MUDRA

Mega Yohana
Chapter #41

Rencana Baru

“Perjamuan artinya perang besar-besaran. Pesta para asura berarti mereka menyerang penduduk biasa dan menebarkan kematian. Itulah malapetaka yang sesungguhnya.”

Manik Mirah menjelaskan arti pesan yang baru saja tiba. Suaranya bergetar. Dia pikir mereka masih memiliki waktu. Dia bahkan bersantai di sini. Saat dirinya berkelakar bersama orang-orang ini, kakaknya memimpin perang untuk melindungi rakyat. Manik Mirah merasa tidak berguna.

“Jangan tergesa-gesa,” kata Sang Narottama. “Kita pikirkan cara.”

Manik Mirah mengibaskan lengannya hingga lepas dari cengkeraman Sakhayu dan berbalik. “Cara apa?!” tuntutnya dengan mata memerah. Dadanya naik turun dengan napas memburu. “Biarkan aku pergi,” katanya lebih pelan. “Kalian bisa menyusun rencana di sini.”

Dengan itu, Manik Mirah berbalik dan melangkah pergi. Sakhayu mengikutinya, kali ini tak menghentikan langkah sang Mapatih.

Selepas kepergian Manik Mirah dan Sakhayu, semua orang di gua tercenung.

Surasena menceletuk. “Bukankah kalian bilang bisa mengunci kembali Gapura Siddhi?”

Kartika Wulung mengangguk. “Memang bisa, tetapi tak akan membawa kembali mereka yang sudah keluar.”

“Dan jumlah mereka banyak sekali,” sahut salah satu Pāṇīndriya.

“Mungkin ada seribu lebih,” Pāṇīndriya yang lain menimpali.

Mandalika merenungkan perkataan mereka. “Maksud kalian … sekalipun Gapura Siddhi disegel kembali, mereka yang sudah keluar dan menebarkan malapetaka tidak akan terpengaruh. Begitu?”

Kartika Wulung dan para Pāṇīndriya sama-sama mengangguk. “Begitulah. Kecuali—” Mereka menatap Surasena.

Mandalika mengenali tatapan itu. Mereka juga menatap Surasena seperti itu ketika di kawah semalam. “Apa?” selidik Mandalika. Dia melangkah ke depan Surasena. Jemari menggenggam tongkat galih asam lebih erat.

“Rencana apa yang kalian sembunyikan?”

Alih-alih menjawab pertanyaan Mandalika, Kartika Wulung menatap adiknya.

Lihat selengkapnya