Diana membuka pintu kamar putrinya, Casey sambil membawa setelan gaun berwarna peach. Ia menggantung setelan gaun itu di gagang lemari.
Diana menatap Casey yang duduk di kursi. Tatapan Casey kosong, sudah enam Bulan lamanya Casey terpuruk akibat perceraian kedua orang tuanya.
Perlahan namun pasti Diana mendekati putrinya itu, lalu dipegangnya kedua bahu putrinya dengan lembut. Casey menutup matanya perlahan saat Diana memegang bahunya, air mata jatuh dari pelupuk mata Casey.
Diana beralih ke hadapan Casey. Ia berjongkok di depan Casey dan dihapuskan air mata yang ada di pelupuk mata Casey. Sebagai seorang Ibu, Diana sangat mengerti keadaan putrinya itu.
Diana memegang tangan Casey, "Casey, sampai kapan kau akan seperti ini? Hmm??" air mata Diana jatuh, ia begitu sedih melihat keadaan putrinya itu.
"Kau harus belajar ikhlas dan tegas, setidaknya biarkan Papa bahagia, nak." Diana mengelus puncak kepala Casey.
"Dan kau tahu? Papa mengirimimu sebuah setelan gaun yang sangat cantik, ia berpesan agar kau bisa datang Casey. Ia mengharapkanmu dapat menjadi pengiringnya, atau setidaknya kau terbang ke Spanyol untuk melihat Papamu melangsungkan ijab kabulnya. Yah, tentu saja Bunda ikut bersamamu," Diana sekali lagi mengelus puncak rambut Casey, namun Casey ternyata menepis tangan Diana dan masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya.
Diana semakin terisak melihat kelakuan putrinya, ia bahkan sudah enam bulan tidak bicara dengan Casey.
Tak jauh beda dengan Bundanya, Casey menangis di dalam kamar mandi. Ia melempar segala perlengkapan mandi yang ada di westafel nya. Ia mengepalkan tinju ke cermin wastafel, dan itu membuat darah segar keluar dari tangannya. Tapi Casey sama sekali tak peduli dengan lukanya.
Casey terduduk di lantai kamar mandi sambil memeluk lututnya. Ia kecewa dan marah. Namun ia hanya bisa mengeluarkan deritanya pada air matanya.
Mengikhlaskan kebahagiaan Papanya, dengan cara hadir di acara pernikahan kedua Papanya? Sungguh tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Casey.
Drrrttt
Ponsel Casey di dalam saku bergetar. Casey melihat si penelpon di layar ponselnya. Itu adalah Carey, Casey mengangkat panggilan itu.