Kamu, Tujuan
Untuk kamu...
yang senyumnya mampu mengubah Rabu menjadi Minggu
Membuat terik jadi menarik.
Membawa tawa jadi bahagia tak terhingga.
Untuk kamu...
yang sepinya mampu membingungkanku.
Membuat rintik menjadi titik
Membawa tangis dari kepedihan tragis.
Cantikmu tidak melulu mengundang rindu
Kadang terselip lambaian pilu
Memanggilku larut dalam sendumu.
Maaf,
Aku putuskan akan pergi.
Seumur hidupku.
Ke Sampingmu.
"Aku tertarik pada senyummu. Manisnya kurasakan dalam setiap sapaan lembut dari bibirmu. Setiap waktu, setiap kali pandangan kita bertemu. Aku juga suka gerak langkahmu. Khas dalam damainya. Ku ingin temani kepergianmu. Bersama melewati kerikil dan kayu. Diselingi cumbu dan bahagiamu. Aku akan sedikit maju mendekatimu lebih dalam."
Randu sedang terjebak dalam suasana yang sangat baru dirasakannya. Sebuah warna asing di otak Randu. Bertemu setiap hari dengan seseorang, seorang wanita, yang setiap kali menatap matanya seperti melemahkan otot-otot kaki, inginnya terus bersimpuh. Setiap kali mendengar suaranya bagai tertiup desir angin di pelipis mata, teduh. Hingga kesadaran seperti terbang melayang kehilangan pijakan.
Rasa apa ini?
Sejauh Randu melangkah dalam kehidupan, dengan semua ketidakpeduliannya. Tidak pernah sekalipun mengenal rasa ini.
"Apakah ini yang selama ini ku abaikan? Maafkan aku, wanita-wanita yang pernah hampir memberi rasa ini, tapi kutepis jauh pergi".
Tapi tunggu dulu, apakah ini tentang rasa yang bisa muncul begitu saja oleh siapapun penyebabnya? Atau ini hanya tentang si Wanita?
Kurasa ini memang hanya tentang si Wanita.