Mungkinkah Kamu Istiqlal untuk Dia yang Katedral?

Alfian N. Budiarto
Chapter #20

Menyusuri Kenangan

Sesuatu akan semakin berasa ketika sudah tiada. Seperti halnya kepergian ibumu yang semakin menyisakan kerinduan. Andai kamu tahu kalau ibumu akan tiada secepat ini, tentu akan kamu sampaikan kepadanya bahwa kamu begitu mencintainya. Namun, sekarang, setelah ibumu pergi untuk selama-lamanya, semua sudahlah terlambat. Rasa sayang dan rindu yang utarakan saat ini tidaklah berarti apa-apa lagi.

***

Setelah percakapan telepon dengan Miriam, kamu merasa sedikit lebih tenang, tetapi kesedihan tetap menyelimuti hatimu. Kamu memutuskan untuk mencari sedikit kedamaian dengan kembali ke kamar ibumu, tempat di mana kamu merasa paling dekat dengannya. Dengan langkah perlahan, kamu membuka lemari pakaian ibumu dan mulai mencari barang-barang yang mungkin bisa memberikan sedikit kenyamanan.

Saat pintu lemari terbuka, aroma familier dari pakaian dan barang-barang pribadi ibumu tercium. Kamu meraba-raba beberapa pakaian, menyentuh kain yang telah lama kamu kenal. Setiap benda di dalam lemari ini penuh dengan kenangan—sebuah baju yang sering ia pakai saat pergi ke pasar, selimut kesayangannya yang selalu menemani saat-saat dingin, dan berbagai barang kecil yang menceritakan cerita tentang hidupnya.

Dengan lembut, kamu mengambil sebuah kotak kecil dari dalam lemari. Kotak itu berisi foto-foto lama dan beberapa barang kenangan dari masa lalu. Kamu duduk di tepi tempat tidur ibumu, membuka kotak tersebut dengan hati-hati.

Di dalam kotak, terdapat foto-foto keluarga dari masa lalu. Beberapa diambil saat kamu masih kecil, di acara-acara spesial seperti ulang tahun dan perayaan keluarga. Kamu melihat gambar-gambar di mana ibumu tampak muda dan penuh semangat, tertawa bahagia di sampingmu dan bapakmu pun masih membersamai kalian berdua. Foto-foto ini membawa kembali ingatan tentang hari-hari penuh kebahagiaan dan kasih sayang.

Tanganmu menggenggam salah satu foto dengan lembut, dan kamu mulai mengenang setiap momen berharga yang telah dibagikan dengan ibumu. Kamu mengingat saat-saat sederhana yang terasa sangat berarti; bagaimana dia selalu membantumu dengan pekerjaan rumah, atau saat-saat ketika dia menyiapkan makanan favoritmu dengan penuh cinta. Setiap detik bersama ibumu terasa begitu berharga dan mengesankan.

Air mata mengalir di pipimu saat kamu melanjutkan mengingat kenangan-kenangan tersebut. Kamu teringat betapa ibumu selalu ada untukmu dalam setiap situasi, mendukung dan menyemangati. Kamu merasa kehilangan yang mendalam, tapi juga merasakan rasa syukur karena pernah memiliki waktu yang berharga bersamanya.

“Ibu selalu tahu bagaimana membuatku merasa dicintai,” bisikmu pada foto-foto dan barang-barang yang ada di hadapanmu. “Terima kasih untuk semua kenangan indah dan kasih sayangmu.”

Dalam keheningan kamar itu, kamu duduk merenung dan merasa seolah ibumu masih ada di sampingmu, memberikan dukungan dan cinta seperti yang selalu dia lakukan. Meskipun ia tidak lagi ada di sini secara fisik, kenangan dan kasih sayangnya akan selalu hidup dalam dirimu. Kamu merasa sedikit lebih damai. Meskipun kesedihan tetap ada, karena kamu tahu bahwa kamu telah berbagi banyak peristiwa berharga bersama ibumu dan itu akan selalu menjadi bagian penting dari hidupmu.

***

Lihat selengkapnya