Bangku Samping Kemudi
Di balik kemudi seorang diri.
Ditemani bangku samping tanpa penghuni.
Bertahun tahun beragam watak silih berganti.
Cantik luar cantik hati.
Tersinari atau kadang ternodai.
Tawa, tangis, suka, sedih, bangga dan iri.
Bermesraan atau berkelahi.
Ruang berjalan ini terus menjadi saksi.
Di balik kemudi.
Cerita dan nasehat juga terbagi.
Disamping bangku tanpa penghuni.
Menunggu bidadari terakhir menduduki.
-----
Malam ini Randu tiba-tiba ingin pergi ke suatu tempat. Diarahkannya kemudi menuju...
Daun Alang.
Seandainya dia bisa mendengarkanku malam ini. Rayya, sore tadi kulihat deras rintik hujan. Persis seperti pertama kali kita bertemu. Malam ini kulihat terang lampu-lampu kota. Persis seperti saat perginya kamu.
Diusap matanya yang sedikit lebam. Menarik nafas panjang, lalu turun dari mobilnya, dan masuk ke Daun Alang.
Randu merasa sangat gelisah, kepalanya berat, mata Randu berkunang - kunang. Daun Alang malam ini sangat ramai. Penuh dengan pengunjung di setiap sisi.
"Selamat malam Mas Randu, wah baru kali ini dateng malem-malem Mas."
Seorang Pria berbaju Daun Alang menyambut Randu.
"Masih ada meja kosong buat aku?" Tanya Randu singkat.
"Berapa orang mas?" Tanya pria itu.
"Satu aja," jawab Randu.
"Masih ada sih mas, di lantai 3..." ujarnya menawarkan.
"Boleh, aku pesan minum dulu ya. Nanti aku ke atas," ucap Randu yang kemudian langsung pergi untuk memesan minuman, tanpa menghiraukan pria itu lagi.
Sesampainya di meja pemesanan.
"Mmm Hot chocolate 1," pesan Randu pada seseorang dibalik Bar.
"Siap Mas Randu, Mas langsung ke meja aja, nanti minumannya diantar. Lagi padat orderan soalnya. Gakpapa ya?" jawab pria di balik Bar.
"Oke gak masalah. Gelas take away aja ya," jawab Randu
Randu membayar pesanannya lalu keluar dari ruangan itu, menuju tangga ke lantai Tiga.
"Mas, maaf banget. Penuh banget Mas. Tadi saya mau kasihtau mas Randu, ada 1 meja, tapi bareng sama pengunjung lain, saya udah bilang kalau ada yang mau gabung gakpapa katanya. Gimana Mas?" Pria yang tadi tidak dihiraukan Randu ternyata belum selesai dengan kalimatnya.
"Yaudah gakpapa, aku bentar doang kok," jawab Randu
"Oke, silahkan di sebelah sana Mas," ucap pria itu menunjukkan meja Randu.
Randu menuju ke arah meja itu. Sambil tertunduk lesu mencoba mengalihkan pandangan dari sekelilingnya. Setelah tiba di dekat meja, barulah dia mengangkat kepalanya, ingin menyapa seseorang di meja itu yang telah mempersilahkan untuk berbagi tempat dengannya.
"Randu?" Suara seorang wanita seperti bertanya dengan ragu.
Randu mencoba memfokuskan pandangannya pada wanita di meja itu. Seketika wanita itu terlihat sangat senang mengetahui yang berada di hadapannya benar-benar Randu.
"Randuuu!" ucap wanita itu terharu, dan segera memeluk Randu dengan sangat erat.
"Clary..." ucap Randu pelan.
Randu perlahan membalas pelukan itu. Beberapa saat setelah mereka berpelukan, Clary melepaskan tubuh Randu.
"Eh sorry Randu," ujar Clary merasa sungkan, lalu kembali duduk di kursinya
"Yang mau duduk disini? Randu?" tanya Clary.
Randu mengangguk.
"Yuk duduk!" ajak Clary.
Kemudian Randu duduk di hadapan Clary. Menghadap ke arah luar. Ke arah bintang-bintang yang cukup terang malam ini.
Beberapa saat kemudian Randu menatap wanita cantik berdarah campuran di hadapannya.
Clary mengalihkan pandangan ke arah Randu, lalu tertunduk malu.
Begitu banyak kenangan kembali menghampiri ingatan Clary. Ya, pria yang saat ini duduk di hadapan Clary adalah Randu. Pria yang bersamanya berbagi suka, ada untuknya menghapus duka, melindunginya, yang selalu menorehkan bahagia. Pria yang dicintainya. Dulu.