MUSKIL

Seto Yuma
Chapter #3

Dasar Kamu, Aku!

Ceritamu

Bagaimana bisa kamu ceritakan semua tentang kita pada mereka

Bukan apa-apa

Kamu belum minta persetujuanku!

Aku malu

Lebih malu lagi saat mereka bilang "kamu sendiri yang cerita"

Sementara aku gak tahu apa-apa.

Dasar kamu, aku!


----------

Dimana aku? Apa yang terjadi semalam? Beri aku 5 detik.... Beri aku 5 detik lagi.... Ah bodoh. Kembalikan 10 detikku tadi. Percuma memikirkan kamu.

Randu meraba-raba mencari ponselnya. Pesan singkat dari Chata sudah terpampang di layar ponsel Randu.

"Pagi, Randu. Gimana pagi ini?"

Setelah membaca pesan itu, Randu lalu menelepon Chata.

"Hai, tadi malam kita ketemu, kan?" tanya Randu ragu-ragu.

Chata belum sempat menjawab pertanyaan itu.

"Kamu masih di Samarinda siang ini? Sempat makan siang bareng?" Ada yang harus diluruskan, pikir Randu.

"Maaf, aku kembali ke Balikpapan siang ini. Kita ketemu pekan depan lagi ya. Gak papa?" jawab Chata.

"Ok Ta, gak masalah. Kamu jaga diri ya, hati-hati," lanjut Randu.

"Cermin! Randu. Kalo ada apa-apa, telepon aja aku," pinta Chata pada Randu untuk berkaca bahwa dialah yang sedang lebih perlu menjaga diri.

"Iya Ta. Ok. Sampai ketemu ya Ta," ucap Randu menutup telepon.

Oh tidak! Randu terlambat untuk ke kantor pagi ini.


-----

Mas Resta, Pimpinan Produksi di tempat Randu bekerja menggelengkan kepala melihat Randu yang baru saja tiba.

"Randu Randu Randu. Selalu Randu," ucap Mas Resta yang sudah memaklumi kelakuan Randu.

“Selamat Pagi. Semoga hari anda menyenangkan,” jawab Randu santai seraya tersenyum dan terus saja berjalan melewatinya.

“Nanti bantu on air berita ya,” pinta Resta sambil sibuk menelpon.

“Siaap,” jawab Randu sembari berjalan menuju ke mejanya, meletakkan tas dan mengecek beberapa file.

Mas Resta menatap ke arah Randu, melihatnya berjalan, lalu melihat ke arah telepon genggam yang dia pegang seperti mengingat sesuatu, kemudian dia tersenyum dan melanjutkan kegiatannya.

Randu bekerja sebagai seorang editor di sebuah stasiun TV lokal. Sejak sekolah menengah, Randu magang di kantor ini untuk praktek sekolah, dulu disebut PSG (Praktek Siswa Ganda). Melihat kinerjanya saat magang, kantor ini kemudian menawari untuk terus berkontribusi disana. Sejak remaja Randu memang sangat ingin mandiri, paling tidak Randu bisa belajar banyak hal diluar sekolah, dan yang terpenting buat dia, bisa jauh lebih sering diluar rumah.

Randu menerima tawaran itu tanpa paksaan, karena saat itu usianya memang belum layak menjadi pekerja, jadi segala hal tentang waktu dan bagaimana sistem kerjanya, semua dibicarakan dan putuskan dengan sangat fleksibel.

Hingga setelah lulus sekolah, Randu diangkat menjadi karyawan tetap di kantor ini. Randu sangat beruntung.

----------

Dari mejanya, Randu memperhatikan sekeliling kantor. Kali ini dengan tempat yang jauh lebih besar dan fasilitas yang jauh lebih lengkap, serta orang-orang baru yang membuat pekerjaan menjadi jauh lebih ringan dibandingkan 8 tahun lalu.

Randu teringat ketika hari-hari pertama bekerja disini. Dulu pekerjaan ini membuatnya terlalu asyik, sehingga sekolah sedikit terabaikan. Randu sangat suka pulang sekolah lebih awal, jauh sebelum bel pulang berdering, lalu pergi kesini. Haha, Randu sangat menikmati pekerjaannya.

Di hari itu Randu melakukannya lagi, dia dengar untuk jam pelajaran terakhir, guru pengajarnya sedari pagi tidak hadir. Kemungkinan besar tidak akan ada proses belajar di jam terakhir. Randu mengemas semua buku (atau mungkin hanya satu buku yang dia bawa, biasanya seperti itu), memakai jaket, santai menuju parkiran lalu pergi dengan skuter maticnya.

Setibanya di kantor, Mas Resta menggelengkan kepala melihat Randu datang secepat itu.

“Bolos sekolah ya kamu?” ucap Mas Resta yang heran pada kelakuan Randu.

“Daripada saya tidur aja di kelas, mending kesini,” jawab Randu santai seraya tertawa.

“Kenapa gak milih pulang? Tidur dirumah,” tanya Mas Resta bingung

Randu yang sebelumnya ceria, seketika terdiam. Resta yang menyadari perubahan sikap Randu, kemudian mencoba mengalihkan bahasan.

“Yaudah ntar bantuin on air berita ya,” pinta Resta kemudian sambil sibuk menelepon.

“Siap,” jawab Randu kembali ramah, lalu pergi ke ruang MCR untuk bersiap on air bersama yang lain.

Kak Ade dan Bang Jimmy sudah duduk di depan PC mereka masing-masing. Sibuk? Iya, seharusnya terasa begitu. Tapi mereka orang-orang yang sangat menikmati pekerjaannya. Disela-sela kesibukan, tangan dan mata mereka mengatur segala bahan berita siang ini, masih terdengar canda dan tawa, tanpa beban.

Randu beruntung berada di lingkungan ini.

“Nah ini penyelamat. Bolos ya kamu?” tanya Bang Jimmy sembari memberi Randu Handie Talkie.

Ya. Jika Randu tidak datang, mereka akan melakukan multi tasking, dua orang melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan tiga orang. Kursi disana tidak akan terpakai, mereka akan berdiri sepanjang on air agar lebih luwes bergerak dari satu komputer ke komputer yang lain. Sama seperti saat dulu sebelum Randu bekerja disini. Mungkin karena itulah mereka senang Randu menerima tawaran untuk bekerja disini.

“Aku minta sebagian dari gaji kalian ya!” ucap Randu mencandai mereka.

Lihat selengkapnya