Bunda: Kamu dimana sayang?
Bunda: Kenapa telponnya nggak diangkat?
Bunda: Casey?
Bunda: Balas Bunda nak,
Papa: Casey kamu dimana?
Papa: Papa dan Bunda mengkhawatirkan kamu sayang
Papa: Cepatlah pulang sayang.
Casey duduk termenung di meja makan setelah membaca 7 pesan singkat kedua orang tuanya.
Alaric yang baru saja bangun dengan muka kusut khas orang baru bangun, menghampiri Casey.
"Ada apa?" tanya Alaric sambil duduk di sebelah Casey
Casey menggeleng. "Tak apa." ujarnya singkat sambil memasukkan ponselnya ke saku piyama yang masih dia kenakan.
"Kau sudah lebih baik?" tanya Alaric sambil mengambil roti panggang yang ada di meja makan.
Casey mengangguk, "Tolong antarkan aku pulang."
"Sekarang?" Casey lagi lagi mengangguk.
Alaric meraih kunci motor dan jaket, lalu mengenakan jaket. Ia tak punya pilihan lain, selain mengantar Casey kembali ke hotel Papanya.
Dalam perjalanan, Casey mencengkram jaket Alaric kuat. Entah kenapa Casey. Alaric membiarkan Casey mencengkram kuat jaketnya hingga mereka sampai di depan hotel.
"Casey, kau kenapa lagi?" tanya Alaric membuka helm.
Casey menggeleng, Alaric mengacak rambut Casey sejenak sebelum membiarkan Casey masuk ke dalam hotel tersebut.
"You're stronger than you think, Casey, don't make it problem to give up on you. And I'll be there if you need me." ucap Alaric pelan lalu ia menancap gas menuju kembali ke rumahnya.
Casey membuka kamar hotelnya. Dan nampak sekali jika semua barangnya sudah dikemasi. Lalu ia melihat Carey.
Carey yang melihat Casey, langsung memeluk Casey. "Kemana saja kau?" tanya Carey. "Hanya menginap semalam." balas Casey datar, melepas pelukan Carey.
"Sebagai saudari, kau terlalu datar Casey. Dan itu bukan dirimu yang sebenarnya." langkah Casey terhenti ketika mendengar hal itu.