Mutiara

Chrystal Calista
Chapter #6

A beautiful Mess

Bandung

15 June

Three Years Ago

•°•


Jam oval pipih berbentuk ikan di salah satu dinding ruangan menunjukkan pukul delapan lewat empat puluh menit ketika Kenny sampai di The Pearl. Sebenarnya Kenny ingin datang lebih awal, tapi beberapa urusan menghalangi keinginannya cepat-cepat bertemu Mutiara.

"Hai, Mas Kenny!"

Kenny tersenyum membalas sapaan Siti yang menyambutnya. “Halo, Siti!”

"Duduk, Mas. Mau pesan makan?"

Kenny menggeleng. "Nggak makan, deh. Udah kemalaman. Gue ke sini cuma sebentar. Cuma mau …."

Kenny tidak sadar ucapannya terputus karena ia sibuk mengedarkan pandangan ke seluruh bagian ruangan. Tidak ada Mutiara.

"Mau apa, Mas?"

"Mau minum. Haus. Pesan es jeruk, ya!" jawab Kenny, memilih minuman dengan asal-asalan.

"Oke."

Kenny mengembuskan napas pelan. Mestinya gue nanyain Mutiara.

"Mbak Rara ada di atas, di lantai dua. Lagi ngerjain tugas kuliah. Mas mau ketemu? Perlu saya panggilin si Mbak-nya?" Siti mengerling penuh arti, seakan tahu isi hati Kenny.

"Eh, nggak usah. Jangan diganggu kalau lagi ngerjain tugas," jawab Kenny salah tingkah.

"Atau Mas mau naik?" Siti menunjuk tangga di sudut belakang restoran.

Menimbang-nimbang selama tiga detik, Kenny akhirnya menggeleng. "Nggak usah, deh. Di sini aja."

Kenny tersenyum pada Siti walaupun sebenarnya ia langsung menyesali keputusannya sendiri. Tapi sungguh, ia tidak ingin mengganggu kesibukan Mutiara.

"Padahal ndak apa-apa kok, kalau mau naik saya antar. Di atas ada Om John lagi ngobrol sama Om Hadi, papanya Mbak Rara."

Kenny menatap ke arah tangga.

Ada Papa juga? Jadi pengen naik. Tapi ... malu.

"Oh, ada Papa. Emangnya di atas itu tempat apa, sih?"

"Lantai dua itu tempat istirahat sama tempat tinggal khusus keluarga Mbak Rara."

Kenny mengerutkan dahi. "Tempat tinggal? Keluarga Mutiara tinggal di lantai dua?"

"Cuma Mbak Rara sama adiknya yang tinggal di sini. Orang tua mereka tinggalnya di apartemen."

"Mutiara punya adik?" Kenny terperangah. Ia tidak menyangka akan mendapatkan banyak informasi mengenai keluarga Mutiara malam ini.

"Iya. Namanya Adam. Itu dia di situ."

Kenny mengikuti arah pandang Siti, yaitu meja yang letaknya paling dekat meja kasir.

Di meja itu duduk seorang remaja laki-laki yang sedang sibuk di depan laptop. Ia memakai headset, bertelanjang kaki. Wajah anak itu sangat mirip dengan Mutiara.

"Mas Kenny belum duduk dari tadi. Mau duduk sama Adam, ndak? Adam pengen banget ketemu sama Mas Kenny, setelah dengar cerita dari Mbak Rara."

"Oh, ya?" Kenny ragu. "Lagi sibuk, tuh."

"Sibuk main game." Siti berjalan mendekati Adam lalu langsung berseru di dekat telinganya, "Adaaammm, lihat ada siapa itu!"

Adam menoleh cuek ke arah yang ditunjuk Siti. Ketika cowok itu melihat Kenny, ia terkesiap kaget.

"Kenny Morgan?"

Kenny mengangguk pada Adam dan otomatis menghampiri mejanya.

Adam berdiri dari kursi lalu bergumam 'wow' dengan suara tertahan.

"Hai," sapa Kenny.

Adam tersenyum kikuk. "H-hai."

"Siti udah bilang, Mas Kenny pasti datang lagi. Kemaren iri sama Mbak Rara yang udah ketemu Mas Kenny, akhirnya sekarang kamu ketemu. Kenalan dulu, dong." Siti menatap Adam dengan lembut dan seolah sedang berbicara pada adiknya sendiri.

"My name is Adam!"

Adam menggoyang-goyang tangan Kenny yang dijabatnya dengan ekspresi kagum yang berlebihan. "Ternyata Bang Kenny lebih keren kalau dilihat langsung. Silakan duduk!"

Kenny tertawa kesenangan.

Adam berusia 15 tahun, kelas satu SMA. Ia satu-satunya saudara kandung Mutiara. Selain main game, hobinya adalah menonton video di Youtube. Ia adalah penonton setia channel Youtube Kenny, khususnya video-video pranks.

Itulah informasi yang Kenny dapat setelah mengobrol dengan Adam selama lima belas menit. Anak tampan yang rambutnya lurus berponi itu sangat menyenangkan dan membuat Kenny lupa sejenak akan kekecewaannya belum bertemu dengan Mutiara.

"Your prank videos always make me laugh so hard! Yang terbaru juga kocak banget."

"Yang gue ngerjain istri temen gue?"

"Iya! Jadi pengen nonton lagi." Adam langsung masuk ke laman Youtube dari laptopnya.

"Seseru itu, ya?" Kenny diam-diam merasa bangga ada yang mengapresiasi videonya walaupun cuma pranks.

"Banget. Konyol, asli! Nonton bareng, yuk! "


•°•


Video berakhir. Adam menunjuk layar laptop sambil tertawa dengan kaki mengentak-entak.

Kenny ikut geli melihat tayangan barusan. Jujur, di video itu, tingkahnya sangat memalukan.

"Oh My Lord, look at your crazy face!"

Lihat selengkapnya