Mutagen

Razza
Chapter #5

Chapter Three

Sore itu Denver menghabiskan waktunya bersama Angela, sepanjang hari. Benih cinta yang timbul dari dalam hati mereka sudah mereka menuju pemekaran yang sempurna. Tidak ada sepasang kekasih yang dibutakan karena cinta saat itu kecuali mereka. Cinta memang buta, pada sesuatu yang tidak sempurna saja cinta tidak berkeling apalagi sesuatu yang tampak begitu sempurna. Maka cinta akan mengisi ruang-ruang yang ada dalam hati, mencairkan kedinginan yang ada didalam hati. Menerangkan lubang gelap gulita yang mengisi relung hati. Tanpa ada penghalang, tanpa ada hambatan. Hanya mengalir seperti angin. Tanpa ada berhenti.

Denver dan Angela sering menghabiskan waktu bersama sejak malam itu. Sebulan ini mereka terus bersama, entah itu pagi hingga malam. Tapi mereka belum resmi berpacaran, tidak ada kata-kata cinta yang sering dipakai anak muda kebanyakan. Hubungan mereka terus mengalir begitu saja. Tapi mereka saling mengetahui isi hati masing-masing. Mereka mencintai satu sama lain, saling memiliki, tidak ada batasan mencintai, hanya mereka berdua. Ah, romantis sekali bukan.

Mereka ada janji kencan malam itu, mereka akan menonton opera dan musik klasik digedung kesenian Italia. Mereka berdua sangat menyukai musik klasik, bahkan komposer mereka pun sama, sangat kebetulan sekali. Denver menjemput Angela diapartmennya, namun saat hendak memarkirkan mobil sport nya dia melihat sesuatu yang aneh. Saat berjalan menuju kamar Angela, sesosok pria berhoddie hitam berdiri didepannya. Tingkahnya sangat aneh, Denver meriakinya dari jauh namun dia tidak menjawab sedikitpun. Lalu pria itu mengangkat tangannya mengisyaratkan Denver untuk mendekatinya. Denver malah tidak bereaksi dan tidak hendak menuruti perkataan pria hoddie itu, ketika pria itu berjalan pelan maju kearah Denver, dia sontak mundur pelan. Bukan karena takut, tapi karena refleknya.

Tapi aura yang dirasakan Denver sangat berbeda, dia teringat kejadian bersama Michael tempo hari. Kali ini, dia berusaha mundur. Dan berjalan kebelakang, namun pria itu maju dan berlari kearah Denver. Denver mundur sejauh mungkin, namun tidak lama kemudian pria itu berhenti. Ternyata pria berhoddie itu berhenti karena ada seorang pria yang lainnya hadir disana, Denver mengamati dari jauh dan mendapati dirinya mengenali pria yang menghentikan pria berhoddie itu. Itu pria yang mengamatinya saat sidang. Sesaat dia menjadi ragu untuk mundur atau maju mengenali pria itu. Tapi dia lebih memilih untuk meninggalkan tempat itu pada akhirnya.

Tidak jauh dari itu Angela malah menyela Denver yang sedang berlari. Angela cukup keheranan melihat tingkah pria yang dicintainya itu. Dia mencoba merangkul pria itu, namun Denver malah terperangah sendiri melihat penampilan wanita yang dicintainya itu, sungguh sangat cantik sekali.

“Kenapa kau seperti dikejar-kejar orang?” Tanya Angela

“Bukan seperti, tapi ada dua orang yang sangat aneh. Bukannya aku takut menghadapi mereka, hanya saja salah satu dari mereka adalah pria yang memperhatikanku saat sidang terakhir tempo hari.”

“Kalau begitu ayo kita lihat, kita bisa menanyai mereka sekaligus.” Ajak Angela tanpa takut.

“Hey, bagaimana jika mereka mutagen seperti kita?”

“Kalau begitu mereka harusnya tidak terlalu menarik perhatian seperti itu, sayang.” Jawab Angela, dia memeluk Denver, “Aku mengkhawatirkanmu, sebaiknya kita pastikan mereka bukan musuh kita.”

“Bagaimana jika terjadi sesuatu? Itu sangat berbahaya, aku justru mengkhawatirkanmu.”

“Tenang saja Denver sayangku, aku tidak selemah yang kamu kira. Jangan takut, kita berdua mutagen, aku ragu jika mereka akan menyerang kita berdua bersamaan.” Angela menyakinkan Denver, walau pria tampan itu agak sedikit ragu namun dia mempercayai perkataan wanitanya itu dan berjalan ketempat tadi.

Namun ketika sampai disana, mereka tidak melihat satu orangpun yang diceritakan Denver. Bahkan hampir tidak ada siapapun disana. Namun Angela tetap mempercayai setiap perkataan Denver, tanpa perlu dijelaskan. Karena rasa sayang yang dimilikinya terhadap pria itu sangat besar, sebesar timur dan barat. Kejadian itu membuat mereka membatalkan janji kencan mereka dan berbalik ke apartemennya Angela. Denver memaksa untuk melanjutkan rencana mereka, tetapi Angela meminta yang sebaliknya. Tahulah hati seorang pria takhluk kepada perkataan wanita yang dicintainya. Maka malam itu mereka menghabiskan malam membuat acara mereka sendiri dengan romantis dan seadanya.

Angela sangat pandai memasak berbagai jenis makanan, dia sangat terampil dalam banyak hal. Hal ini membuat Denver sekali lagi tertegun akan sosok Angela. Lagi, berulang kali. Mereka makan malam dengan romantis, bersuap-suapan, bercanda ria, tertawa satu sama lain. Angela tidak hanya sempurna sebagai seorang manusia, melainkan sosoknya sebagai mutagen juga sangat mulia. Kekuatan yang dimilikinya sangat unik, walau Denver tidak tahu pasti apa, tapi Angela sedapat mungkin tidak menggunakan kekuatannya. Namun malam malah ini, dia membuat suasana disana menjadi sangat romantis dengan lilin-lilin yang terbang dan piano yang bermain sendiri, seperti sihir.

Suasana itu terganggu saat mereka mendengar suara dentuman yang begitu besar, membuat bumi sedikit bergetar. Mereka benar-benar menghentikan keromantisan mereka. Denver mencoba menghidupkan televisi yang menempel disisi dinding, seperti proyeksi layar dengan tampilan yang realistis seperti 3D, televisi yang sangat canggih jika dibandingkan dengan tahun 2020. Mereka mencoba mencari tahu suara apa barusan, biasanya berita akan muncul 1 menit setelah sesuatu yang aneh terjadi, zaman yang sangat cepat. Tapi mereka tidak menemukan satu beritapun yang menayangkannya, tapi ada acara khusus yang menjadi perhatian beberapa stasiun televisi disana. Mereka menyiarkan hal yang sama, mereka berpandangan lama mencoba mencerna judul beritanya.

Fasilitas ERB untuk Mutagen level 4 keatas ditembus. 4 mutagen berbahaya menghilang. 15 orang meninggal.

***

Denver menjalani kesehariannya seperti biasa sebagai pengacara yang handal, sebagai pembela keadilan. Kesehariannya biasa saja, namun berita beberapa malam lalu membuat sedikit personel MAP (Mutagen Agents and Polices) menjadi agak sibuk belakangan ini. MAP adalah pasukan yang sengaja didirikan oleh kerjasama ERB dan Rascar yang dilatih untuk menghadapi para mutagen tak terkendali atau mutagen nakal yang menjadi criminal. Kurang lebihnya mereka seperti tim SWAT yang khusus menanggulangi terorisme, hanya saja perlengkapan yang digunakan pasukan MAP jauh lebih canggih, bhkn bisa dibilang yang paling canggih. Dan tentu saja MAP juga memiliki teknologi smart-computer yang mengendalikan para mutagen yang memiliki nomor.

Para pasukan MAP sendiri terbilang cukup unik karena bukan hanya manusia, namun ada beberapa pasukannya yang merupakan mutagen yang mengabdikan diri mereka disana. Tentu saja untuk keadilan, para mutagen yang menjadi anggota pasukan MAP tentu saja memiliki sedikit keistimewaan dibandingkan mutagen biasa. Namun untuk mutagen itu sendiri, mereka tidak diberikan kewenangan dalam memegang alat kendali pusher. Yah tidak perlu dijelaskan kenapa, tentu saja masalah kepercayaan. Para mutagen yang menjadi anggota MAP ini, kebanyakan berasal dari beast-mutagen, beberapa dari mutagen biasa level 0-4, mereka tidak dianjurkan menggunakan kekuatan mereka, namun mereka mendapatkan izi hanya jika keadaan memaksa mereka untuk memakai kekuatan mereka. Terus terang saja para mutagen yang menjadi MAP ini merasa bangga karena mereka melayani keadilan. Namun beberapa kumpulan mutagen dari kalangan biasa menyebut mereka sebagai anjing pemerintah, pengkhianat, dll.

Lihat selengkapnya