Namaku Naura. Iya, cuma satu kata saja. Tapi kalau kalian ingin tahu nama lengkapku, boleh. Ida Ayu Naura Candra Pradiptya, panjang? Bapakku yang memberi nama itu. Setidaknya itu kata ibu, jadi aku harus percaya.
Aku lahir di Denpasar, 1997. Sejak umur 6 tahun aku diboyong bapakku ke Jakarta dan tinggal di rumah paman. Pak De Nanda namanya, saudara ibuku. Tumbuhlah aku menjadi anak metropolitan yang katanya keren itu. Dulu, aku pikir Jakarta dan Bali itu sama saja dan ternyata tidak. Banyak gedung-gedung tinggi menjulang menembus awan, jelas lebih tinggi dari pohon kelapa tertinggi. Sampai pada akhir tahun 2013, aku pindah lagi ke Bali karena bapak dan ibukku telah dipindah tugas. Sekarang aku tinggal di rumah peninggalan kakek bersama bapak, ibu dan pembantuku, di dekat Taman Kota Lumintang, Denpasar.
Sekarang bapakku telah menjabat sebagai seorang kepala sekolah di sebuah SMP Negeri di dekat tempat tinggal kami. Sementara ibuku adalah gurunya. Iya, maksudku, ibuku menjadi guru di SMP yang sama.
Oh ya, aku adalah anak tunggal. Tak punya adik ataupun kakak yang bisa menemaniku. Entah untuk bermain, mengobrol atau bercerita tentang si dia. Jadi, kupelihara saja si Kenan untuk menemaniku. Aku yang menamainya, terinspirasi dari nama seseorang. Dia yang masih bersemayam sebagai kekasih dalam hatiku. Maaf, Nan. Dia adalah seekor anjing. Bukan, bukan si Kenan yang itu, tapi si Kenan yang ini. Ingat, si Kenan yang ini. Sstt ... jangan kasi tahu Kenan yang itu ya. Hehe. Nanti dia marah dan tak jadi datang ke rumah.
.o.O.W.O.o.
Aku anjingnya Naura.