Muhallil Pemilik Hati

Ema Ahman
Chapter #1

Chapter tanpa judul #1

"Tanisha Ayunda Putri, aku menjatuhkan talagh padamu, mulai sekarang kau bukan lagi istriku!"

***

Hamish

Ingatan akan ikrar talak yang pernah ia ucapkan, seakan diputar kembali bak roll film di bioskop. Kini wanita itu ada di hadapannya. Sedang sibuk dengan dunianya. Sebuah laptop berada di hadapan Tanisha. Ah, mantan istrinya pastilah sedang sibuk mengetik sebuah naskah untuk novelnya. Sungguh dalam keadaan serius seperti ini pun dia masih terlihat cantik, masih sangat cantik.

"Uni, mau pesan apa?" tanya seorang pelayan.

"Oh ..." Wanita itu terlihat linglung sejenak, tersadar dari dunia imajinasinya dan harus kembali ke dunia nyata saat itu juga.

"Uni, mau pesan apa?" tanya pria itu lagi yang ternyata adalah seorang pelayan cafe itu.

"Premium Roast Beef Steak Sandwich dan minumnya matcha green tea latte."

Tanisha seketika menoleh pada lelaki yang sedang menyebutkan menu untuknya itu. Dan dia terpekik melihat siapa yang ada di meja yang ada di seberang mejanya.

"Mas? Mas Hamish?" gumam Tanisha masih tak percaya.

"Assalamu'alaikum, Tanisha."

"Waalaikumsalam, Mas. Ya Allah, Sampai lupa ngucapin salam akunya. Maaf ya, Mas. Mas ngapain di sini?" tanya Tanisha terheran-heran. Terdengar nada bahagia di setiap kata-katanya.

"Pesanannya, sama dengan yang dikatakan oleh Uda inikah, Uni?" tanya pelayan yang masih berdiri itu.

"Ambilkan itu saja, Mas. Dia ini selalu kesulitan setiap memesan menu. Ujung-ujungnya nanti pasti dia bilang terserah. Cobain aja kalau tidak percaya."

"Hahaha, Mas masih tahu aja kebiasaanku. Ambilkan sesuai yang disebutkan oleh Mas ini aja ya," kata Tanisha pada pelayan cafe.

Pelayan cafe itu mengangguk-angguk.

"Jadi, premium roasted beaf steak sandwich dan matcha green tea latte? Betulkah itu pesanannya, Uni?" lanjut pelayan cafe itu mengulang menu pesanan yang disebutkan oleh teman pria pengunjung cafe ini.

Tanisha mengangguk.

"Silahkan ditunggu, Uni!"

Sepeninggalan pelayan cafe itu, kedua orang itu masih saling memandang, mengingat-ingat kembali takdir mereka. Mereka masih saling mencintai. Bisa dilihat dari keduanya yang masih saling menatap namun ada dinding yang memisahkan keduanya untuk bisa saling memeluk, melepas rindu.

"Mas, kapan datang? Ada urusan proyek di sini, ya?" tanya Tanisha memecah kesunyian di antara mereka.

"Boleh aku pindah ke mejamu?" Orang yang ditanya malah balik tanya.

Lihat selengkapnya