Aku hanya dapat melihat kesibukan orang-orang yang ada di rumah sakit ini. Aku terus melihat arus lautan manusia yang seolah menelanku dalam kesenyapan. Bunyi deritan roda-roda di kursi yang tengah kududuki ini pun seolah menyadarkanku dari buaian pemandangan ini. Lelaki dengan balutan kemeja biru gelap dan celana hitam terus menuntunku. Dialah Dr. James yang telah membawaku ke rumah sakit ini. Entah apa penyebabnya aku tak dapat mengingatnya. Dr. Michael, teman sekolah James dulu semasa di High School, mengizinkanku pulang hari ini mengingat keadaanku semakin membaik. Anmesia, begitulah cerita James kepadaku mengenai semua yang dikatakan oleh Dr. Michael tentang aku.
Pulang. Tapi entah kemana aku tidak tau. Aku tidak dapat mengingat apa pun. James mengajakku untuk tinggal bersamanya sementara. Karena hanya di sanalah tempat yang aman hingga aku dapat mengingat segalanya kembali. Toh, aku juga tidak tau harus kemana.
Suster yang sedari tadi mengantarkan aku dengan kursi roda ini melambatkan langkahnya. Tampak James tengah asik bercengkarama dengan sahabat lamanya, Dr. Michael. Entah apa yang mereka perbincangkan, aku tak dapat mendengarnya dengan jelas. Dr. Michael pun mendekatiku sembari menyentuh pundakku.
“Have a nice day. Semoga ingatanmu dapat pulih kembali. Aku yakin James akan berusaha membantumu dan memberikan yang terbaik. Don’t be afraid. Kamu akan baik-baik saja” tegasnya.
“Thank you doc” sahutku dengan senyuman.
Perpisahan pun terjadi antara James dan Dr. Michael. Suster memapahku menuju mobil hitam yang tengah terparkir di pelataran rumah sakit St. Michael’s Hospital ini. James membantuku membukakan pintu mobil dan memapahku masuk. Hingga aku dapat dengan nyaman berada di dalamnya. James pun masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di depan setir.
Seketika aku merasakan sakit luar biasa. Kepalaku terasa berat dan kilatan-kilatan cahaya muncul tiba-tiba. Aku memegang kepalaku yang terasa sakit.
“Are you ok?” James terlihat sedikit khawatir dengan keadaanku.
“Ok, ok…aku baik-baik saja” berlahan sakit yang kurasakan seakan memudar.
“Aku tiba-tiba merasa sakit di bagian kepala. Tapi sekarang sudah tak apa” jelasku menjawab rasa khawatirnya.
“Kalau kamu belum merasa baikan, kita tidak perlu pulang hari ini. Aku akan meminta Michael untuk tetap merawatmu di sini” sahutnya masih merasa khawatir dengan keadaanku.
“Aku sudah tidak apa-apa. I’m sure” aku melanjutkan.
Terlihat kekhawatiran James sedikit memudar dan ia mulai menyalakan mobil dan melajukannya menelusuri badan jalan meninggalkan rumah sakit.
“Well, perjalanan kita akan sangat lama. Kalau kamu merasa kurang nyaman dan butuh istirahat katakan saja. Kita bisa mampir di beberapa tempat sepanjang perjalanan” sahutnya ringan.
Aku menggeser sedikit posisi duduk untuk mendapatkan posisi nyaman.
“Oke” jawabku singkat.
Banyak hal yang ia perbincangkan semasa kami berada di mobil. Mulai dari kehidupannya, pekerjaan, bahkan keluarganya. Aku baru mengetahui kalau ternyata James mempunyai seorang anak laki-laki yang masih kecil.
“Enam tahun” itulah penjelasannya.
Namun aku melihat sedikit kegundahan di hatinya. Tapi aku belum berani bertanya.
“Lalu, dimana istrimu?” tanyaku sembari menatapnya.
Wajahnya kembali terlihat muram. Namun ia berusaha menutupi dengan senyuman. Ia pun menghela napas panjang.
“Kita sudah bercerai beberapa tahun yang lalu” tegasnya.
“I’m sorry to hear that” sambungku.
“It’s ok” jawabnya.
“Aku dan dia sudah mulai merasa ketidakcocokan satu sama lain. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk bercerai” jelasnya.
James mengajakku untuk pulang ke rumahnya di daerah pinggiran dekat Boston, Amerika Serikat. Tidak hanya itu, ia juga memberiku nama sementara, yaitu Kelly Strayer. Nama Strayer ia ambil dari kata ‘Stray’ yang artinya tersesat/nyasar. Aku tertawa mendengar nama yang ia berikan. Namun, aku suka. Ia pun menguruskan semua surat-surat pindahku dari Kanada ke Amerika.
Berjalan mendekati perbatasan, aku melihat sekumpulan manusia tengah berdiri di pinggir jalan. Tampak beberapa mobil patroli polisi tengah terparkir di beberapa tempat dan sebuah mobil ambulance. Pasti telah terjadi sesuatu, pikirku. Namun yang menarik perhatianku adalah kehadiran sebuah mobil derek yang tengah mencoba menarik sebuah mobil berwarna putih berplat 3TWK73 yang terlihat sangat berantakan. Barang-barang di dalam mobil berserakan.
“Sepertinya baru terjadi kecelakaan” gumam James yang sedikit melambatkan laju mobilnya karena sedikit terhambat oleh beberapa mobil lainnya. Tampak seorang petugas polisi tengah menertibkan lalu lintas sekitar jalan di mana terjadinya kecelakaan. Aku terus memandangi mobil derek itu hingga mobil James berjalan menjauhi tempat tersebut.
Kami singgah di Mendon Ponds Park, New York sekedar perenggangan otot dan melepas lelah. James sudah membeli banyak makanan dalam perjalanan melewati perbatasan tadi. Sungguh, pemandangan yang indah melihat riak danau dan pepohonan yang berbaris. Ah, tak terasa perjalanan tidak terlalu membosankan.