Riana kembali ke kamar kostnya. Duduk sejenak di sudut tempat tidur. Menarik napas perlahan.
Seakan Randuadhum.
Wajah dan nama itu sedari tadi masih saja mengelilingi kepalanya.
"Apa ini? Bisa-bisanya aku memikirkan orang yang bahkan gak peduli aku ada."
Riana tidak habis pikir pada lonjakan perasaannya hari ini.
Dering telepon menyadarkan Riana dari lamunan.
Mama
"Halo selamat sore Bu Ratri," ceria sekali Riana menjawab telepon dari ibunya.
"Halo anak cantikku," jawab Ibu Riana.
"Riana baru aja pulang kerja Ma," lanjut Riana.
"Oalah sayang, gimana hari pertama kerjanya? Seneng?" tanya Ibu Riana.
"Seneng Ma, tadi Riana liputan gitu, ikut wartawan namanya Mas Kharna. Dilajarin susunan video, nulis berita, banyak deh Ma," jawab Riana.
"Terus terus..." Ibu Riana antusias mendengarkan cerita anaknya.
"Mas Kharna juga cerita soal orang-orang kantor. Kayaknya aman sih Ma. Maksudnya orang-orangnya gak ribet. Kalo kata Mas Kharna karena emang dari awal iklim organisasinya di manage supaya fun, Ma," Riana menceritakan pada Ibunya apa yang ia rasakan di hari pertama bekerja.
"Wah bagus dong berarti manajemen perusahaannya?" tanya Ibu Riana lagi.
"Kalo kata Mas Kharna itu semua karena satu orang. Namanya Mas Randu," terang Riana.