Casey menguap lebar, matahari masih belum muncul di ufuk Timur. Ia menggeliat dan baru menyadari sesuatu, bukankah semalam ia tertidur di mobil?
Masa bodoh, ia bangkit dari ranjang dan mengecek ponselnya.
"Selamat pagi kesayangan:)"
Casey tersenyum sendiri, Fareel mengiriminya pesan singkat itu beberapa menit yang lalu. Casey membuka pintu kamarnya, hari ini weekend jadi ia tidak sekolah. Ia terlonjak kaget ketika pintu kamar di sebrangnya ikut terbuka dan berdirilah seorang laki - laki dengan rambut acak - acakan serta pakaian seragam yang kusut.
"Gavin!"
Laki-laki itu melihat Casey dan mengembangkan cengiran. "Kenapa kau disini?" Gavin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku menginap."
"Siapa yang memberi izin? Bagaimana kalau kau berniat yang aneh-aneh padaku?" semprot Casey saat itu juga.
"Bundamu yang memberikan izin, lagipula aku tak berniat berbuat yang aneh - aneh."
Casey mendengus dan melenggang ke lantai bawah. "Bibi kenapa memberinya izin menginap disini?" cerocos Casey pada ART nya saat ia di lantai bawah. ART itu menunduk seraya menjawab. "Dia bilang ia diperbolehkan Nyonya, jadi saya membiarkannya menginap."
"Lain kali, jangan membiarkan seorang tamu menempati kamar di sebrang kamarku." ART itu mengangguk patuh.
"Kau terlalu berlebihan." cibir Gavin yang mengikuti Casey dari belakang.
"Wajar, kalau aku kenapa-napa siapa yang akan bertanggung jawab?" tanya Casey, Gavin menggaruk tengkuknya kasar.
Tiba-tiba seseorang memencet bel rumah Casey ketika ia menggigit roti selai cokelatnya.
Saat ia akan bangkit dari duduknya. Gavin mencegahnya. "Aku saja." Gavin berjalan dan membuka pintu. Ia menemukan seorang gadis yang sangat mirip dengan Casey berdiri di balik pintu dengan koper besarnya.
"Ini rumah Casey? Aku tak salah alamat kan?" tanya gadis itu sambil melihat kembali secarik kertas sepertinya alamat.
Gavin diam mematung, gadis ini begitu mirip dengan Casey.
Casey yang tak percaya pada Gavin menghampirinya. "Siapa Vin?" Casey melihat sendiri siapa yang datang.
Gadis yang bertamu itu langsung memeluk Casey erat. "Carey?" tanya Casey tanpa membalas pelukan saudari kembarnya.
Iya, gadis itu Carey. Carey melepas pelukannya dan mendengus. "Kau tak berubah tetap menyebalkan!"
"Kenapa kau kemari?"
"Aku liburan musim dingin, jadi Papa menyuruhku ke Indonesia. Melihat adikku ini." Carey mencubit gemas pipi Casey.
Gavin masih melongo.
Casey menatap Gavin heran. Lalu ia baru menyadari bahwa ia belum memperkenalkan Carey pada Gavin.
"Gavin, perkenalkan ini Carey kakak kembaranku." Carey mengembangkan senyuman ramah dan menjulurkan tangan di hadapan Gavin.
Gavin menyambut tangan Carey. "Gavin."
"Kalian pacaran?" Carey menunjuk mereka.
"Iya,"