Mustakaweni

Bapaknya Mudita
Chapter #3

Penangkapan

Pagi itu cerah. Sinar matahari baru saja muncul dibalik gunung. Cercah-cercah cahaya menembus lebatnya hutan tropis yang sedang berkabut

“Hoahhh,”

Terlihat wajah seorang wanita yang sedang berjalan di tepi hutan. Nampaknya ia mengantuk. Terlihat kantung mata yang menghitam dibalik kacamatanya.

“Duh pagi-pagi gini kok udah disuruh bekerja sih sama Kanjeng Prabu, padahal masih pengen rebahan di kasur.“

Ia bergumam sambil mengusap-usap matanya. Ia berpenampakan sebagai wanita berusia sekitar 20- 25 tahunan, tingginya hanya sekitar 160 cm, tidak terlalu tinggi, diatas kepalanya memakai topong kerajaan, wajahnya aga chubby, dengan rambut hitam lebat yang dikucir dua dan disampirkan kedepan pundaknya, ia memakai jubah coklat untuk melindunginya dari dingin. Ia juga membawa tongkat panjang khas penyihir dari kayu. Sepertinya ia merupakan seorang penyihir, lebih tepatnya di masa ini dikenal dengan istilah Dukun, atau mungkin juga seorang Empu yang mempunyai kepandaian diatas rata-rata manusia. Dan tentu saja juga menguasai ilmu magis.

“Hatchih,”

“Duh beneran deh, kayaknya bakal masuk angin nih, demi dewa Batara kalo bukan karna titah Kanjeng Prabu aku udah ga mau bangun pagi-pagi.”

“Ah tapi kalo Batara Dharma langsung yang memberi titah tentu aku tak punya pilihan lain, apapun kata sesembahanku pasti harus kulaksanakan.”

Ia berlalu sambil memegang kedua lengannya yang menggigil kedinginan,

“Hactchihh.”

********

Sementara itu, Dewi Larasati bersama dua orang pengawal kepercayaannya sedang berangkat untuk menangkap Mustakaweni.

“Kanjeng, mengapa kanjeng tidak memakai kuda saja? akan lebih cepat jika menaiki kuda?”

“Tidak apa, sudah lama aku tidak berjalan-jalan di luar Madukara.”

“Kanjeng, menurut informasi wanita itu terlihat di perbatasan utara Madukara, sepertinya ia berusaha melarikan diri ke pegunungan. Sepertinya akan lebih cepat jika kita melewati rute-”

Dewi Larasati mengangkat tangannya, seketika mereka langsung berhenti. Sepertinya ada sesuatu yang menghentikan jalan mereka.

“Kisanak, apa yang kamu lakukan di tengah jalan ini? Kurasa kisanak sedikit menghalangi jalan yang akan kami lalui.”

Lihat selengkapnya