"Jangan mendekati gadis ini! " seru lelaki yang baru saja datang. Lelaki itu berdiri di depan Casey menutupi badan Casey. Casey hanya bisa menunduk sambil bersembunyi di balik punggung lelakii itu.
Pria tadi tidak punya pilihan lain selain pergi dari tempat itu. Lelakii itu berbalik menuju hadapan Casey. Dia menyentuh lembut dagu Casey hingga membuat Casey berhadap-hadapan dengannya.
"Kak Fareel!" Casey mendekap erat tubuh lelaki itu. Atau mungkinkah Casey salah lihat? Ia melepas dekapannya dan mundur sedikit untuk melihat wajah lelaki itu.
Iya, dia benar Fareel. Fareel mengulas senyuman, wajahnya kelihatan pucat. Kini giliran Fareel yang mendekap Casey.
"Benarkah ini Fareel?" guman Casey pelan. Fareel melepaskan dekapannya dan membingkai wajah Casey.
"Aku merindukanmu Casey." ucap Fareel lirih. "Kenapa kau bisa disini?"
"Aku sudah sadar sejak tadi pagi. Tapi kau tak mengunjungiku juga. Aku khawatir, Bunda menyuruhku menanyakan pada Gavin. Kau kenal Gavin?" Casey mengangguk. "Aku mengiriminya pesan dan dia memberitahukan kalau kau bersamanya. Jadi aku menyuruhnya tutup mulut dan memberimu kejutan kecil."
"Gavin sudah tahu kalau kau sudah sadar?" tanya Casey, Fareel menggeleng. "Mungkin dia mengira, Bunda yang mengiriminya pesan."
Gavin akhirnya muncul dengan membawa dua tiket di tangannya. Ia terkejut ketika melihat Casey bersama Fareel. Dengan cepat, Gavin menghampiri mereka berdua.
"Fareel?"
Fareel berbalik menghadap Gavin. Fareel menepuk-nepuk pundak Gavin. "Terima kasih telah membuat adikku bahagia." Gavin mengangguk.
"Sepertinya kita butuh satu tiket lagi." mereka bertiga tertawa bersama.