Muffin school

Bella Puteri Nurhidayati
Chapter #1

18. POTONG

"Sial!"

Berlian menurunkan kepalan tangannya dengan berat hati. Ia menatap tajam ke arah Fina yang kini tengah menertawai kebodohannya.

Pemuda itu beringsut mundur, memberi ruang bagi Fina untuk membenahi penampilannya. Lagi-lagi, pria yang ada di seberang sana mengancamnya dengan membawa-bawa nama Bella. Bahkan kali ini lebih berbahaya.

Menodongkan puluhan pisau ke arah gadis itu, bukankah dia sudah gila?

Tapi, Berlian tidak menangkap sorot ketakutan dari mata Bella. Apa gadis itu tidak takut jika sewaktu-waktu pisau itu melayang ke arahnya?

"Singkirkan benda itu dari hadapannya!" titah Berlian penuh ketegasan. Pria itu tertawa mendengar permintaan Berlian.

Ia beranjak bangkit lalu berjalan mendekati Bella. Raut wajahnya terlihat putus asa, namun berhasil tertutup dengan ekspresi datarnya.

Benar-benar sesuatu gadis ini. batin Mr. A. Ia menyungging senyum tipis yang mampu membuat bulu kuduk Bella berdiri.

“Menarik. Saya jadi ingin memilikimu seutuhnya.” Pria itu membelai pipi Bella sekali, membuat sensasi ngeri menggelayar aneh di tubuhnya. Tidak tanggung-tanggung, ia memukul perut pria tersebut. Meski tidak keras, namun cukup membuat sedikit jarak dengannya.

Pria itu berdecih lalu bertanya, “Apa pacarmu mau bantu teman-temanmu, Bel?” Hal itu membuat Bella mengernyit bingung.

“Maksudnya?”

“Lho, kamu gak tau? Saya rasa, dia nyembunyiin sesuatu dari kamu.” Ia menatap Berlian sejenak. “Sesuatu yang sangat menakjubkan,” sambungnya sembari menyeringai.

“Sesuatu? Sesuatu apa?” Bella membeo tak paham. Netranya terus memandang Berlian dan Mr. A secara bergantian.

“Jangan dengerin dia, Bel! Dia gak lebih dari seorang pembual,” ujar Berlian. Napasnya menggebu di seberang sana.

Pria itu tertawa sejenak.

"Saya beri kalian waktu selama 15 menit. Tebas semua kepala itu untuk saya dalam sekali tebas. Setiap kalian salah ambil langkah, puluhan pisau ini akan mendekat satu langkah ke arah Bella." Pria itu menyelipkan beberapa helai rambut Bella ke belakang telinga yang langsung dibalas pelototan tajam dari sang empu.

"Enyah lo!" sarkas Bella lantas meludahi wajah Mr. A. Namun, hal itu tidak membuat pria itu murka. Malahan, ia semakin melebarkan senyumnya dengan mata terus memandang lekat wajahnya.

Karena tidak tahan, Bella pun meludah tepat di wajah pria itu. Membuat emosinya bangkit dan langsung menonjok muka Bella. Dalam sekali tonjokan, darah segar berhasil mengalir dari lubang hidung Bella.

"PSYCHO SINTING?! TUNGGU PEMBALASAN DARI GUE!"

BRAK!

BRAK!

Berlian membabi buta, memukul kaca yang menjadi penghalang dengan sekuat tenaga. Tak peduli jika nantinya, tulang jari ia patah. Tidak peduli dengan luka yang baru saja ia timbulkan.

Ia hanya ingin Bella selamat tanpa perlu terluka.

SRET!

Berlian menghentikan aksinya. Dengan gerakan pelan, kepalanya menunduk. Menatap betis bagian kanannya yang mengucurkan darah segar. Pemuda itu meringis seraya mendelik tajam ke arah Fina yang kini tengah menyungging senyum puas.

Berlian terduduk dengan tangan bertumpu pada ubin lantai. Rahangnya mengeras seiring dengan mengeratnya otot leher pemuda tersebut. Kedua tangannya terkepal di dua sisi sementara netranya beralih menatap Bella kini.

Wajah gadis itu terlihat pucat. Ia kelelahan, Berlian tau itu. Dalam hati ia berdoa. Berharap agar Bella dapat bertahan sebentar lagi.

Lo bisa, Bel. Bertahan buat gue! batin Berlian penuh harap.

***

Wibhi menatap Dita cemas. Sedangkan yang ditatap justru tengah melamun sembari menggigit jari telunjuk. Itsna dan Rizky tengah berbincang serius dengan suara lirih. Takut anggota lain mendengar pembicaraan mereka.

Wibhi menyikut lengan Dita sekali. "Ini beneran mau nebas kepala orang?" tanyanya lirih. Gadis itu mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Kita gak punya cara lain, Bhi." Ia melirik arlojinya sekilas. "5 menit ke buang sia-sia. Itu si Itsna sama Rizky lagi nge-ghibah apa si? Gak selesai-selesai malah bikin penasaran," lanjutnya lantas menghela napas panjang.

Wibhi mengedikkan kedua bahunya tak tau. Sementara netranya beralih menatap Herna dan terakhir Farkhan.

"Khan, ngapa lo buka handphone? Nyempetin diri buat balesin chat doi?" tanya Wibhi penasaran.

Mendengar hal itu, kepala Farkhan pun tertoleh dengan mata melebar.

Lihat selengkapnya