My Amazing Brother

Yaz
Chapter #10

9

Lelaki yang memakai tudung jaket itu masih diam, tak berkutik sebelum ia dibukakan pintu oleh sang pemilik rumah.

Saat pintu utama itu dibuka, barulah ia membuka tudung jaketnya yang menutupi kepalanya.

"Fareel..." gumam Casey.

Mendengar namanya disebut Fareel tersenyum. "Sudah tiga hari aku tak melihat Adikku yang cantik ini di rumah. Ternyata dia di sini."

Casey langsung was-was. "Ada perlu apa kau kemari?" ujarnya bersembunyi dibalik pintu yang kini hanya terbuka setengah.

"Tentu saja aku mencari adikku ini," Fareel menerobos masuk tanpa meminta izin Casey.

Casey mencekal lengan Fareel. "Aku tidak akan pulang." ujar Casey menatap Fareel tajam.

Fareel menghembuskan nafas, melihat Casey. "Aku tidak akan memaksamu pulang, tapi aku akan diam di sini bersamamu." Casey mematung, mencerna ucapan Fareel.

"Apa?!"

"Aku tidak mau! Lagipula aku tak menerima tamu!" seru Casey menolaknya mentah - mentah.

"Ah... tidak ada penolakan Dik," Fareel memotong ucapannya sendiri.

"Jika kau masih bersikeras agar aku tidak tinggal. Maka akan kuberitahu Bunda dan juga kau harus pulang tentunya. Jadi mau pilih yang mana?" sambung Fareel.

Casey menghela nafas berat, baru kali ini dia menemukan lelaki yang benar-benar keras kepala. Apalagi itu kakak tirinya sendiri.

Casey mengangguk terpaksa tanda ia menyetujui kakaknya itu untuk tinggal. Yah, walaupun tidak sepenuhnya ia menyetujuinya.

Sengiran khas Fareel langsung terukir di bibirnya. Tak bisa dipungkiri, Fareel memang bisa dikatakan lelaki tampan yang memikat para gadis.

Mungkin saja jika bukan kakak tirinya, paling tidak Fareel sudah dijadikan pacar oleh Casey. Ahh tidak, kalian jangan berpikiran aneh tentang Casey, hidupnya saja sudah rumit apalagi jika ditambah dengan cinta?

Casey menutup pintu sedikit keras. Jujur saja ia sama sekali tak menerima kedatangan Farel. Ingat, TIDAK MENERIMA.

Casey kembali duduk di sofa, menonton televisi seperti tadi. Bedanya, ia kini menjadi pusat perhatian Fareel yang sedari tadi terus memerhatikan adiknya itu.

Casey hanya mengacuhkan Fareel, tak pernah sekalipun matanya melirik kakaknya.

Bosan menonton televisi Casey bangkit menuju kamarnya lantai dua. "Mau kemana?" tanya Fareel saat Casey menaiki anak tangga.

"Terserah kemana aku pergi, ini rumahku." Casey kembali menaiki anak tangga.

Saat ia benar - benar sampai di tangga terakhir menuju lantai dua. Ia membuka suara.

"Kau tahu kamarmu tidak? Dimanapun kau mau tidur, aku tidak masalah. Asal jangan di dekat kamarku!" ujar Casey, Fareel mengangguk sambil menganti saluran televisi.

Casey menutup, lebih tepatnya membanting pintu kamarnya sendiri.

Dia benar - benar tak habis pikir bagaimana Fareel tahu dimana Casey berada? Oh Tuhan, ingin sekali rasanya Casey mengusir lelaki itu dari rumahnya. Namun apa daya, sedikit ancaman Fareel mampu membuat dirinya takluk.

Casey menghempaskan tubuhnya di ranjang. Membenamkan wajahnya di bantal. Lalu ia meraih ponselnya.

Ada dua notifikasi

Casey langsung membukanya.

Stella: Hey, nonton yuk?

       Aku bosan.

Lihat selengkapnya