Dinamai virus Corona karena bentuknya seperti mahkota. Inikah perang dunia ketiga? Kalau perang dunia kedua pasukan sekutu melawan Jerman, Italia dan Jepang, kali ini bangsa-bangsa di dunia melawan sesuatu yang kecil, bahkan tak kasat mata yaitu virus Corona, atau badan kesehatan PBB memberinya nama resmi Covid-19. Akibat yang ditimbulkan Corona bagi seluruh dunia luar biasa. Dan selama Nina hidup, belum pernah terjadi hal yang seperti ini. Hari ini Nina mencari tahu tentang makhluk tak kasat mata yang tiga hari ini telah mengganggu hidupnya.
Nina sadar dirinya bukan tenaga medis. Dia juga bukan peneliti yang saat ini diharapkan oleh seluruh dunia untuk menemukan vaksin agar pandemi ini berhenti. Tetapi Nina yakin pandemi Covid-19 ini pasti akan mengubah dunia ini. Dan sebagai makhluk hidup yang hidup di dunia ini, apalagi sebagai manusia yang dikaruniai kemampuan berpikir dan menganalisa serta sebagai kepala rumah tangga yang terdampak pandemi Covid-19 ini, Nina mengambil satu hari "libur"nya untuk berpikir tentang Covid-19 ini. Dengan mencoba mengerti sepenuhnya tentang Covid-19 ini, Nina berharap dapat mengantisipasi, waspada dan lebih siap jika ada pandemi seperti ini lagi di masa depan.
Jalanan protokol yang lengang padahal biasanya macet adalah pemandangan yang aneh menurut Nina. Anjuran untuk bekerja di rumah diterapkan. Perusahaan besar mestinya bisa untuk menerapkan anjuran bekerja dari rumah karena memiliki sumber daya baik manusia dan teknologi. Tetapi bagaimana dengan perusahaan kecil yang karyawannya tidak memiliki akses internet? Sulit bagi mereka untuk menyerahkan hasil pekerjaannya kalau tidak datang ke tempat kerja.
Sebagai muslimah Nina mengerti sholat berjemaah itu dianjurkan. Tetapi bahkan saat masih masuk kantor, Nina dan rekan-rekannya sudah mulai sholat sendiri-sendiri. Kegiatan bersama-sama di Mesjid pun dilarang. Akibatnya bulan Ramadhan tahun ini terasa lain. Tidak ada kegiatan bersama di Mesjid. Menurut pak RT, bahkan hari Jum'at pun tidak ada kegiatan di Mesjid. Menurut Lidia, rekan kerja Nina yang Nasrani, mereka juga beribadah di rumah karena tidak ada ibadah di Gereja pada hari Minggu atau bahkan pada hari raya keagamaan seperti Paskah. Dan ini semua dikarenakan makhluk kecil tak terlihat bernama Corona. Ibu-ibu di komplek tempat tinggal Nina juga mulai menggerutu karena tidak bisa berkumpul dan mengadakan kegiatan arisan rutin.
Ketika Nina pertama kali mengetahui tentang Corona, bulan November 2019 lalu, dia tidak menyangka bahwa akibat yang ditimbulkannya akan masif dan menyebar ke seluruh dunia. Nina masih ingat virus SARS yang muncul di Hong Kong pada tahun 2003. Virus SARS juga sempat menginvasi negara-negara lain termasuk Indonesia. Ada sejumlah orang yang meninggal dunia. Pada tahun 2003 saat wabah virus SARS orang-orang Hong Kong mengenakan masker, tetapi sekarang hampir semua orang di dunia mengenakan masker. Kemudian sering mencuci tangan juga menjadi keharusan. Nina sendiri mesti merogoh kocek patungan dengan lingkungan untuk penyemprotan desinfektan kompleks tempat tinggalnya. Akibat yang ditimbulkan virus Corona, berpuluh-puluh kali lipat dari yang ditimbulkan oleh virus SARS.
Belum lagi orang-orang yang bekerja di sektor informal. Karena orang-orang banyak yang berada di rumah, para penjual makanan seperti tukang bakso, tukang siomay, tukang soto semuanya mengalami penurunan omset penjualan. Saat masih bekerja, sepulang dari kantor jam setengah enam sore, Nina kaget menjumpai tukang penjual ayam goreng dengan tepung bumbu masih memiliki beberapa potong ayam, padahal biasanya saat Nina pulang kantor, dia tidak pernah kebagian jika hendak membeli ayam.