Demi mendengar suara kendaraan menderum dari depan Mehmet segera mengintip dari jendela dan tahulah dia bahwa kakak perempuannya, Kayla kembali datang. dia mengerutkan keningnya tanda keheranan. Kenapa kakak perempuanku yang cerewet ini kembali ke rumah?Mehmet segera turun dari kamarnya dan beranjak menuju ruang depan karena ia tahu pintu depan sudah dikunci. Ia harus membukanya untuk Kayla.
Sementara Kayla memarkir Nissan-nya tepat disamping mobil milik kedua orangtuanya, turun dari dalam mobil dengan wajah yang rusuh dan ditekuk. Jika melihat dari mimik mukanya, Mehmet tahu bahwa kakaknya sedang memiliki masalah.
“Kenapa kau kembali?” tanya Mehmet, “Apakah ada barangmu yang ketinggalan.”
“Adikku sayang, ini rumahku juga. Jadi kau tak perlu bertanya seperti itu. Selama perjalanan pulang tadi aku berubah pikiran dan kupikir lebih baik aku menginap disini. Lagipula di rumahku tidak ada siapa-siapa. Jeff lembur karena shooting film serial terbarunya untuk BBC.” Jelas Kayla sembari memalingkan muka dari tatapan penuh tanya adik lelakinya. Untuk saat ini Kayla tidak akan membagi masalah yang dia hadapi kepada keluarganya. Setidaknya belum, dan pada akhirnya dia akan mengatakan semuanya jika waktunya telah tiba. Hanya saja dia menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya. Untuk kali ini, dia hanya perlu menenangkan diri dan menjauh dari Jeff.
“Wah, suamimu itu cukup sibuk juga ya. kasihan juga kau sebagai istrinya, terlalu sering diabaikan.”
Kayla mendengus dan memutar bola matanya. Celoteh adiknya itu menambah luka dan pedih di hati Kayla. Benarkah Jeff sudah mengabaikannya? Dia berpikir lelaki itu tidak pernah mengurangi takaran kepeduliannya, tapi reklame di pinggir jalan tadi sudah lebih dari cukup membuktikan bahwa lelaki itu bangsat dan tidak mungkin setia. Dia berusaha untuk menutupi rasa sedihnya dan berujar, “Tidak juga. Memang sih aku juga terkadang merasa kesal dengan kesibukannya selama ini. Tapi ya sudahlah, dan kau tidak perlu bertanya lagi, Oke.”
Mehmet mengangkat bahu yang bisa diartikan ‘terserah kau’ dan membuntuti kakaknya yang masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
“Jika kau belum makan, ada sisa makan malam di atas meja dan dua iris pizza di dalam kulkas. Kami disini sudah makan malam setengah jam yang lalu.” Ujar Mehmet.
“Kemana Anne dan Baba?” tanya Kayla karena dia tidak melihat kedua orangtuanya di ruang tamu. Biasanya sebelum jam sepuluh malam mereka berdua masih bercengkrama di depan televisi.
“Malamini mereka tidur terlalu awal karena kelelahan.” Jawab Mehmet dan adiknya itu berlalu menuju kamarnya di lantai dua, meninggalkan Kalya sendiri dengan semua beban kesedihannya.
Kayla menghela napas dan menghempaskan tubuhnya di sofa dan mencoba membuat tubuhnya nyaman setelah tiga jam lamanya menyetir tanpa henti. Dia kembali teringat Jeff dan dia berpikir sekaligus bertanya-tanya, apa yang pria itu lakukan di malam ini? Tiba-tiba air mata kembali membanjiri kedua belah pipinya. Dia terisak dan hatinya kembali teriris karena papan-papan reklame itu kembali mengejek benaknya. Wajah Jeff dan wanita di reklame itu seakan berkata kepada dirinya, ‘Lihatlah, betapa mesranya kami.’ Reklame itu menari-nari dan tatapan si aktor wanita seakan-akan sedang menghina martabat Kayla sebagai istri sah dari aktor lelaki yang memeluknya dengan begitu erat. “Lihat, ini suamimu. Lihat, dia lebih bergairah jika bersamaku. Apakah dia juga bergairah ketika memelukmu?’ Wajah si aktris seakan-akan berbicara di benak Kayla dan mengejeknya tiada henti. Kayla kembali terisak. Dia tak perlu mengkhawatirkan lelaki yang dia cintai itu. Sekarang rasa cinta itu berubah menjadi benci. Dia tidak akan pernah menerima jika Jeff harus mencumbu wanita lain atas nama pekerjaannya sebagai aktor.
Kayla menghela napas. Bahkan karena reklame itu telah mengubah perasaannya, dia tidak akan pernah bisa memaafkan. Itu artinya dia akan memberikan dua opsi kepada suaminya. Pertama, dia meminta Jeff untuk tetap menjadi suaminya dengan syarat meninggalkan film serial yang membuatnya menderita. Itu artinya Jeff harus membatalkan kontrak film tersebut dan tidak akan pernah lagi menerima tawaran untuk bermain di film yang sejenisnya. Kedua, jika lelaki itu lebih memilih film tersebut, maka dia tak segan untuk meminta cerai.
Tiba-tiba dia teringat kata-kata yang terlontar dari mulut Jeff ketika mereka bertengkar tadi. Jelas talak satu sudah jatuh ketika lelaki itu mengatakan, ‘Pulanglah. Aku pun tak membutuhkan istri pengatur yang sok tahu seperti dirimu.’
Relung hati Kayla bergetar. Di satu sisi dia tidak ingin kehilangan Jeff, tapi jika pria itu lebih mencintai pekerjaan sialannya, maka Kayla lebih memilih hidup sendiri. Itu yang dia pikirkan sekarang.
Kayla menghela napas dan kembali hanyut dalam tangisannya. Dia tahu ini berat.
***
Jeff masih menunggu kepulangan Kayla dan berharap sebelum malam semakin larut dia melihat perempuan itu kembali. Dua jam lamanya dia duduk di kursi, menghabiskan tiga cangkir kopi sembari membaca script skenario yang dia bawa dari pertemuan para aktris serial Deadly Kiss siang tadi. Dia berharap Nissan istrinya muncul dan perempuan itu meminta maaf kepadanya. Ia berharap Kayla bisa mengerti dan menerima apa yang telah terjadi. Atau mungkin dia harus meminta maaf kepada Kayla?
Baiklah, sekarang Jeff sudah membuat keputusan. Jika Kayla tidak pulang malam ini, maka dia memilih untuk mengalah dan meminta maaf kepada istrinya. Lalu kemana Kayla pergi? Terlalu banyak kemungkinan yang bisa dia tebak kemana istrinya itu pergi. Pertama, bisa jadi Kayla pergi ke rumah orang tuanya, dan dugaan ini lebih dia yakini. Kedua, boleh jadi Kayla datang ke rumah Safina, teman sesama orang imigran Turki di L.A. Teman Kayla yang selama ini dia kenal karena saking seringnya sahabat istrinya itu datang berkunjung.
Setelah menandaskan kopinya di gelas yang ketiga, Jeff menghela nafas. Menutup laptopnya dan pergi ke dalam rumah dengan hati yang gelisah. Dia sangat lelah dan ingin pergi tidur, tidak mungkin menunggu Kayla pulang. Dia juga lapar dan dia sadar bahwa sejak siang dia belum memasukan sesuap makanan pun ke dalam perutnya. Ditambah tiga cangkir kopi itu membuat asam lambungnya naik, meremas dadanya dan membuat dia mual.
Jeff segera berlalu dari ruang depan menuju dapur. Mencari apa yang bisa dia masak untuk santap malamnya. Dia menemukan tiga butir telur tersisa di lemari es. Tak berpikir panjang dia segera memecahkan ketiganya di atas Teflon. Berharap telur mata sapi dan sejumput sayuran segar ditambah sekotak susu bisa mengobati rasa laparnya.
Tak menunggu lama Jeff sudah menandaskan makan malamnya, menggosok gigi, mengganti baju dan berbaring di ranjangnya. Sungguh aneh, ini adalah pertama kalinya dia tidur tanpa ada Kayla disampingnya. Dia menghela napas. Dia tahu, dia tidak akan bisa hidup tanpa wanita itu. Kayla adalah separuh jiwanya yang tidak mungkin bisa dia lepaskan dari hidupnya. Tapi dia tahu bahwa karir yang dia jalani sekarang juga separuh jiwanya yang lain. Dia sudah menginginkan semua itu sejak belasan tahun yang lalu. Dia memimpikan menjadi seorang pria yang banyak digemari dengan semua yang dia perankan dalam dunia Hollywood. Sejak remaja Jeff sudah berharap menjadi seorang aktris paling berbakat. Itu artinya dia tidak mungkin melepaskannya demi kemauan Kayla. Dia menginginkan menjadi seorang aktris untuk selama-lamanya, mengumpulkan puluhan penghargaan, piala Oscar dan pujian dari kritikus film dan semua penggemarnya. Jeff tahu dia berada dalam dilemma yang membuatnya bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
Jeff mencoba untuk memejamkan matanya dan berharap bisa segera tertidur tanpa dihantui rasa bersalah kepada Kayla dan dibayang-bayangi wajah Kayla. Tapi itu sulit. Dia tahu ini adalah hari terburuk yang dia jalani. Pagi tadi dia diomeli oleh Andreas ketika dia menolak adegan di ranjang. Dia hanya menoleransi ciuman. Tapi produsernya tidak mau tahu sehingga dia menyerah. Tentu saja dia tak akan mengatakan bagian ini kepada Kayla. Reklame di pinggir jalan saja bisa membuat wanita itu seperti kerasukan setan karena murka, lalu bagaimana jika wanita itu tahu dia mencumbu wanita berbaju merah itu di atas ranjang demi tuntutan pekerjaan.