Senandung Suatu Masa
Aku kembali merasakan sesuatu
Dalam aura tenang seperti berada di tempat yang tidak asing
Tapi sulit dijelaskan
Hampir seperti berjalan di lorong kereta bawah tanah
Atau lebih mirip duduk sendiri di bangku taman pinggir jalan dengan lalu lalang pejalan kaki dan payung mereka
Ada irama lagu dan nyanyian bersenandung di pikiranku
Beraroma daun-daun segar yang kulangkahi sejak pagi
Aku kembali ke suatu masa menyenangkan
Yang tidak pernah kutahu dimana dan kapan
Apa ini aku di masa lalu?
Atau ini saya di masa depan?
Atau kita yang lelah pada keadaan?
-----
"Aku ingat pertama kali kita bertemu dalam sadarku. Lantas aku berbagi peran dengan kamu. Aku bertugas menjalani hari dan menyapa mereka. Kamu memikirkan langkah kita selanjutnya. Aku suka jika kamu sedang bosan berpikir. Lalu kamu mengambil peran menyapa mereka. Karena sesekali aku butuh tenang, menjauh dari segala ribetnya dunia. Kurasa mereka lebih suka kamu, bijak, dewasa, cerdas, tenang. Tapi mereka juga suka aku, karena aku selalu riang"
"Maaf selalu menyerobot peran saat kamu terbakar amarah. Aku tidak suka kamu marah. Lebih baik kamu diam disana. Biar aku saja yang sapa mereka. Nanti kita bicara. Ingat janji kita. Kamu tidak inginkan ada seorangpun berselisih denganku. Aku tidak mau ada seorangpun yang membenci kamu. Kita ingin mereka bahagia. Kita ingin mereka sukai kamu, sukai aku."
-----
Upaya Randu untuk menenangkan diri masih saja gagal. Bayangan-bayangan seorang gadis semakin sering dia lihat, suara-suara di pikirannya juga tak kunjung berhenti.
Sore ini Randu kehabisan rokok dan minumannya. Ia ingin pergi ke swalayan, sekaligus membeli kebutuhan lain dan menghirup udara segar diluar. Jika pergi berjalan kaki, biasanya Randu selalu membawa payung, minimal Ia gunakan sebagai tongkat, juga untuk berjaga bila panas terlalu terik, atau hujan tiba-tiba turun. Tapi kali ini Ia tidak ingin membawanya, toh diluar cerah saja.
Setelah membeli beberapa kebutuhan di swalayan, Randu berjalan kaki kembali ke apartementnya. Setiap kali pergi ke swalayan dan kembali ke apartement, Randu tidak pernah berhenti dari langkahnya.
Saat di perjalanan, seketika hujan turun cukup deras. Kali ini Ia terpaksa berhenti. Dipilihnya sebuah halte kosong untuk berteduh. Randu duduk meghadap ke jalan yang sepi. Tidak ada oranglain. Randu tertunduk memperhatikan rintik hujan.
Perlahan Randu merasa ada sebuah nyanyian indah sedang terputar di pikirannya. Seperti berada dalam dimensi mengenang suatu masa. Hampir seperti berjalan di lorong kereta bawah tanah atau lebih mirip duduk sendiri di bangku taman pinggir jalan dengan lalu lalang pejalan kaki dan payung mereka. Irama lagu dan nyanyian terus bersenandung di pikiran Randu. Beraroma daun-daun segar yang dilangkahi sejak pagi. Randu kembali ke suatu masa menyenangkan, yang tidak pernah dia tahu dimana dan kapan.
"Permisi."
Pelan terdengar suara seorang wanita yang tidak dihiraukan Randu. Kemudian wanita itu duduk di bangku sebelah Randu. Berteduh dari hujan yang semakin deras.
"Mengingat masa lalu dikala hujan? Irama percikannya memicu pikiran untuk bekerja lebih teratur," ucapan wanita itu menarik perhatian Randu.
Randu mengalihkan pandangannya pada wanita di sebelahnya. Ada sesuatu yang tidak terjelaskan di pikiran Randu, kenapa wanita ini sangat menarik perhatiannnya. Suara itu... Wajah itu... Randu tidak pernah se tertarik ini pada wajah seorang wanita. Tidak pernah.