Pikiran Tua
Terlalu nyaman sekarang
Lupa rencana untuk nanti
Duduk diam
Menunduk sedikit
Menghilangkan suara sekitar
Semakin tenang
Sampai suara lembut pikiran membisik
"Berhenti sekarang, Atau Jatuh terluka nanti."
Sorot lampu jembatan Mahakam Kembar berbinar dari kejauhan. Randu duduk di bawah pohon besar yang menutupi cahaya lampu jalan. Matanya menatap ombak-ombak kecil tertiup angin malam. Gelap dan desiran air terasa seram.
"Lompat! Ayo kita lihat isi di bawah sungai ini!"
"Jangan! Lihatlah betapa gelapnya di bawah sana."
"Melompatlah! Kamu bisa melihat kehidupan di bawah sana!"
"Jangan! Kamu bisa mati!"
"Lompatlah! Bukankah kamu ingin mati?"
"Jangan!"
"Melompatlah! Untuk apa kamu tetap di dunia yang tidak adil."
"Jangan! Ayo kita pergi dari sini!"
Randu segera berdiri. Ia berdiam sejenak. Kembali menatap aliran air yang melambai-lambai.
"Melompatlah!"
Randu menarik napas panjang. Lalu ia beranjak dari tempatnya berdiri. Randu berjalan menjauhi tepian sungai.
Diambilnya sebuah kertas dan pensil dari dalam tas yang ia bawa.
Tangannya bergetar menulis kata-kata di buku catatan itu.