Hadapi jika ada masalah, bukan malah menjauh seolah-olah menghindari masalah.
****
Ini sudah seminggu Keyla dan Abrar resmi putus. Dan Keyla sudah mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya.
Abrar memilih jauh, tak seperti dulu. Bahkan status persahabatan antara dirinya dengan Abrar sudah tak berjalan dengan baik.
Benar, perubahan status akan menghancurkan segalanya.
Bukan ini yang Keyla mau, dirinya tak apa Abrar memutuskannya. Namun bukan berarti harus menjauhinya.
Bocah!
Satu kata yang pantas untuk Abrar saat ini.
"Masih mikirin Abrar?" tanya Abyan, sahabat Keyla sedari zaman kanak-kanak.
"Bohong kalo gue ngga mikirin dia. Aneh, dia berubah, yang seharusnya bersikap menjauh itu, kan, gue, secara gue yang jadi korban disini." jawab Keyla.
Abyan mengangguk, selama bertahun-tahun mengenal Keyla, ia sudah biasa dihadapkan dengan semua sikap Keyla. Keyla selalu memikirkan hal yang membuat dirinya lelah sendiri.
Kalau sudah putus, ya udah putus aja. Sekiranya itu yang ada dipikiran Abyan.
"Tenang aja lagi, palingan kalo dia sadar bakal balik lagi ke kita." ucap Abyan.
Keyla mendengus, "Bukan itu masalahnya, By. Gue ngga enaklah gara-gara masalah pribadi gue sama dia, eh dia jadi jauh juga sama lo."
Abyan terkekeh, "Santuy ajalah, lagian gue kenal sama dia aja gara-gara lo. Jadi, pasti bakal balik lagi ke semula."
Ya benar, yang lebih dulu mengenal Abrar adalah Keyla. Saat masa MOS, Abrar satu ruangan dengan Keyla yang akhirnya berujung dekat menjadi teman. Lalu, Keyla mengenalkan Abrar kepada Abyan. Dan akhirnya mereka bertiga menjadi bersahabat.
"Iya sii,"
"Udah, yuk ah balik. Udah terlalu lama kita disini." ajak Abyan yang menyadarkan Keyla.
Taman, tempat favorit Keyla, Abyan dan Abrar untuk menghilangkan penat. Disinilah sekarang Keyla dan Abyan, tanpa Abrar.
Sedih rasanya, jika dulu selalu kemana-mana bertiga, tapi sekarang hanya berdua saja.
"Ayo, Key!" ajak Abyan lagi.
"Iya,"
Mereka berdua pulang, dengan Keyla yang masih terus dihantui rasa tak enak hatinya.
Abyan mengantarkan Keyla sampai rumah dengan selamat. Seperti biasa Keyla mengucapkan terimakasih kepada Abyan, selalu seperti itu.
"Makasih, By." ucap Keyla sambil menyerahkan helm bermotif stitch kepada Abyan.
Sebenarnya itu helm memang punya Keyla, tapi selama ini yang selalu mengantar jemputnya menggunakan motor hanyalah Abyan. Bahkan saat berpacaran dengan Abrar sekalipun, tetap Abyan yang selalu mengantar jemputnya. Itulah alasan mengapa Keyla menyimpan helmnya di Abyan.
"Iya, gue langsung balik deh." balas Abyan.