Seharusnya Kamu
Aku sedang teringat lagi yang sudah kita berdua lakukan.
Di dalam waktu yang cukup menancapkan harapan.
Sekali duakali dulu dengan kamu terasa menyenangkan.
Aku berharap kamu memicu senyumku saat pucat pasi.
Mengusapku saat yang lain tidak peduli.
Memelukku saat rinduku membumbung tinggi.
Aku terus berharap sampai terbangun dari mimpi... dan tetap sepi.
Usap aku jika kita bertemu.
Barusan, aku mengendus lagi wangimu.
Sebagianku rindu kita.
Sebagianku bertanya,
"Kenapa?"
Aku kembali ke kamar ini, diiringi rintik di atapku.
Awan berkeringat dini hari, menetes kuat membawa kenangan pudar.
Kulihat lagi kamu di sudut sana, diam tanpa bisa kuraba, samar tidak mampu tersentuh.
Sedikit kupalingkan tatapan, berharap kamu menghilang.
Tapi wangimu tidak pergi, kuat menusuk rindu terbawa mimpi.
Aku keluar saja. Kamar ini terlalu penuh tentang kamu.
Aku hanya perlu menjauh, lalu melihat diriku sendiri menjalani hari-hari.
Maka tawaku akan pecah seiring tangisan, teriakan dan gumaman yang dikeluarkan.
Nanti aku kembali saat malam akan pergi dan lelah akan lebih memelukku daripada rindu.
-----
Randu kembali datang, duduk di sudut Daun Alang, tepat di hadapan kursi yang selalu ditempati Rayya. Randu memperhatikan sekelilingnya, mengingat kembali semua yang dilaluinya bersama Rayya. Perlahan Raut muka Randu berubah sendu.
Hanya satu cinta yang Randu punya. Rayya.