Lingkaran putih mengelilingi semesta, bintang-bintang berkelip warna-warni mengisi kekosongan yang melintasi waktu tanpa batas, suara-suara sunyi yang bersenandung mengiringi kehampaan waktu menyeringai tanpa pola, hembusan demi hembusan yang kosong. Denver tersadar dari pingsannya entah berapa lama, dia tidak mengerti tapi masih jelas mengingat hal terakhir yang didengarnya ketika Angela mengucapkan sumpah serapah sambil marah dan beberapa orang mendengarkan lalu membawanya pergi menjauh darinya. Denver sadar dan langsung berdiri, apa yang dilakukannya saat ini dengan berbaring menghabiskan waktu. Setiap detik waktu yang terbuang adalah waktu yang dapat digunakannya untuk menyelamatkan Angela sekali lagi. Begitulah yang dipercayainya, walau didalam benaknya mendiktekan sesuatu yang lain.
Denver berdiri secepatnya dan mencari-cari sosok Angela yang sudah menghilang dari atas tempat tidur, tetapi tidak ditemukannya dan dia mendengar langkah kaki seseorang menuju sana dan mengambil pistol dari belakang celananya. Tapi yang datang malah Travis, dia mendekati Denver segera, wajahnya penuh pertanyaan dan ketegangan yang dirasakan. Suasana disana sudah mencekam dan waktu senja sudah mulai masuk ketik ufuk langit berubah, namun keadaan sama sekali tidak memihak mereka sama sekali.
“Dimana Angela? Kau belum menyelamatkannya?” Tanya Travis.
“Mereka membawanya lagi, kau apa yang kau lakukan disini.” Tanya Denver cepat.
“Menyelamatkanmu tentu saja! Tidakkah kau mengerti?” Ucap Travis, menggerakkan kedua tangannya. Lalu mereka berdua mendengar beberapa derap kaki yang cepat menuju mereka. Mereka bersiap untuk melindungi diri mereka, namun yang muncul adalah Adam dan Emily. Mereka juga bertanya persis seperti Travis, ‘dimana Angela?’
Namun Denver dengan sedih dan runyam mengatakan dia sudah bertemu dengan Angela, namun dia tidak bilang jika Angela menolak untuk diselamatkan. Dia mengalihkannya mengatakan bahwa seseorang membuat dirinya pingsan dan membawa Angela dengan paksa. Dan mereka bertiga mempercayainya. Adam berpikir cepat dan sesekali melirik Travis berharap dia yang memutuskan. Namun suara kebisingan diluar semakin menjadi-jadi.
“Diluar sana kacau balau! Seseorang membebaskan semua tahanan dan terjadi kehebohan!” Teriak Adam, melihat tajam kemereka bertiga, “Ini diluar rencana kita.”
“Aku tidak bisa mengambil keputusan sekarang! Kita serahkan pada Denver sekarang!” Travis membalas berteriak kepada Adam.
“Aku tidak akan pergi tanpanya,” Ucap Denver.
Mereka diam untuk beberapa saat, kemudian Emily memecah keheningan itu dan menunjukan kearah landasan luas difasilitas itu.
“Angela sudah berada didalam helikopter, aku dapat merasakannya dengan jelas.” Ucap Emily.
Tanpa basa-basi, Denver langsung berlari kearah yang ditunjukan Emily dan yang lainnya mengikuti dengan cepat. Selama beberapa menit mereka berlari, sudah banyak pasukan ERB dan MAP yang tumbang dengan darah-darah yang mengalir dari kepala dan tubuh mereka. Denver agak enggan dan merasakan kengerian sekaligus kasihan kepada mereka. Lalu banyak pula mereka melihat mutagen-mutagen yang tersungkur dengan jarum-jarum bius ynag tertancap ditubuh mereka namun mereka tetap berlari. Saat ini rencana mereka sudah kacau balau, maka yang terbaik yang bisa mereka lakukan saat ini adalah sesegera mungkin menyelamatkan Angela dan kabur.
Tapi pertanyaan yang membumbung dipikiran Adam dan Denver adalah, bagaimana para tahanan ini kabur, tidak mungkin seseorang dari dalam fasilitias ini yng membebaskan mereka, mengingat mereka adalah mutagen berbahaya, kebanyakan mereka adalah mutagen level lima. Mereka berpapasan beberapa kali dengan rombongan tahanan yang kabur itu, dan para petugas dengan senjata penuh , dan terlebih lagi mereka yang mengendalikn the pusher. Makanya tahanan yang kabur itu berlari ketakutan menghindari para petugas. Saat mereka berpapasan, mereka jadi ikut dikejar oleh beberapa tim ERB dan MAP, disana mereka juga melihat bagaimana cara alat the pusher itu bekerja menjatuhkn para mutagen. Namun mereka tetap berlari dan berlari menuju pesawat yang akan membawa Angela pergi hingga mereka tidak menyadari ketika Travis menghilang begitu saja.
Hal itu sempat membuat mereka kacau, tetapi Adam memimpin jalan dan mengatakan untuk melupakan Travis saat ini dan menyelamatkan Angela secepatnya dan kabur lagi. Adam menekankan bahwa Travis tidak akan tertangkap semudah itu mengingat di adalah mutagen level delapan, yang kekuatannya sendiri saja dapat menghancurkan satu fasilitas ini. Pokoknya keadaan disana kacau balau dan sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Mereka berlari dan dihentikan beberapa pasukan MAP, Adam langsung menggerakan tangannya dan seketika terpentallah mereka dengan jauh.
Mereka keluar dari gedung itu dan melihat lapangan luas dengan beberapa pesawat siap terbang, dan dari kejauhan Denver melihat sosok wanitanya itu yang dikawal oleh banyak pasukan, dan seorang wanita yang mereka kenal, Abbey Odessey berdiri diantara mereka siap untuk terbang sepertinya, ada sekitar seratus pasukan mengiringi mereka. Dan diatas bangunan-bangunan itu para sniper siap menembaki mereka. Mereka mundur terlebih dahulu dan tidak tahu mengapa dan bagaimana, Travis tiba-tiba muncul lagi dibelakang mereka.
“Dari mana saja kau?” Teriak Denver, “Kau sangat mencurigakan!”
“Hey! Tenang dulu, jangan gegabah! Pesawat itu adalah jalan kabur kita, kau lihat berapa banyak pasukan disana? Kita kalahkan mereka dan selamatkan wanitamu, lalu kabur menggunakan pesawat itu.” Ucap Travis, mereka mendengarkan, “Tapi kau lihat bukan, pra sniper yang diatas sana, kita bisa terbunuh jika gegabah!”
“Pasukan yang mengelilingi mereka adalah semuanya mutagen, aku merasakannya. Semuanya level empat. Para pengkhianat.” Ucap Emily, “Jumlahnya seratus sepuluh, tunggu, aku merasakan Sarah dan Michael, sepertinya mereka sedang menuju kesana dari arah berlawanan.”
Denver maju tetapi Adam langsung mengentikannya segera, lalu Denver berteriak keras, “kau mau aku bagaimana? Membiarkan mereka pergi?”