Ting! Ting! Ting !
Suara aplikasi hijau itu begitu nyaring membangunkan si empunya. Pagi itu Renata tertidur lagi setelah shalat shubuh karena ia begitu kelelahan menyelesaikan berbagai tuntutan mengajar dan bisnisnya.
Dengan mata yang masih berat ia membuka pesan itu,
"Kak, mau daftar privat Bahasa Inggris"
Pesan dari nomor baru dan semuanya mau privat Bahasa Inggris.
Ia langsung terlonjak gembira seakan mendapat durian runtuh. Segera ia berlari ke kamar mandi membersihkan diri.
Suasana kamar sudah sepi, Virgy sudah berangkat ke kantor. Masih ada sisa roti dan susu hangat di meja makan, ia segera menyantap dengan lahap seraya membalas pesan.
"Baik, mau pilih jadwal yang mana, Dik?" Balas Renata.
Lalu mereka sepakat memilih hari Rabu jam empat sore. Untuk sementara Renata masih menggunakan rumah atau tempat dari pesertanya karena ia belum memiliki tempat yang layak. Jadi ia yang masih mendatangi tempat mereka setelah sepakat terkumpul lima sampai delapan orang. Ini adalah pertama kalinya ia mendapat peserta privat.
Biaya belajar pun masih tergolong murah dengan rentang biaya Rp 50.000-Rp 200.000 per pertemuan tergantung kelas privat yang di ambil. Ada yang kelas pemula (basic), menengah (medium), tinggi (high) dan professional. Ia benar-benar membuang semua idelismenya yang selama ini begitu ia junjung tinggi. Tapi ia yakin, suatu saat ia akan menerapkannya jika situasi dan kondisi sudah memungkinkan.
Langkah pertama sudah mulai ia jalankan. Tinggal konsisten menjalani hingga akhir.
Ia masih berharap ada setidaknya dua orang lagi yang mendaftar sehingga targetnya bisa tercapai. Hari rabu masih dua hari lagi, masih ada waktu untuk menunggu.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, sudah waktunya ia berangkat ke sekolah.
***
Siang itu cucaca sangat panas. Renata duduk di kantin sekolah seorang diri sambil menikmati segelas es jeruk dan sepiring cemilan ringan. Hobinya masih sama, suka ngemil makanan-makanan ringan.
"Tidak mengajar, Bu?" Sapa Ibu Kantin sambil membersihkan meja sebelah Renata.
"Sudah habis jam mengajarku, Bu. Masih tunggu teman sama-sama pulang." Jawabnya.
"Bu Renata sering di cerita anak-anak lho, Bu. Katanya Ibu cantik dan cerdas, mereka suka cara ibu mengajar," ucap Ibu Kantin sambil tersenyum.
"Ah, ibu, ada-ada saja. Semua guru perempuan disini cantik-cantik dan cerdas-cerdas. Aku hanyalah seseorang pendatang baru saja," ucapnya enteng.
"Eh, tapi, Bu...kalau diperhatikan sepertinya ada Pak Ustadz (Ustadz adalah panggilan khusus untuk guru laki-laki) yang naksir sama Ibu...biasanya dia curi-curi perhatian kalau pas ibu ada disini..." Seloroh Ibu Kantin lagi.