Mungkinkah Kamu Istiqlal untuk Dia yang Katedral?

Alfian N. Budiarto
Chapter #18

Petuah Ibu

Kamu selalu percaya bahwa surga berada di telapak kaki ibu. Jadi, sebisa mungkin kamu menomorsatukan ibumu. Meski demikian, kamu pernah mendengar nasihat dari ibumu, perihal sifat alami perempuan yang memang pencemburu. Kamu ingat benar pesan ibu jika kelak kamu telah beristri. Jadikan istrimu sebagai yang nomor satu. Jangan buat istrimu cemburu pada ibumu, katanya. Itulah alasan mengapa surgamu ada di telapak kaki ibumu. Karena ibumu adalah perempuan berhati lembut dan mulia.

***

Ketika ibumu mulai pulih dari sakitnya, kamu merasa sangat lega dan bersyukur. Ketakutanmu seketika mereda. Sebab, rasanya kamu belum siap kehilangan satu-satunya orang yang paling kamu sayangi. Setelah bapakmu meninggal, hanya ibumu satu-satunya kunci surga yang tertinggal.

Ibumu yang baru siuman, kaget ketika mendapatimu berada di sisinya. "Kenapa pulang, Nak? Ibu ndak apa-apa," ucapnya dengan suara serak.

Cepat-cepat kamu ambilkan beliau minum. Dengan bantuan sebuah sedotan, ibumu meneguk air berkali-kali. Wajar saja, sudah dua hari beliau kehilangan kesadaran. Pasti tenggorokannya kering.

"Gimana ndak apa-apa, Bu. Ibu saja sudah dua hari ndak sadar." Kamu menimpali.

Ibumu kaget. "Dua hari?"

Kamu mengangguk. "Kalau sakit, kenapa ndak ngasih tau aku, Bu?"

"Ibu ndak mau nambahin beban pikiranmu, Le. Kerjaanmu di sana pasti banyak. Dan lagi, ongkos buat pulang kan ndak murah."

"Itu semua ndak penting, Bu. Yang paling penting itu justru kesehatan Ibu."

Ibumu menggeleng. "Lha wong ibu cuma pusing sedikit, kok."

Kamu terdiam. Kamu tahu ibumu itu pasti sedang berdusta. Karena ketika kamu tiba kemarin, dokter langsung memberitahukan hasil diagnosanya. Diabetes ibumu sudah semakin parah, sudah menyebabkan komplikasi; menyerang jantung dan ginjalnya.

"Untuk sementara aku bakal nemenin ibu di sini," ujarmu kemudian.

Lihat selengkapnya