My 2D Prince

Sinta Yudisia
Chapter #2

Manusia Paling Introvert


“Masmu mana?”

“Di kamar, Bun.”

“Udah makan, belum?”

“Mana aku tahu,” Ivana angkat bahu.

Meski cuma buat oseng-oseng kacang panjang, masakan mama always the best. Enaknya menguar sampai sudut-sudut ruangan. Tanpa disuruh ke ruang makan, Ivana sudah menyodorkan diri lebih dulu. Bergabung. Menawarkan bantuan pura-pura, hehehe. Apa yang bisa dibantu, Ma? Sorry ya, Ma, baru bisa bantu. Padahal aslinya malas banget mau ke dapur. Apa yang dikerjakan di kamar? You know what laaah. Tapi Ivana sayang mama banget. Apalagi mama sering kali tak fokus kalau sedang mengerjakan sesuatu, terlebih saat kelelahan atau banyak pikiran.

“Masmu mana, Dek?”

Nah, benar, kan?

Mama sering kehilangan konsentrasi ketika mengerjakan dan memikirkan sesuatu bersamaan. Baru saja menanyakan hal yang sama!

“Nana?” mama memanggilnya.

“Hm?”

“Masmu, Say.”

“Mas di kamar, Ma,” Ivana menghempaskan tubuh di kursi. Tanda mengunci diri dari perintah.

“Tolong panggil masmu.”

“Mama aja, deeeh,” Ivana merajuk.

“Mama udah masak sendiri, udah capek dari tadi,” mama mengerucutkan mulut. “Tinggal panggil masmu, apa susahnya sih?”

Apa susahnya?

Mulut Ivana menipis tanda tak suka, namun tak bisa menolak. Memanggil seseorang keluar dari kamar harus punya pesan menarik. Pizza, coklat, es krim, bakso, mie ayam. Sekedar makan malam belum tentu pancingan yang akan ditangkap. Apalagi orang introvert. Dunia luar adalah ancaman!

Ivana menyeret sandal, berbalik masuk ke ruang dalam.

Ia mengetuk pintu. Ow, bukan mengetuk. Tepatnya memalu.

Duar. Duar. Duar!

“Mas, disuruh mama makan,” suaranya masih seperti cewek pada umumnya.

Tidak terdengar suara apapun dari balik pintu. Ada suara juga sih, sebenarnya. Suara samar-samar. Seperti percikan listrik korslet, suara synthesizer, orang berkelahi , musik-musik tak jelas.

“Maaas!” suara Ivana berubah setengah cewek, setengah cowok.

Tangan Ivana memalu semua permukaan pintu kamar abangnya di ujung kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah. Tengah, samping kanan-kiri. Sela-sela sudut.

“Mas Adiiiim!!!” suara Ivana berubah macho.

Pintu bergerak tiba-tiba ketika Ivana tengah mengerahkan seluruh tenaga untuk menggedor. Berat tubuhnya condong ke depan, hingga ia tersuruk maju saat daun pintu bergeser terbuka.

“Annoying,” gumam Adim, tanpa ekspresi.

“Makan!” kata Ivana.

Adim menggumam tak jelas.

“Hah? Ngomong apa, Mas?” Ivana melempar tanya.

“Hmm muuu mmm nnnn mmmm nah,” gumam Adim.

“Apaaaa??”

Lihat selengkapnya