Pagi hari ini Nina melakukan percakapan dengan putri semata wayangnya. Jika ada yang menyenangkan dari peristiwa dia dirumahkan, maka itu semata-mata karena dia akan bisa meluangkan waktu lebih lama dengan Dinda, putrinya itu.
"Jadi Mama akan ada di rumah selama tiga bulan?" tanya Dinda. Putrinya sedang duduk di meja menghadap netbook dan buku pelajaran Fisika. Dia sedang pusing menghadapi soal-soal pekerjaan rumah yang dikirim gurunya dua hari yang lalu. Dua hari lagi jawaban harus sudah diemail ke gurunya. Dan dia kini sedang menatap Nina setelah Nina memberitahunya bahwa dia tidak akan bekerja selama tiga bulan ...alias dirumahkan.
"Benar Dinda," sahut Nina, "Saat ini di mana-mana sedang diadakan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Walau tidak harus kerja Mama tidak bisa pergi kemanapun, apalagi ke luar kota. Paling Mama akan ke pasar atau supermarket membeli barang-barang kebutuhan."
"Tapi kenapa Mama dirumahkan?" tanya Dinda. Nah, inilah pertanyaan yang membuat Nina kesal dan bingung. Nina sendiri belum tahu pasti mengapa dia yang dirumahkan. Paling tidak diantara dirinya, Lidia dan Murni, kualitas pekerjaan mereka hanya beda-beda tipis. Dan yang kena "undian" adalah Nina. Mulai kemarin Nina dirumahkan. Tetapi kemarin adalah tanggal 1 Mei, hari Buruh, hari libur nasional. Nina di rumah seharian, tetapi dia diam saja tentang peristiwa dirumahkan itu. Perusahaan tempatnya bekerja memberitahunya secara mendadak tentang hal ini. Setelah satu hari berlalu, Nina belum juga pulih. Baru hari ini dia memberitahu anaknya.
"Perusahaan mengalami kesulitan keuangan Dinda, pengurangan karyawan mesti dilakukan, jika tidak perusahaan sulit beroperasi dan harus ditutup. Mungkin Manajemen menganggap ini adalah langkah yang terbaik", jawab Nina.
"Mama tidak akan digaji?, Tanya Dinda lagi
"Mama hanya akan menerima separuh dari gaji Mama," sahut Nina