Gaun peach, flower crown, membuatnya begitu anggun bak putri raja. Sesekali Casey kembali menatap bayangan dirinya di cermin. Siapapun yang melihatnya akan terpesona dengannya.
Diana masuk ke tempat rias. Ia begitu terkesima melihat putrinya itu.
"Kau bak bidadari yang turun ke bumi, sayang." Diana mengelus pipi Casey.
Casey mengehembuskan nafas, ia pergi ke rooftop. Tanpa mengucapkan apapun pada Diana.
Casey duduk di bangku yang ada di rooftop. Casey membenamkan wajahnya dengan tangan yang memeluk lutut sambil memejamkan mata.
Tanpa ia sadari seseorang sudah duduk tepat di sampingnya.
"Bukankah sudah kubilang, aku akan selalu siap menemanimu kabur dalam keadaan yang tak bisa kau kontrol?" ucap seseorang yang di sampingnya.
Casey membuka mata dan menatap seseorang di sampingnya. Itu adalah Alaric.
"Hentikan, aku tak butuh rencana bodohmu untuk kabur." balas Casey dingin.
"Lihat saja nanti." Alaric percaya diri sambil menatap langit.
"Ini hari yang indah, sungguh.." gumam Alaric tak jelas.
Casey menautkan alis. "Apanya yang indah? Bukankah itu mendung?"
Alaric mengalihkan pandangan ke Casey. "Aku tak selalu suka pada cuaca cerah, karena ia tak sama sekali menunjukkan suatu kekuatan."
"Maksudmu?"
"Kau ini terlalu polos, nanti jika besar kau akan tahu." ujar Alaric bercanda mengacak rambut yang sudah demikian ditata rapi.
"Aku ini sudah besar! Dan berhenti mengacak rambutku, aku lelah menjaga tatanannya!" Casey menepis tangan Alaric.
Alaric kemudian tanpa aba-aba menarik tangan Casey, Casey yang terkejut harus menyesuaikan larinya Alaric agar ia tak terjatuh.
Ternyata Alaric membawanya ke tempat acara. Acara kelihatan belum dimulai karena orang-orang nampak cemas mencari sesuatu. Mereka mencari Casey.
"Kutahu orang-orang mencarimu, pergilah dan buat acara ini berlangsung baik." Casey melangkahkan kakinya, ia harus melaksanakan tugas menjadi pendamping pengantin bersama Carey dan juga Leona -anak calon istri Juan.
Casey sukses menjadi pendamping pengantin kini saatnya acara ijab kabul dilaksanakan.