"-Hey bukalah mata itu untukku, dan jangan pernah pergi meniggalkanku-"
-Casey-
●●●●●●
Hari ini, tepat seminggu kejadian setelah kecelakaan itu. Casey memang sudah masuk sekolah seperti biasa, tetapi tetap saja ia sering terlambat karena terlalu sering menjenguk Fareel hingga larut malam.
Fareel masih belum sadar dari komanya. Casey khawatir karena Dokter pernah mengatakan jika dua minggu lagi Fareel tidak akan sadar, maka alat bantu akan dilepas dan itu berarti Fareel meninggal.
Casey masih seperti biasanya, ia lebih sering menyendiri. Seperti saat ini, ia duduk seorang diri di bangku taman sekolah dan menggunakan headset.
Seorang lelaki duduk tepat di sebelah Casey. Dia adalah Gavin. Semenjak Fareel tidak masuk sekolah Gavin menjadi lebih sering mengganggunya.
"Eheem.." Gavin berdehem memecah keheningan. Tapi ia masih saja Casey tak bergeming.
Dengan sedikit nekat, Gavin membuka salah satu headset di telinga Casey. Membuat Casey langsung menatapnya kesal.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Casey jutek. "Aku hanya ingin menemanimu" jawab Gavin. "Pergilah, aku ingin sendiri." ucap Casey singkat dan kembali memasang headsetnya
Lagi-lagi Gavin melepas salah satu headset Casey. Dan itu membuat Casey geram. "Kau apa-apaan? Pergi sana!" usir Casey.
"Aku akan pergi kalau kau bersedia makan siang denganku." tawar Gavin.
"Tidak bisa, aku harus ke rumah sakit sepulang sekolah." Casey menutup mulutnya, ia keceplosan.
"Siapa yang sakit?" tanya Gavin penasaran. "Bukan siapa-siapa!" jawab Casey ketus.
"Ayolah, paling tidak kau menjawab pertanyanku tadi." Casey menatap Gavin tajam. "Bukannya tadi sudah kujawab aku tak bisa?!
"Oh, kalau begitu, mari kuubah pertanyaanku. Biarkan aku yang mengantarmu ke rumah sakit sepulang sekolah." tawar Gavin lagi.
"APA?!" pekik Casey kencang.
"Tidak mau, sudah kubilang. Lebih baik kau urus saja urusanmu sendiri!" Casey bangkit dan balik menuju kelasnya.