Mutagen

Razza
Chapter #11

Chapter Nine

Dalam waktu lima menit kedepan, ratusan helikopter itu akan datang dan dapat dipastikan akan menjadi perang besar. Apakah seorang mutagen level Sembilan dan dua orang mutagen level delapan seberbahaya itu sehingga pihak EN begitu mengetahui bahwa penjara sekaligus fasilitas langsung mengerahkan ribuan personel terbang dengan alat lengkap untuk mengendalikan situasi? Cahaya senja pagi itu tertutupi dengan sempurna oleh kawanan helicopter, belum lagi karena awan-awan hasil kekuatan Travis sebelumnya, benar-benar seperti di film-film Apocalypse, suasana yang begitu menyuramkan.

Denver berlarian kearah Angela dan Emily, begitu pula Adam yang mendekat karena adiknya. Tidak lama kemudian, ada beberapa mutagen yang tadi pingsan oleh kekuatan gelombang mutagen level sembilan, terbangun dan merasakan sirnanya harapan untuk kabur oleh kengerian yang akan mereka dihadapkan. Baik oleh ratusan helikopter itu maupun keberadaan mutagen level sembilan. Pria itu dulu dipanggil dengan nama Hayes, namun publik sepertinya lebih menyukai sebutan iblis kepadanya. Mereka semua yang ada disana melihat Hayes yang tidak sama sekali takut atau bahkan gentar sedikitpun. Yah wajar saja, mungkin dia sendiri mampu menghadapi seluruh pasukan itu. Sendirian.

Hayes berjalan mendekati Denver sekali lagi, namun Travis juga ikut berjalan mendekati Hayes, begitu pula Sarah. Denver memapah sahabatnya Michael yang masih belum sadar, dan Emily dipangkuan Angela. Apakah Hayes memang setenang ini? Jika dia setenang ini, bukankah dia terasa tidak berbahaya walaupun dari auranya saja dapat dikatakan dia sangat berbahaya. Setidaknya itulah yang ada didalam pikiran Denver. Tenang sekali, hingga dia melihat kalung yang dipakai Angela yang bertuliskan AD dengan sayap dikedua sisi A dan D. Dia mulai terdiam, memegangi kalung Angela dan membenamkan pikirannya, menutup matanya dan meneteskan air mata.

“Elise? Dimana Eliseku? Dimana Dimash dan Gabrielleku? Istriku, anak-anakku.” Teriak Hayes marah, sedangkan yang lain mulai mundur menjaga jarak darinya. Suaranya tersedu, seperti suara orang yang menderita ribuan tahun, sangat pilu. Isak tangisnya pecah. Lalu suaranya berubah menjadi gelap dan berbeda seperti sebelumnya, “Mereka membunuhnya. Ya mereka membunuhnya.”

“Ya mereka membunuhnya,” Suaranya berbeda lagi, semakin gelap dan semakin amarah terdengar. “Kita habisi saja mereka semua.”

“Mundur!” Teriak Adam, “Dia kehilangan kesadarannya, ini sangat berbahaya.”

Travis malah tertawa, namun Denver marah mendengarnya dan meninjunya tepat dihidungnya hingga berdarah. Travis ingin membalas namun diurungkannya melihat Hayes yang semakin tidak terkendali.

“Kalian berdua yang membebaskannya! Tidakkah kalian pikir akan jadi seperti apa jika orang seperti itu bebas berkeliaran!?” Teriak Denver.

Namun belum sempat mereka berdebat, Hayes sudah seratus persen kehilangan kendali. Itulah yang sangat berbahaya dari dirinya, tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya. Mereka mulai mundur ketika selubung gelap seperti asap pekat mengelilingi tubuh Hayes yang sekarang tidak sadarkan diri, tidak terkendali. Apa yang mereka harus lakukan adalah kabur secepatnya, lagian Angela sudah mereka selamatkan.

Pasukan itu sudah tiba disana dan menembaki Hayes membabi buta, lalu tembakan mereka mulai mengarah kepada mereka. Angela menciptakan selaput pelindung yang mengelilinginya, Denver, Adam, Michael dan Emily. Sedangkan Travis lebih memilih untuk berlindung dicangkang tak terlihat milik Sarah. Jalan mereka sudah tertutup untuk kabur lewat pesawat. Dentuman tembakan yang bertubi-tubi menimbulkan keretakan pada cangkang perlindungan milik Sarah, namun dia berkonsentrasi untuk memulihkannya secepat mungkin. Walau perlindungan yang diciptakan Angela jauh lebih kuat daripada cangkang telur milik Sarah, namun kondisi Angela yang lemah membuat perlindungan yang diciptakannya melemah dan terkadang hilang. Adam memutuskan untuk kabur melalui tempat mereka masuk sebelumnya dan Denver menyetujuinya.

Beberapa pasukan itu turun menggunakan tali, sementara yang lain masih menembaki mereka. Mereka sudah berlarian kabur mencoba masuk kedalam gedung, Emily yang baru sadar juga ikut membuat air-air yang melindungi mereka. Adam memapah Michael, sedangkan Denver memapah Angela. Tapi musuh mereka ternyata bukan hanya tembakan dari pasukan itu saja, karena asap hitam Hayes sudah menyebar dengan luas dan hampir mencapai mereka. Emily mencoba menghentikan asap itu dengan pengendalian air dan anginnya, namun asap itu tak dapat dihentikan. Lalu mereka terpental sebegitu jauh ketika Hayes mengeluarkan gelombang dari tubuhnya berulang-ulang kali. Itu persis seperti yang terjadi di Bangkok beberapa tahun lalu, gelombang-gelombang merambat cepat dan menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Hanya saja skala gelombang itu masih sangat kecil dan yakinlah mereka tidak mau melihat versi skala besarnya.

Keadaan Angela lemah, selaput pelindungnya kadang ada dan kadang hilang. Denver memintanya untuk tidak menggunakan kekuatannya karena hanya akan menghabiskan energinya. Mereka masih sempat mengobrol betapa mereka saling mencintai, dan Denver berharap Angela akan terbuka setelah mereka berhasil kabur dari situasi ini. Kali ini selaputnya benar-benar hilang dan air yang mengeliling mereka yang dikendalikan Emily sepertinya masih tertembus oleh peluru. Maka Adam juga turun tangan menggunakan kekuatannya. Tanpa perlindungan yang dibuat Angela, asap Hayes mencapai mereka dan seperti menghisap mereka masuk kedalamnya. Angela berkonsentrasi lagi dan asap itu keluar, tapi itu tidak bertahan lama hingga peluru-peluru itu menghujani mereka dan melukai beberapa dari mereka. Adam terkena tembakan di lengan kirinya, Emily terkena dua tembakan dipaha, Michael yang tidak sadar terbangun mengeluhkan tangannya yang tertembak. Denver tidak terkena tembakan. Melihat keadaan kelima orang itu, Travis dan Sarah jadi iba dan mendekati mereka untuk membantu.

Lihat selengkapnya