai yang tak pernah lagi ditinggali, kecuali di sana sekarang ada empat anggota pemburu yang sedang berjaga.

Mandalika mengendap-endap mendekat dan meletakkan tongkat galih asamnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Begitu seorang penjaga mendekat, dia menyergap dan membungkam mulut penjaga itu sembari pada saat yang sama memukul tengkuknya hingga pingsan.

Mandalika meletakkan tubuh si penjaga pelan-pelan ke tanah. Pemuda itu lalu melakukan hal yang sama kepada tiga penjaga lainnya. Setelah ketiga penjaga dia lumpuhkan, Mandalika mengambil tongkatnya dan memasuki rumah.

Apa yang ada di dalam rumah begitu berbeda dari apa yang tampak di luar. Bagian dalam rumah itu cukup bersih dan terawat. Mandalika menyelinap bersembunyi ketika melihat seorang anggota pemburu berjalan ke arahnya. Dia melumpuhkan pemburu itu sebelum si pemburu keluar dan melihat rekan-rekannya yang pingsan.

Setelah membereskan pemburu itu, Mandalika masuk lebih dalam. Dilihatnya seorang lagi anggota pemburu muncul dari pintu rahasia yang ada di lantai. Mandalika menyergap orang itu begitu keluar dari lubang, lalu memasuki lubang tersebut.

Sebuah lorong menyambut Mandalika. Sekalipun siang hari, di sini gelap karena terletak di bawah tanah. Beberapa obor tergantung di dinding sepanjang lorong. Nyala apinya tidak begitu terang, tetapi cukup untuk penerangan sekadarnya.

Mandalika menyusuri lorong. Sesekali pemuda berkulit sawo matang itu bersembunyi di ceruk dinding tanah. Dia juga mencari dari satu ruangan ke ruangan lain hingga menemukan sebuah ruangan yang dijaga ketat.

Empat orang menjaga pintu yang terbuat dari lempengan besi. Mereka tampak begitu waspada.

Mandalika memungut beberapa kerikil di sekitarnya dan menjentikkan kerikil itu ke arah para penjaga, membuat mereka saling tuduh.

“Bukan aku!” Seorang dari mereka menolak. “Jangan-jangan kamu sendiri,” ucapnya balik menuding. Temannya menggeram.

Lihat selengkapnya