Mujarabat

M Musa Al Hasyim
Chapter #2

Silat dan Hal-hal Gaib

Setiap pulang sekolah, aku berlatih silat di halaman gedung SMA. Gedung SMA ini terpisah dengan gedung pesantren, jadi aku bisa sekalian cari jajanan di luar pesantren tanpa perlu takut dihukum. Tidak ada namanya hari libur untuk silat, bahkan hari Jumat sekalipun.

Tidak ada ruginya aku memilih kegiatan ekstrakurikuler silat meski aku harus berlatih setiap hari. Aku menemukan hal baru sepanjang tujuh belas tahun dalam hidupku. Olahraga yang dulu pernah aku geluti hanya seputar lari, renang, dan berkuda. Ketiga olahraga tersebut tidak tersedia di pesantren. Setidaknya dengan mengikuti silat, tubuhku semakin bugar, segar, dan lebih jarang mengantuk di kelas.

Dari silat, aku berkenalan dengan tenaga dalam. Entah kenapa bisa dinamakan begitu. Tenaga dalam tidak seperti tenaga luar yang terlihat oleh mata telanjang, begitu teori yang diajarkan. Tidak ada seorangpun bisa melihat bagaimana tenaga dalam itu bekerja namun seseorang yang mendapatkannya pasti bisa merasakannya. Ada seperti transfer energi yang melintas. Aku menolak mentah-mentah pendapat itu. Bagaimana bisa tenaga dalam bekerja jika tidak ada sesuatu benda atau semacamnya sebagai pemicunya.

Pelatih menyuruhku mengambil kuda-kuda dalam istilah persilatan dengan memfokuskan pandangan ke depan. Aku menuruti perintahnya sampai kemudian tubuhku bergerak mundur seolah-olah ada magnet sangat besar menarikku dari belakang tubuhku. Aku mencoba menahan gaya tarik tak terlihat itu namun aku tidak bisa. Magnet itu memiliki kekuatan yang terlampau besar, mirip seperti gaya gravitasi bumi, siapa bisa melawan hukum gravitasi jika mereka terjatuh dari atas? Nah kondisiku kurang lebih seperti itu. Tidak ada angin puting beliung waktu itu. Aku benar-benar berjalan mundur sampai sekitar lima puluh meter jauhnya. Ketika sang pelatih menghentikan gerakan tangan mendorong tanpa menyentuhnya, baru kemudian aku bisa berhenti. Aku menghela napas lega, jika aku tidak berhenti, aku mungkin sudah menabrak tiang bendera.

Aku tahu istilah hipnotis dan sejenisnya, aku mengira semua ada triknya seperti sebuah trik mengalihkan hasrat dan keinginan pribadi. Contohnya adalah penipuan berkedok. Ketika ada telepon penipuan yang menyuruh seseorang di seberang sana untuk mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening rekaan si penipu, bukan sulap bukan sihir, sang penipu itu berhasil membujuk si korban dengan bujuk rayu dan trik-trik memperdaya si korban dan akhirnya si korban mentransfer sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan si tersangka. Si korban ini pada akhirnya akan sadar ketika sambungan telepon terputus.

Berita seperti itu marak terjadi terutama di kota-kota besar, terakhir aku membaca berita ada seorang perempuan yang kehilangan laptopnya saat menunggu bus di halte. Tersangka menggunakan trik hipnotis dengan hanya menepuk pundak si korban, lantas si korban menyerahkan laptop itu seolah-olah ia memang harus menyerahkan laptop itu dengan sukarela. Bahkan tanpa kata-kata pun si penipu berhasil menghipnotis apalagi dengan kata-kata ajaibnya. Namun Andre berkali-kali meyakinkanku bahwa tenaga dalam berbeda dengan trik hipnotis dan sejenisnya, sampai perlahan-lahan aku mulai sedikit menerimanya, meski belum seratus persen yakin.

Tak hanya Andre, teman baruku lainnya seperti Rendi, Dimas, dan Tiko juga sama. Mereka lebih mirip salesman. Jika salesman menawarkan dagangan atau jasa yang akan dijual kepada pelanggan dengan trik jitu marketing, sedangkan mereka mencoba meyakinkanku terhadap sesuatu hal yang bahkan aku sendiri tidak bisa melihatnya. Meski begitu aku menghargai usaha mereka. 

Di sekolah baruku di pesantren, aku masih belajar sains. Aku belajar Kimia, Fisika, Biologi, dan Matematika. Aku menyukai kegiatan praktikum di laboratorium. Di laboratorium semuanya bisa terukur dan bisa dibuktikan dengan kaca mata ilmu pengetahuan ilmiah. Misalnya ketika aku hendak menguji kadar oksigen dalam tubuh, aku bisa menggunakan alat-alat modern untuk bisa mengukurnya. Peristiwa ketindihan yang oleh sebagian masyarakat disebut sebagai gejala mistis, semua toh terbantahkan oleh sains. Ada kalanya orang tidur mengalami ketindihan dan merasa seolah-olah setengah mati setengah hidup, mereka bisa mendengar suara-suara di sekitar mereka namun tubuh mereka terasa mati tidak bisa digerakkan sekeras apapun mereka mencoba Menurut kepercayaan yang beredar, orang ketindihan sedang didatangi makhluk astral. Sementara menurut sains, ketindihan adalah sebuah proses ilmiah yang berhubungan erat dengan sistem saraf tubuh manusia. 

Meski begitu, seserius apapun aku melakukan uji coba terhadap sains, para guru di pesantren selalu mengajarkan ilmu-ilmu hikmah dan penerimaan diri atas bukti-bukti Ilahiah dengan tanda-tanda. Bahkan tak sedikit para guru menghubungkan sains dengan Quran. Mereka menerangkan tentang kekuatan besar; kenapa semuanya bisa terjadi, kenapa semuanya bisa ada. Jawaban mereka selalu sama, bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari manusia. Seorang muslim diwajibkan memercayai Allah dan juga memercayai keberadaan jin, iblis, malaikat, dan semuanya yang tak kasat mata sebagai makhluk ciptaan-Nya. Kekuatan mereka bisa saja melebihi kekuatan manusia oleh sebab itu seorang pelajar, lebih-lebih seorang santri tidak boleh menuhankan ilmu pengetahuan. Begitulah ajaran yang selalu para guru tanamkan kepada para santri di pesantren.

Lihat selengkapnya